2. Hujan yang menyakitkan

2.8K 399 19
                                    

꧁𝕾𝖊𝖓𝖏𝖆 𝕸𝖎𝖑𝖎𝖐 𝕭𝖚𝖒𝖎꧂

Aku selalu bertanya pada diriku apa yang aku ingini
Tentang cinta dan juga ambisi
Seperti burung merpati yang senantiasa menemani kekasihnya di sisi
Juga seperti lauk yang tak bisa hidup tanpa nasi

Namun mengapa kini aku tak mengerti diri sendiri? Mengapa selalu namamu yang terlintas di sini?

Namun mengapa kini aku tak mengerti diri sendiri? Mengapa selalu namamu yang terlintas di sini?

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

SINAR matahari berwarna jingga, adalah suatu hal yang membuat Senja suka. Alunan kaki berdentum memecah kesunyian, meredam setiap jengkal demi jengkal langkah yang Senja tapaki. Rambut yang semula ia biarkan tergerai pun kini ia ikat agar tidak berayun bebas.

"Masih di sekolah nih. Lagi jalan Bang, kenapa?" Gadis itu berbicara pada ponselnya.

"Jangan sampai kemalaman ya."

"Iya."

"Senja, bentar."

Senja berdecak. "Apa lagi sih, Bang?

"Titip kayak biasa."

"Mau Abang jemput? Mau hujan juga loh ini."

"Gak usah, kasihan kalau taksinya dicancel."

"Ya udah, titip kayak biasa ya... Senja cantik mirip itik!"

"Berisik!"

Panggilan itu pun ia matikan. Dengan napas teratur, Senja berdiri di samping pagar besi sekolah, menunggu taksi yang ia pesan sembari membiarkan angin membelai wajahnya. Gadis itu tersenyum setelah mendapati taksi sudah berhenti tepat di depannya. Buru-buru ia pun masuk ke dalamnya.

"Pak, ke cafe Kilau dulu ya."

Sopir itu mengangguk. Membuat Senja tersenyum seraya memasang earphone pada kedua lubang telinganya.

Senja membuka sedikit kaca mobil, membiarkan dirinya larut dalam suasana nyanyian sore itu. Senja suka musik, kedengarannya klasik, tapi terasa sangat asyik.

Perjalanan berlalu sederhana, sesederhana hembusan angin yang membelai setiap jengkal wajahnya. Hingga suara sopir taksi yang pertama kali menyadarkan Senja akan dunianya.

"Mbak, sudah sampai."

Gadis itu mengerjap, menatap keadaan sekeliling sebelum turun dari taksi. Benar, ini tempatnya.

"Pak, tunggu sebentar ya... saya cuma sebentar."

Setelah mendapat anggukan pelan dari sopir taksi itu, Senja turun dari mobil. Gadis itu pun berjalan dengan tergesa menuju bangunan itu. Namun fokusnya terpecah ketika melihat mobil terparkir di sudut sana dengan orang yang masih berada di dalamnya. Apakah orang itu tengah menunggu seseorang? Ah entahlah, Senja tak memiliki banyak waktu untuk memikirkan hal itu.

Senja Milik Bumi (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang