꧁𝕾𝖊𝖓𝖏𝖆 𝕸𝖎𝖑𝖎𝖐 𝕭𝖚𝖒𝖎꧂
Dan sepertinya aku baru mengerti sekarang
Bahwa kalimatmu memang terlalu dalam
Walau hanya ada cat hitam
Bukan berarti tak bisa dihapuskanTidak ada jalan untuk kembali atau bahkan melupa
Dari semua makhluk di bumi, manusia akan lebih cepat mengingat segalanya
Luka, bahagia, atau sebab air mata tercipta
Semuanya akan tertanam selamanya.Dan jika aku diizinkan untuk melupa, aku akan berusaha membubuhkan bahagia
GADIS itu mengikat rambutnya menjadi satu. Meraih ransel dan menggendongnya, lalu berjalan keluar kelas sendirian. Langkahnya pelan, sampai ketika bahunya terdorong hingga ia jatuh tersungkur. Rintihan terdengar dari bibir Senja saat pantatnya beradu dengan kerasnya lantai sekolah.
"Sorry, gue nggak lihat."
Senja mendongak, mendapati lelaki berseragam yang tengah menatapnya. Sama sekali tak ada raut bersalah atau iba, membuat Senja menjadi berpikir bahwa lelaki itu sengaja.
"Kamu sengaja, ya?" tudingnya.
"Enggak." Lelaki itu menggelengkan kepalanya, lalu menunduk hanya untuk menatap Senja. "Lagian lo nggak lihat jalan."
Senja menggerutu sebal, "bukannya minta maaf atau nolongin gitu."
Lelaki itu mengernyit sambil membenarkan tasnya, tapi tak lama kemudian, tangannya terulur menyentuh pundak Senja, membantunya berdiri. Gadis itu menurut sambil melirik Bumi. Pikirannya bermain liar saat bibir Bumi menyunggingkan senyum simpul.
"Lihat apa lo?" tegur Bumi, lalu ia mengalihkan pandangan ke sisi lain, tak nyaman diperhatikan seperti itu.
"Dih, apaan enggak!" jawab Senja dengan nada yang tak kalah sewot.
"Udah, kan? Gue balik."
"Ikut," jawab Senja cepat. "Maksudnya nebeng." lanjutnya diakhiri dengan cengiran khas gadis itu.
"Nggak."
Senja melotot, "sebagai permintaan maaf hari ini sama payung itu, oh ya... sebagai ganti tenaga aku buat ngobatin kamu malam itu juga."
"Jadi lo nggak ikhlas?!" Bumi menyahut nyolot, tak peduli pada image atau siswa-siswi yang menatap mereka aneh.
"Jaman sekarang mana ada sih yang gratis?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Senja Milik Bumi (Completed)
Non-Fiction[SELESAI] Aku perlu puluhan malam agar aku paham apa yang kamu katakan. Bahwa kamu memang akan pergi meninggalkan. Bahwa senja adalah tanda perpisahan. Jika kita tidak ditakdirkan untuk bersatu Rindukan aku seperti pasir yang mengukir jejak kita yan...