32. Senja rindu Fajar

608 108 3
                                    

꧁𝕾𝖊𝖓𝖏𝖆 𝕸𝖎𝖑𝖎𝖐 𝕭𝖚𝖒𝖎

Aku sedang diburu debaran rindu tapi semesta melarangku bertemu
Aku sudah bertemu orang baru, meski kamu meninggalkanku
Aku akan tetap mengingatmu, meskipun rasa sakit membalut hatiku
Menyelimuti ragaku, tapi tak apa bagiku
Aku akan mensejajarkan langkahku

Untuk itu, aku tak ingin seseorang terluka karenaku

Untuk itu, aku tak ingin seseorang terluka karenaku

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"FAJAR, udah berapa lama, ya?"

Sambil tersenyum getir, gadis itu meletakkan satu tangkai mawar merah dan putih di hadapan nisan yang telah usang; tempatnya pulang untuk melepas lelah.

Ada banyak kata yang ingin Senja sampaikan. Walau ia tahu, semuanya akan menggantung percuma di angkasa. Setidaknya ia sedikit lega, bebannya yang tertumpuk di dada dan menyiksa ini bisa menguap begitu saja.

Sejenak ia memejamkan mata, menengadahkan tangan, menyampaikan doa. Lalu saat matanya terbuka, air mata keluar dari pelupuk matanya.

"Fajar, apa kabar?"

Gadis itu mengelus nisan hitam dengan ukiran 'Bayu Fajar Pradana' di atasnya. Jantung Senja terasa seperti diremas. Tak mengira bahwa rasa rindu pada mendiang Fajar semakin menjadi hingga membuat dadanya panas.

Senja melihat sosok kecilnya dan Fajar ada di sini. Berdua dengan bergandengan tangan ke makam yang ia ingat sekali adalah makam Ibu Fajar. Dulu, Senja tidak tahu cara berbicara pada orang yang sudah meninggal, namun Fajar mengajarinya. Dan saat ingatan lama itu kembali muncul, Senja merasakan sesak di dadanya.

"Bu, Fajar bawa teman."

Lelaki kecil itu berjongkok di sisi batu nisan dengan gundukan tanah di tengahnya.

"Hai, Tante?"

"Ibu aja." ucap Fajar.

"Hai, Ibu?" Senja mengulanginya.

Gadis kecil itu terlihat mengusap dahinya bingung, ia ikut berjongkok, memeluk tubuh kecilnya dengan tangan mungilnya. "Aku harus ngomong sama makam?" tanyanya. Ia menunjuk nisan itu ragu. "Aneh, aku belum pernah bicara sama batu."

"Batu itu ibuku." jawab Fajar pelan. Detik itu juga Senja tahu ada pilu saat bibir Fajar mengucapkan kalimat itu. "Emang kamu belum pernah ke makam?"

"Pernah."

Tapi yang Senja tahu, orang di makam hanya perlu berdoa, bukan berbicara.

"Nggak perlu pakai suara, Ibu aku paham walaupun kamu nggak bicara apa-apa." Fajar meraih tangan kecil Senja, menggenggamnya. Gadis itu melihat Fajar memejam, lalu ia pun mengikutinya.

Senja Milik Bumi (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang