Ia hampir lupa bagaimana rasanya jatuh cinta. Pun rasa bahagia dari sesuatu yang dulunya pernah ia suka. Semua baginya sudah tidak memiliki arti apa-apa. Karena sejak kepergiannya, ia terikat pada banyak hal; rindu yang ingin ia sampaikan untuk seseorang yang memilih meninggalkan atau rasa yang tidak pernah sampai pada sang tuan.Sampai dia sadar bahwa selama ini yang ia perlukan hanya waktu. Ingatan dan sesaknya mungkin akan kembali suatu saat nanti. Tapi setidaknya, waktu pasti perlahan membuatnya sembuh meski tak sepenuhnya utuh. Membuatnya menyelesaikan perasaan yang memang sudah semestinya harus selesai.
"Sembuh itu bukan berarti lupa segalanya. Kalo arti sembuh yang ada di pikiran kamu begitu... mungkin aku, kamu, semua orang nggak akan bisa dikatakan sembuh. Sembuh itu menerima, menikmati juga kalo tiba-tiba sedihnya datang lagi."
Di sela senja sore itu, pada akhirnya dia kembali menemukan seseorang yang hadirnya berbentuk setitik cahaya tanpa aba-aba, tanpa banyak kata tapi begitu nyata adanya.
***
Karena ada dari kalian pembaca yang minta dibuatkan ceritanya Mars, tuuuuhhh udah dikabulkan. Akhirnya Mars pecah telur juga yeayyy! Selamat membaca ya! Ramaikan lapak lacuna yok sama selenophile juga! Terimakasih...
KAMU SEDANG MEMBACA
Senja Milik Bumi (Completed)
Non-Fiction[SELESAI] Aku perlu puluhan malam agar aku paham apa yang kamu katakan. Bahwa kamu memang akan pergi meninggalkan. Bahwa senja adalah tanda perpisahan. Jika kita tidak ditakdirkan untuk bersatu Rindukan aku seperti pasir yang mengukir jejak kita yan...