꧁𝕾𝖊𝖓𝖏𝖆 𝕸𝖎𝖑𝖎𝖐 𝕭𝖚𝖒𝖎꧂
"Bisa menguatkan orang lain, tapi tidak bisa mengatasi diri sendiri." - Senja
Happy reading!!
"KOK kamu tahu aku ada di sini?"
"Ya, Bulan yang bilang."
Gadis itu lantas mengangguk dengan senyum manis seperti biasanya. Mars tidak bisa mengatakan kejadian di sekolah seharian ini. Saat semua orang menggunjingnya tadi pagi. Kalau semisal Senja tahupun, gadis itu pasti akan tetap diam saja. Berdiri seorang diri menahan tangis, bisa jadi itu adalah salah satu caranya bicara. Bahkan ia akan terus tersenyum, secerah biasanya. Seakan-akan tidak ada hal buruk yang menimpa dan semuanya baik-baik saja.
Tapi Mars seakan belajar pada pengalaman. Tatapan mata itu pernah ia temui sebelumnya. Jauh sebelum ia mengenal Senja. Mata terluka Mama saat Papa menghancurkan kepercayaannya dan berkhianat dengan sekretarisnya sendiri. Tatapan menyakitkan, namun sekuat tenaga disembunyikan.
"Senja?"
"Kenapa?"
Mars tidak mengatakan apa-apa. Di antara hening yang menyergap keduanya, tiba-tiba Senja terkekeh ringan. "Aku udah tahu, semuanya kesebar."
Samar-samar Senja mendengar gunjingan orang sepulang sekolah kemarin. Lalu perasaan takut datang menguasainya. Kali ini lebih terasa karena tiba-tiba Mars memeluknya.
"Jangan khawatir, semuanya pasti bakal baik-baik aja."
Senja tidak tahu, apakah ia layak mendapat pelukan ini. Sebuah kata yang justru membuat Senja menolaknya mentah-mentah dalam hati. Ia tidak bisa untuk tidak merasa khawatir. Ada banyak hal tentang hidupnya yang begitu rumit dan tentunya melelahkan. Sesuatu yang jelas-jelas menjadi ketakutan dan kekhawatiran paling besar.
"Semuanya bakal baik-baik aja." ucapnya lagi. Kali ini pelukannya mengerat. Membuat Senja sejenak menjadi berlian paling berharga. Di sini, di pelukan Mars sore ini, Senja merasakan semuanya baik dan rumit dalam waktu bersamaan.
Hingga dengan begitu saja, dalam hangatnya tubuh lelaki ini, matanya memanas perih. Lalu jatuh ke pipi.
"Permisi? Sekarang sudah waktunya pasien untuk melakukan cuci darah."
Mendengar kata cuci darah disebut, Senja langsung melepas pelukan itu. Setelah menarik napas dalam-dalam, Senja mengangguk. Lalu gadis itu dibantu turun dari brangkar oleh Mars, untuk didudukkan ke kursi roda.
"Suster biar saya aja."
"Iya, mari silahkan."
Setelah suster berjalan mendahului mereka, Mars lalu mendorong kursi roda Senja dengan perlahan.
"Aku takut, Kak." cicitnya.
"It's okay, lo pasti bisa. Mau cepet sembuh, kan? Lo tenang aja, jangan mikirin apa-apa. Enggak soal di sekolah, enggak soal apapun. Lo cuma butuh percaya kalo lo bisa sembuh... lo harus percaya sama diri sendiri kalo lo bisa. Ya?"
Senja mengangguk ragu. Kalau ia bisa, ia juga tidak mau memikirkan apapun. Paling tidak untuk sementara waktu. Apalagi saat melihat Mars tersenyum padanya sembari mengusap puncak kepalanya, rasanya seperti merasakan adanya beban baru.
"Gue tunggu di sini."
Hingga akhirnya kursi roda Senja diambil alih oleh suster. Gadis itu tidak mengatakan apa-apa. Hanya mengangguk ringan sebelum akhirnya pintu tempatnya cuci darah ditutup dari dalam. Senyumnya bak pahatan seniman terbaik yang pernah ada.
KAMU SEDANG MEMBACA
Senja Milik Bumi (Completed)
Non-Fiction[SELESAI] Aku perlu puluhan malam agar aku paham apa yang kamu katakan. Bahwa kamu memang akan pergi meninggalkan. Bahwa senja adalah tanda perpisahan. Jika kita tidak ditakdirkan untuk bersatu Rindukan aku seperti pasir yang mengukir jejak kita yan...