15. Filosofi senja

921 147 2
                                    

꧁𝕾𝖊𝖓𝖏𝖆 𝕸𝖎𝖑𝖎𝖐 𝕭𝖚𝖒𝖎꧂

Senja adalah bagaimana matahari beranjak menjadi malam
Terganti oleh kelam yang hitam
Di sela angin yang memilih bungkam
Ada aku yang mengeja namamu dalam diam

Senja juga geming panjang di antara tawa dan air mata
Sunyi tanpa aksara
Menggumpal dalam kalimat yang menyapa
Meninggalkan seutas mimpi yang dulu sempat mengikat kita.

Senja juga geming panjang di antara tawa dan air mataSunyi tanpa aksaraMenggumpal dalam kalimat yang menyapaMeninggalkan seutas mimpi yang dulu sempat mengikat kita

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

SEMALAM Bumi tak bisa memejamkan mata. Kalimat Senja dan Kilau bersahut-sahutan hingga membuatnya sakit kepala. Bumi bahkan merasa tak normal sekarang.

Mimpi atau lari?

Lari. Bumi tidak pernah membayangkan masa depannya. Ia adalah daun jatuh yang mengalir mengikuti ke mana arah air membawanya dan ia tak bisa melakukan apa-apa.

Pertanyaan Kilau terus berulang, sampai Bumi pun ikut penasaran. Sebenernya ia dilahirkan untuk apa? Apa selama ini Bumi hanya raga yang hidup tanpa jiwa?

Hidup selalu mempermainkannya lagi dan lagi. Itu sebabnya, Bumi tak pernah percaya pada apa yang ada di dunia ini. Hatinya tak cukup kuat untuk terus disiksa dalam rumah sendiri. Sampai waktu itu, ia memilih untuk berlari pergi.

Bumi benci dirinya dan untuk itu ia memilih lari.

Ia berusaha keras mengikat pikirannya. Berjalan menyusuri koridor sekolah walau bising terus terdengar di telinga. Sampai akhirnya Bumi merasa nama Senja mulai memenuhi pikirannya.

Senyum cerah itu, andai ia juga memilikinya. Bumi tak bisa menolak bahwa ia menyukainya.

Apa cinta benar-benar memiliki makna? Apa konsep cinta itu benar adanya? Apa benar jika cinta mampu memunculkan dunia dan kehidupannya?

Jika memang benar, apa orang itu adalah Senja?

***

Hari ini, dengan terpaksa Senja mau duduk di sisi lapangan basket outdoor sekolah mereka. Dengan satu cup es jeruk yang saking kesalnya ingin ia guyurkan ke tubuh sahabatnya. Gadis itu sibuk mengipasi wajahnya dengan telapak tangan, sambil sesekali melirik ke arah Bulan yang sedang kesetanan.

"Aduh, ganteng banget!" ucap Bulan. Tatapnya fokus ke arah lapangan, alih-alih mengusap keringat yang mengalir di kening putihnya.

"Kita ke kelas aja yuk, Lan?" tanya Senja.

"Nggak." Bulan menggeleng, namun tatapnya masih setia ke lapangan. "Gue nggak mau kehilangan kesempatan emas bisa lihat ketek mereka. Udah mending lo anteng aja di sini sambil lihat keteknya Kak Bumi."

Senja Milik Bumi (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang