Happy reading!! 😊😊
Setelah membicarakan tentang motornya yang lecet telah selesai. Vara juga memberitahu nama nya, agar nomer Vara bisa disimpan dikontak Dafa."Jadi mb' Anastasia ada yang perlu saya tanggung jawabkan lagi? "Tanya Dafa sambil menyeruput kopinya.
"Ga ada mas, itu saja saya sudah berterimakasih atas tanggung jawab mas"Vera menundukan kepala nya berterimakasih.
"Yakin?, tapi kok kayaknya saya lihat kamu tadi jalannya pincang gitu? "Tanya Dafa sambil melihat ke bawah meja.
"Ah, iya masih sakit karena keseleo sedikit kemarin"jawab Vera yang berusaha tetap tenang.
Dafa berdiri dari duduknya menghampiri Vera dan mengulurkan tangan kanannya kearah Vera. Vera menyerengit heran karena bingung dengan aksi Dafa yang tiba tiba mengulurkan tangannya.
"Ayo saya bantu jalan. Akan saya periksa di rumah sakit"ajak Dafa sambil menarik tangan kiri Vera yang berada diatas meja.
Vera yang kaget tangannya ditarik seperti itu, hanya bisa diam dan ikut berdiri dari duduknya.
Dafa berjalan keluar cafe dengan menggenggam tangan Vera, membantu Vera berjalan yang masih sedikit terlihat pincang.
"Saya gak papa kok mas, beneran"Vera meyakini Dafa sambil berusaha melepas genggaman Dafa, karena banyak pasang mata yang memperhati kan keduanya, yang membuat Vera tertunduk malu dan risih.
Dafa tak menyahuti ucapan Vera, malah makin mengeratkan gengggamannya. Dafa dan Vera memasuki lobi rumah sakit dengan santai, tapi tidak dengan Vera. Setelah tujuh menit berjalan, akhirnya mereka sampai di sebuah ruangan yang bertuliskan diatas nya 'poli ortopedi'.
Dafa mengetuk pintunya dengan tangan kanannya, karena tangan kirinya masih menggenggam tangan Vera. Setelah mengetuk, Dafa langsung masuk begitu saja keruangan tersebut.
"Oh dokter Dafa, Ada apa yang
membuat dokter berada disini? "
Tanya seorang dokter wanita yang sedang memeriksa buku buku yang Vera tak tahu itu buku apa.'dr. Riana H. SpOT.' namanya dokter wanita itu. Vera melihatnya dari papan nama yang berada di atas meja kerja dokter wanita tersebut."Ini saya membawa pasien yang kakinya sedang terkilir akibat terjatuh dari motornya, itu karena saya tidak sengaja menyerempetnya" Dafa mempersilahkan Vera duduk di atas kasur yang berada di sebelah pojok ruangan untuk diperiksa.
"Oke, saya periksa dulu ya"dokter Riana bangkit dari duduknya dan segera berjalan menuju kasur yang diduduki Vera.
Setelah di periksa, Vera duduk di kursi yang disediakan untuk para pasien mendengar penjelasan sang dokte, dengan Dafa disampingnya. Dokter Riana pun menjelaskan bahwa Vera hanya terkilir karena gerakan yang tiba tiba yang dapat meregangkan atau merobek kumpulan jaringan keras yang membantu menopang tulang pergelangan kaki. Dokter menjelaskan untuk dikompres air dingin dan pijat agar pulih dengan cepat.
"Namanya siapa mba'? "Tanya dokter Riana sambil menulis resep obat untuk Vera.
"Anastasia mba'"jawab Dafa yang membuat Vera yang ingin menjawab kembali menutup mulutnya.
"Kerja dimana? "
"Masih SMA dokter" Dafa yang mendengar itu langsung menolehkan kepalanya menghadap Vera, jadi wanita yang ia serempet masih remaja?
"Oh sekolah dimana? "Dafa masih diam memandangi Vera. Vera yang meliahat itu hanya tersenyum canggung.
"SMA Antariksa". Dokter Riana mengangguk, ia telah selesai menulis resep obat untuk pereda rasa nyeri kepada Vera.
"Ini kamu bisa menebusnya di apotek, Nanti kamu bisa kesana sama dokter Dafa"Dokter Riana memberikan selembar kertas bertuliskan.. eh, hanya dokter, apoteker, dan tuhan yang tahu bagaimana membacanya.
"Terimakasih dokter, saya jadi ngerepotin dokter, sekali lagi terimakasih"
"Terimakasih sama dokter Dafa, kan dia yang bawa kamu kesini"Dokter Riana tersenyum dengan sesekali melirik Dafa, Setelah tiga tahun mengenal Dafa, baru kali ini Dafa membawa seorang wanita ke rumah sakit, yang ia tahu Dafa sangat cuek dengan wanita dan ia juga terlalu sibuk mengurus pekerjaannya. Karena ia sangat fokus dengan belajar dan praktik saat magang, apalagi saat sudah resmi menjadi dokter di rumah sakit ini. Tak heran ia bisa menjadi dokter disaat usianya yang tergolong muda yaitu dua puluh enam tahun.
Dafa hanya tersenyum kecil menanggapi omongan dokter Riana. Vera semakin canggung saat situasi seperti ini.
Dafa dan Vera keluar dari ruangan poli ortopedi. Dafa melihat jam coklat yang melingkar di pergelangan tangannya. Jam menunjukan pukul sebelas lebih sepuluh menit, yang artinya lima menit lagi ia akan memeriksa pasien tetapnya, yaitu ibu dari sahabatnya yang sedang sakit gula.
"Ehm Anastasia, maaf saya abis ini ada janji dengan pasien saya, kamu gapapa kan ke apotek sendiri? "Tanya Dafa yang tak enak meninggalkan Vera sendiri di rumah sakit. Tapi ia juga punya jadwal yang tak bisa di tunda.
"Gak papa kok mas eh.... dokter, saya bisa sendiri kok, maaf selama ini saya ga sopan cuma manggil mas, soalnya mas keliatan kaya masih baru dua puluhan" Vera malu saat saat kemarin ia memanggil Dafa dengan sebutan 'mas'. Dafa nya juga yang memiliki wajah yang terlihat mudaan dari umur yang sebenarnya.
Dafa terkikik geli dengan penuturan Vera. Ia juga sudah biasa bila orang salah mengira bahwa ia masih baru menginjak umur dua puluhan. Mungkin efek tampan dan baby face nya mungkin.
"Gak apa, panggil saya mas aja, saya suka kok kamu panggil saya begitu, yasudah saya tinggal dulu ya,insyaallah lusa saya akan datang,tempatnya nanti bisa kamu tulis di WA nanti" Dafa menyentuh bahu kanan Vera sembari mengusapnya lembut. Efeknya bisa membuat Vera menegang seketika. Vera hanya mengangguk dengan pelan.
"Saya pergi dulu, cepat sembuh"Dafa melepaskan tangannya dari bahu Vera, meninggalkan Vera sendiri dengan raut muka tegang dan muncul semburat merah di pipinya.
Vera menyentuh pipinya. Panas, itu yang ia rasakan saat telapak tangannya menyentuh permukaan pipinya. Oh, apa yang sedang ia rasakan sekarang? Ada getaran aneh saat Dafa menyentuh dan mengusap bahu kanan nya.
Vera menunggu antrian loket apotek rumah sakit, ia duduk di kursi antrian dengan terus menahan senyum yang mendesak ingin keluar. Ia berusaha terus bersikap tenang seperti biasanya.
Nomer antrian Vera akhirnya disebut oleh apoteker, Vera segera menuju loket untuk menebus obatnya. Setelah selseai menebus obatnya Vera langsung menjauh dari apotek.
Vera berjalan di lobi rumah sakit sambil melihat lihat obat apa saja yang harus ia minum, ada tiga plastik kecil dengan isi obat didalamnya dengan tulisan intruksi kapan harus ia meminumnya. Vera mengangguk anggukan kepalanya.
"Vera?"
-------------
Jangan lupa vote n coment😊😊
![](https://img.wattpad.com/cover/256770810-288-k815706.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Exchange
RomansaSeorang gadis SMA yang memiliki kelakuan yang tak sewajarnya gadis gadis lain lakukan. Suka kopi hitam, menaiki motor ninja, membaca berita seputar masyarakat, beladiri, olahraga, dll. Dia Anastasia Aloevera. Aldo Putra Winata.Seorang polisi yang...