20|Nasihat lagi

38 4 0
                                    


Happy reading!! 😊😊

Senin,
06.15 wib.

Dafa berlari ke dalam rumah sakit yang sudah diberitahukan oleh Aldo. Dan langsung menuju ruangan ditempat Vera dirawat.
Saat menjelang subuh tadi, Dafa baru bisa membuka handphone nya karena ia baru selesai menangani oprasi pasien yang mendadak. Banyak sekali panggilan dari Vera dan pesan masuk dari Aldo yang membuat ia khawatir. Dafa semakin khawatir setelah tau isi pesan dari Aldo bahwa Vera kecelakaan.

Aldo yang sedang duduk didepan kamar rawat Vera menoleh kearah Dafa yang berlari dengan perasaan panik.

"Gimana keadaan Vera? " tanya Dafa kepada Aldo saat sampai didepan kamar rawat Vera.

"Allhamdulilah, Vera udah sadar sekarang. Dia lagi ngobrol sama ayahnya" ujar Aldo menenangkan Dafa. Vera sudah sadar saat tengah malam tadi.

"Allhamdililah" Dafa masih mengontrol pernafasannya. Kemudian Dafa melihat Vera yang sedang duduk menyender di brankar dan sedang mengobrol dengan ayahnya. Ayahnya Vera juga dihubungi oleh Aldo. Ayahnya yang sedang berada dikantor langsung berangkat ke kota hujan saat tengah malam tadi. Rusdi merasa bersalah, karena tak menjawab telfon dari Vera kemarin sore. Ia terlalu sibuk dengan pekerjaannya sampai putri kesayangannya itu mendapat musibah lagi ia tidak ada disampingnya.

Dafa akhirnya masuk kedalam ruangan Vera. Mendengar pintu dibuka Rusdi dan Vera menoleh. Vera tersenyum saat melihat siapa yang datang menjenguknya.

"Mas Dafa" panggil Vera kepada Dafa yang masih berada di depan pintu.

"Sini loh mas, malah diem aja disitu? " ujar Vera yang menyuruh Dafa mendekat.

"Ayah kenalin ini dokter Dafa. Mas Dafa kenalin ini ayah aku" ujar Vera memperkenalkan keduanya. Karena Dafa memang belum pernah bertemu Rusdi sebelumnya. Vera hanya menceritakan kepada ayahnya bahwa sekarang ia telah menjalin kasih dengan seorang dokter.

"Saya Dafa om" ujar Dafa memperkenalkan dirinya kepada Rusdi sambil menyalimi tangan Rusdi.

"Ayah Vera. Maaf putri saya telah membuat kamu khawatir sebelumnya. Dan harus kesini pagi pagi sekali" ujar Rusdi.

"Gak papa om, saya yang harusnya minta maaf karena baru dateng. Selesai oprasi dadakan saya baru buka hape"
Ujar Dafa merasa bersalah. Namun sudah sedikit tenang saat Aldo sudah menyusul Vera duluan. Setidaknya ada Aldo yang menjaga Vera. Teman teman Vera sudah pulang tengah malam tadi saat ayahnya Vera datang sekitar jam sebelasan.

"Ya sudah saya keluar dulu ya. Kalian bisa ngobrol dulu" ujar Rusdi sambil mencium kening putrinya dengan lembut. Kemudian Rusdi beranjak keluar dari kamar rawat Vera.

"Kok kamu bisa kayak gini sia? " tanya Dafa sambil yang mengambil kursi yang sempat Rusdi duduki tadi.

"cuma kepleset trus gak sengaja ketabrak aja, juga aku kedorongnya diatas bodi motor" ujar Vera santai.

"Ya tapi kan itu tetep bahaya sia" sadar tidak sih Vera ini. Ia itu sedang mengalami kecelakaan apalagi di tempat rawan seperti itu. Bukannya hanya terpleset di atas high heels.

"Iya iya, lain kali aku lebih hati hati lagi" Vera malas berdebat dengan Dafa karena masih pagi. Terserahlah Dafa yang ingin mengomelinya.

Dafa menghela nafasnya kasar. Walaupun dirinya seorang dokter, namun ia juga belum bisa untuk menjaga Vera selama dua puluh empat jam penuh. Ia khawatir dengan Vera. Apalagi Vera yang memiliki sifat tak sediam gadis gadis lainnya.

"Iya maafin aku. Aku salah" ujar Vera sambil memberengut.

Dafa yang melihat keadaan Vera seperti itu, tidak akan tega untuk memarahi Vera. Itu juga sudah takdir nya Vera. Dafa mengelus rambut Vera lembut.

ExchangeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang