28|Sadar

32 2 0
                                    


Happy reading!!😊😊

    "Anastasia Aloevera "

   Vera mematung. Apa, apa maksudnya ini? Jadi selama ini Aldo suka padanya? Tapi, tapi kenapa, harus dirinya? Ah, mungkin Aldo hanya bercanda.

   "Apa pak? " ujar Vera yang mengalihkan pembicaraan Aldo. Yang mungkin hanya memanggilnya.

   "Saya suka sama gadis yang namanya Anastasia Aloevera "
Ujar Aldo dengan santai. Namun diam diam ia juga merasa gugup dan berdebar. Tidak terpikirkan oleh nya bila akan menyatakan perasaannya saat ini juga. Namun ia bersyukur bisa mengatakan ini. Ia jadi sedikit lega. Dan ia yakin bila Vera akan menjauhinya. Maka ia akan bisa segera melupakan Vera.

   Aldo tersenyum kemudian mengacak acak pucuk kepala Vera dengan santai. Namun tidak dengan Vera. Ia malah meneteskan air matanya.

   "Loh kok kamu nangis? " tanya Aldo yang bingung dengan respon Vera sekarang. Seharusnya ia yang menangis karena Vera telah menjadi milik orang lain? Terbalik bukan?

   "Jadi selama ini? " tanya Vera kepada Aldo dengan air mata yang tambah mengalir. Jadi selama ini, dari Aldo baru  bertemu dengannya, dari Aldo yang membantu surat tilangnya, dari Aldo yang membawa dirinya bertemu ibunya, dari Aldo yang datang kerumah sakit saat ia kecelakaan. Itu karena Aldo sudah menyukai dirinya?

   Aldo tersenyum kemudian mengangguk.

   "Bapak benar benar cinta sama saya? " tanya Vera memastikan.

   Aldo mengangguk lagi.

   "Jadi bapak pas bisikin saya kalo bapak sayang sama saya bukan sebagai adik aja?itu beneran?  "

    Aldo menatap Vera. Bagaimana Vera tahu hal itu. Saat dirinya membisiki Vera bahwa ia meminta Vera untuk bangun dan mengatakan bahwa dirinya sayang dengan Vera.

   Vera menutup kedua matanya dengan satu tangan. Ia tak bisa membendung lagi air matanya yang mendesak untuk keluar lebih banyak. Ia menggigit bawah bibirnya. Ternyata benar saat Aldo membisikan untuk menyuruh dirinya bangun dan Aldo mengatakan Aldo mencintai dirinya bukan sebagai adik namun benar cinta tulus kepada seorang perempuan.

    Ya Vera mendengarnya. Saat itu ia sudah sedikit sadar saat Aldo menjenguknya. Namun ia belum sanggup untuk bangun karena ia masih merasakan sakit  di sekujur tubuhnya. Ia memilih diam dan tak membuka matanya saat Aldo datang. Ia juga sedikit terkejut saat Aldo mencium telapak tangannya dan membisikan sesuatu padanya. Ia semakin yakin bahwa Aldo hanya menyayanginya hanya sebagai adik tidak lebih. 

   Ingin rasanya ia memutar waktu saat ini. Ia ingin kembali disaat Aldo dan dirinya diintrogasi oleh ayahnya. Disaat Aldo ditanyakan oleh ayahnya, apakah dirinya suka dengan Vera atau tidak. Seharusnya Vera tidak menjawab duluan. Seharusnya ia mendengar sendiri jawaban dari Aldo. Ia merasa bersalah sekarang. Ia seperti sudah sangat jahat kepada Aldo. Padahal Aldo yang mencintainya duluan dari pada Dafa. Namun ia malah berpacaran dengan sahabat Aldo sendiri. Aldo pasti merasakan sakit hati yang teramat dalam.

   "Hey Ra, jangan nangis ya, ini bukan salah kamu. Ini juga salah saya yang selalu memendam perasaan saya, saya tidak tahu bila Dafa juga suka dengan kamu. Saya tidak apa apa Ra" ujar Aldo menenangkan Vera. Ia tau bila saat ini Vera merasa bersalah karena sudah selalu mengelak kode darinya.

    Vera turun dari bangku,  kemudian menatap Aldo lekat. Detik selanjutnya Vera memeluk tubuh Aldo dengan erat. Aldo sedikit terkejut dengan kelakuan Vera yang sangat tiba tiba. Aldo membalas pelukannya. Mengusap punggung dan rambut Vera dengan lembut.

    "Saya juga sayang sama bapak " ujar Vera disela tangisannya. Ia juga menyadari perasaan nya sekarang. Ia juga merasakan hal yang sama dengan Aldo. Ia selalu nyaman dengan Aldo, ia suka di dekat Aldo,ia suka dengan Aldo yang selalu lembut kepadanya,  ia suka dengan Aldo yang selalu menanyakan tentang dirinya dan mengkhawatirkan dirinya, ia suka dengan Aldo yang selalu ada untuk dirinya. Dan ia tidak suka dengan Aldo yang tiba tiba bersikap cuek kepadanya. Ia merasa sedih dan sakit saat Aldo melakukan itu kepadanya.

ExchangeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang