35|Kapan, dimana?

28 1 0
                                    


Happy reading!! 😊😊

17.35 wib.

    "Udah Ver pak Aldo cuma lagi emosi aja kok, dia gak bakal gak nemuin lo lagi. Dia itu khawatir banget sama lo, makanya dia sampe bisa marah kayak gitu" ujar Sarah menenangi Vera yang sedari tadi diam sambil menyandarkan badannya di sandaran kasurnya.

   "Gue udah buat dia kecewa sama sakit hati, gue bilang sama dia kalo gue gak mau bikin dia marah karena hal sepele gini doang" ujar Vera.

   "Tuh kan, ya wajar aja lah pak Aldo marah. Mana ada cowok sih yang bener bener sayang, cewek nya di kayak gituin diem aja? Itu bukan masalah sepele buayaaaa"
Ujar Sarah yang gemas dengan penuturan Vera. Pantas saja Aldo bisa semarah itu karena Vera yang menyepelekan kajadian itu.
Padahal Vera setelah kejadian itu terus saja memeluk Aldo dengan erat.

   "Trus gue harus gimana? " tanya Vera.

   "Minta maaf lah, bilang juga terimakasih, masa gitu aja gak tau Ver,  Ver... "  ujar Sarah malas.

   "Telfon sekarang? "

   "Engga, nunggu pak Aldo nikah ama orang lain" Hih!, Sarah gemas sekali dengan Vera saat ini.

   Vera langsung buru buru mengambil handphonenya dan mencari kontak Aldo, dan menelfonnya. Namun sudah dua kali panggilan, Aldo tak mengangkatnya. Baru kali ini selama mengenal Aldo, Aldo tak mengangkat telfon darinya. Vera semakin takut bahwa Aldo memang tidak akan mau menemui dirinya.

   "Ada apa? " Aldo akhirnya mengangkat telfon dari Vera namun ia berbicara dengan nada masih dingin.

  "S-saya mau minta maaf, dan juga berterimakasih banyak banget sama bapak" ujar Vera dengan kaku, jujur jantungnya berdegup kencang mendengar Aldo yang masih menggunakan nada yang dingin.

   "Ada lagi? Saya sedang sibuk saat ini" ujar Aldo yang ingin menyudahi telfonnya.

    "Saya butuh bapak" tangis Vera pecah saat itu juga. Entah, saat Aldo berkata dingin kepadanya ia merasa sakit juga. Aldo seperti bukan Aldo yang dulu, yang hangat dan juga lembut bila bersama dirinya. Namun ini seperti orang asing yang baru kenal saja.

   Tak ada jawaban dari sebrang telfonnya. Aldo diam tak menyahuti ucapan Vera. Ia juga merasa khawatir dengan Vera, ia juga jadi bersalah telah membuat Vera tadi dan saat ini menangis. Namun ia juga masih sakit hati karena menganggap Vera tak membutuhkan dirinya.

   "Saya merasa sudah pernah hampir diperkosa sebelumnya" ujar Vera tanpa sadar. Ini membuat Sarah dan Aldo terkejut dengan penituran Vera.

   Aldo terdiam, apa jangan jangan Vera sudah sedikit mengingat masa lalunya itu? Apa ini yang membuat ia syok berat tadi? Trauma Vera kambuh?

   "Jaga diri kamu dengan baik, kalo ada apa apa segera hubungi Dafa" ujar Aldo dengan berat hati. Ia ingin melindungi dan mendengarkan Vera namun ia sadar posisi saat ini. Dafa lebih berhak untuk Vera.

    Vera membanting handphone nya ke lantai. Ia jengah dengan Aldo yang berusaha menghindar darinya. Dafa juga, ahg! Ia ingin segera putus sekarang juga. Disaat pacarnya sedang mendapat musibah, namun tetap tak ada menelfon. Motornya juga belum dibawa pulang sampai sekarang ini. Apa itu yang dikatakan pacar? Mau jadi apa dirinya saat benar menikah dengan Dafa?

   "Ver, tenang Ver... Hape lo juga jadi rusak kan? Aduh" Sarah mengambil handphone Vera yang Vera banting tadi. Ia juga melihat Vera yang seperti menahan emosi.

   "Gue mau putus dari Dafa" ujar Vera yang berusaha meredam emosinya. Persetan dengan embel embel mas atau pak. Vera sudah jengah dengan Dafa.

ExchangeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang