23. Amarah

4.3K 256 13
                                    

Bulu mata lentik yang tertunduk itu searah dengan netra cokelatnya yang terpejam. Hidungnya yang terpahat sempurna menarik napas dengan tenang seirama dengan dengkuran halus yang keluar. Cahaya matahari menyorot ketampanannya. Gadis berambut ombrei itu masih betah menopang dagu sembari berjongkok memandangi lelaki tampan yang terlelap bagai dewa.

Savea menaruh kotak bekal brownis berwarna biru yang menjadi tumpuannya ke lantai rooftop. Rasa kebas pada kakinya mendadak menghilang akibat keberhasilannya dalam mencuri potret langka dewa itu. Zenon Almeer Faith begitu cute didalam layar ponselnya. Masih mengagumi ketampanan Zenon, gadis berseragam olahraga itu bergumam. "Kamu ganteng banget kalau lagi tidur gini. Jadi sayang kalo dibangunin."

"Jangan nikah sama orang lain. Lili tuh jahat kamu sama aku aja," gumamnya lalu terkikik.

"Ngapain?" Savea sedikit terkejud karena suara serak yang keluar tiba-tiba itu. "Ganggu." Dan pernyataan juga seolah tak berarti, dia malah salah fokus pada mata cokelat Zenon yang menenangkan.

"Savea saya tanya kamu ngapain disini?"

Savea tersadar dari lamunannya. "O-oh ini aku buat brownies, diimakan ya." 

Enggan menerima pemberian gadis itu, Zenon berdiri kemudian bersedekap. "Saya gak suka makanan manis."

Ikut berdiri, gadis itu menatap lelaki di depannya bingung. Saat menemani Kiran mengantarkan brownies tadi, Bima dan Cakra kompak berkata bahwa ini adalah kue kesukaan Zenon. Bahkan saat ia bertemu Bella tadi wanita itu juga sempat mengatakannya. "Tapi kata Bima sama Cakra kamu suka bahkan kata mama ka-"

"Itu kata Bima sama Cakra bukan saya!" tolak Zenon sarkas. "Gak usah kasih saya makanan, minuman, apapun itu. Karena yang menyangkut kamu saya gak suka. Ngerti?"

"Eno kamu marah sama Vea? Aku salah apa sama kamu?" Savea merasakan sesuatu yang sesak dihatinya. "Ah kamu pasti salah paham sama masalah kemarin ya, sumpah itu bukan aku-" 

Lgi-lagi Zenon menyelanya, "Ngapain saya marah sama kamu, memangnya kamu siapanya saya? Gak penting banget."

Savea terdiam menunduk, mulutnya seolah bisu untuk membalas.

"Sorry bro gue mau ngomong sama cewek gue." Tiba-tiba tangan panjang seseorang yang sedari tadi melihat keduanya dari jauh, menarik lengan Savea kasar.

Savea tersentak, kotak bekal ditangannya jatuh sampai membuat seluruh isinya berserakan. "Jordi lepasin tangan gue sakit!"

"Gue mau ngomong. Ini penting, mengenai perjodohan dan keluarga kita. Lo udah liat berita sama artikel hari ini?" Jordi berdesis. "Karena bokap teman sialan lo itu, bokap gue ditangkap atas kasus penggelapkan dana pemerintah. Dan asal lo tau, bokal lo juga ada hubungannya sama penggelapan itu. Jadi suruh temen lo-"

"Maksud lo? Bokap gue siapa?!" bentak Savea emosi sambil melepaskan cekalan keras Jordi.

Gadis itu tiba-tiba saja sadar bahwa Zenon masih ada disana menatap keduanya datar. "Selesain masalah kalian."

Jordi seolah menang telak ketika Zenon melenggang pergi. Tanpa menunggu lama Savea hendak mengejar Zenon namun Jordi lagi-lagi mencekalnya. "Eitss, mau kemana sayang?"

Mengumpat kasar, dengan sekuat tenaga gadis itu menyikut perut Jordi. "Sialan lo cowok brengsek!"

"Savea anjing!" Jordi berteriak kesakitan. "Jangan kabur lo jalang!!"

Zenon and Savea (NEW VERSION) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang