31. Bucin

4.1K 306 27
                                    

Sehari sebelum Zenon jadian, Kaizhan menatap adiknya atas bawah, pria tampan yang sedang mengunyah perkedel buatan ibunya itu merasakan ada yang berbeda dengan gerak-gerik Zenon. "Meja belajar lo kemana, sampai lo niat banget bawa buku segaban dan belajar di meja makan?"

"Ada di kamar," jawab Zenon fokus lagi pada tulisan dan kertas cakarannya.

"Terus kenapa belajar disini?"

"Pengen aja."

Kaizhan mengangguk-anggukan kepalanya. "Belajar apa?"

"Geometri." Zenon menutup bukunya lalu menatap abangnya penuh tanda tanya. "Caranya ngungkapin perasaan itu gimana Bang?"


Kaizhan mendelik lalu berkata, "Pertanyaan bodoh macam apa itu, ya ngomong dong. Emang kalau lo mingkep terus orang bakal tau perasaan lo? Bodoh."

"Lo yang bodoh!" balas Zenon tak terima.

"Lo bodoh!"

"Gue pinter!"

"Anjir gue juga pinter kali, gue udah selesai S2 ye! Lo SMA aja belom kelar, pinter itu kayak Natasya lompat-lompat kelas!"

"Gue pinter ya Bang, buktinya gue mau nembak Savea pake rumus cinta. Lo nembak Dokter Natasya pakai apa? Omong kosong?" Penyakit mulut pedas Zenon akan muncul jika berdebat dengan kakak sulungnya.

"Heh adek jahanam, gue nembak Natasya langsung pakai cincin!" tukas pria tampan itu tajam. "Dari pada lo, mau nembak orang yang dulu ditolak-tolak, malu gak kena karma?"

"Ini bukan karma, gue jatuh cinta dan ini takdir."

Mata Kaizhan langsung memincing, merinding. Jarang-jarang adiknya begitu lugas dan terus terang seperti ini. "Kalau lo cinta, coba sebutin satu alasan kenapa lo suka sama Savea? Peraturan pertama dalam kamus pria sejati, gak ada kata kasihan buat permainin perasaan perempuan."

"Gak sadar diri udah berapa perempuan yang lo sakitin?" sindir Zenon sarkas.

Mendengar kalimat sinis itu Kaizhan mengusap wajahnya kasar. "Gue udah tobat karena ketemu Natasya lagi. Dan sekarang gue harap adek gue gak ikutan brengsek kayak gue dulu. Jadi kenapa lo bisa suka sama dia?"

"Lo sendiri kenapa bisa suka sama Dokter Natasya?" Zenon dengan watak kerasnya malah bertanya balik membuat orang dihadapannya menggeram kesal.

"Buset malah nanya balik, gue suka sama Natasya ya karena dia Natasya. Natasya itu berbeda!"

"Gue juga suka Savea karena dia Savea!" ujar Zenon tanpa ragu.

Kaizhan menggebrak meja pelan, "Ya kenapa lo bisa suka sama Savea, Oncom, adikku tersayang? Setelah lo nolak dia mati-matian, terus bilang dia bukan tipe lo dan sekarang lo malah suka sama dia, itu kenapa ogeb?"

"Takdir."

"Ya Allah, nyerah saya bertanya pada manusia batu ini." Kaizhan melirih sambil mengusap wajahnya lagi.

Cowok berkaos hitam dengan kolor cokelat tua itu, menumpuhkan tangan kanannya pada dagu. "Gue baru sadar, gue sama Savea ibarat dua buah garis geometri berbentuk kurva melengkung, dengan titik masing-masing yang pasti akan selalu bertemu."

Zenon and Savea (NEW VERSION) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang