35. Punya nyali?

2.9K 233 11
                                    

"Savea Amara Hakim. Punya nyali kamu buat lawan perintah saya?" Mata Damian makin menajam dengan raut datar yang selalu melekat padanya.

Suasana makin mencekam kala Savea membalas tatapan tajam itu. "Jangan maksa-maksa gitu dong Pak, mentang-mentang bapak guru disini jadi seenaknya gini. Saya udah bilang kan, kalau saya gak mau belajar bareng bapak. Saya punya pacar yang siap ngajarin saya."

"Keras kepala. Disini saya tidak memaksa tapi ini murni karena kebebalan kamu yang selalu lalai menjalankan tugas sebagai pelajar. Jangan buat saya banyak bicara, Savea," ujar Damian mulai muak.

Gadis itu menghela nafas kasar, sial dia bukannya takut pada Damian tapi bagaimanapun pria didepannya ini adalah wali kelasnya. Savea menggerutu, sialan disaat ia mau bertobat untuk lebih giat belajar, guru-guru mata pelajarannya malah lepas tangan, membiarkan ia berjuang sendiri untuk mendapatkan nilai dan memperbaiki semuanya yang tertinggal akibat bolos, melawan, jarang mengerjakan tugas dan semua hal buruk yang selama semester ini Savea lakukan.

Pertanyaannya kenapa harus Damian Alvaro?! Pria yang jelas-jelas menyebalkan meskipun beberapa kali menyelamatkannya. Banyak kabar miring yang beredar kalau Savea punya hubungan khusus dengan guru itu karena perhatiannya berlebihan. Savea risih, isu miring itu membuatnya tak nyaman tiap kali berhadapan langsung dengan Damian. Dan sekarang, mulai besok dia tak akan lagi belajar bersama Zenon tapi bersama Damian. Kenapa Tuhan? Kenapa semuanya menjadi rumit seperti ini?!

"Besok sebelum jam 4 kamu harus sudah ada di perpustakaan. Ini kesempatan terakhir, jangan buat saya juga ikut lepas tangan dan nama kamu di daftar siswa kelas saya, dicoret," tajam Damian kembali fokus pada layar laptopnya. "Keluar dan langsung pulang."

Menghentakan kakinya kesal Savea keluar dengan tangan mengepal. Songong banget sih itu guru baru. Sok ngatur-ngatur emang dia siapa, pacar? Dih amit-amit anjir!

"Lo gak diapa-apain, kan Vea?!" Pekikan Kiran yang sengaja menunggu menyambut Savea. "Lama banget anjir dia ngomong apa aja sih?"

"Dia jadi guru privat gue mulai sekarang Kiran.. malas banget padahal gue udah semangat belajar bareng Zenon my love," kata Savea lesu sekali.

"Belajar bareng?" Savea mengangguk malas menjawabi pertanyaan Kiran. Ya Tuhan itu artinya mereka akan punya banyak waktu berdua, dan Damian pasti lebih leluasa menjalankan misinya, pikir Kiran. "Sejauh ini lo yakin dia orang baik?"

Savea menggeleng namun ragu-ragu, "Gue bukan orang yang gak tau malu apalagi memutarbalikan fakta, gimanapun dia selalu ada kalau gue lagi kepepet dan butuh bantuan. Entah itu kebetulan atau apa tapi Pak Damian itu misterius."

"Makanya kalau disuruh ngumpulin tugas itu nurut sama gurunya o'on. Bukan malah tambah ganas lo bolos gak ngajak-ngajak gue sih jadi gini, kan."

"Yee dongo kapan gue bolos gak pernah bareng lo. Yang ada situ yang ngajak saya terus. Lo tuh enak jadi anaknya ketua yayasan, guru-guru mana berani tegas, marah-marah sama lo yang ada entar dipecat bokap lo." Warning, ini hanya untuk para sahabat yang sudah melewati gurun sahara bersama. Jadi, jangan lakukan bila temanmu orangnya cepat tersinggung dan untuk Savea dan Kiran, mereka sudah terbiasa.

"Anda pikir saya tidak disiksa, heyy stupid gue juga disuruh belajar, diprivat juga bedanya kalau lo sama Pak Damian gue bareng Buk Siti dan Pak Slamet, kudet sih anda. Sibuk pacaran sampai lupa sama sahabatnya," sinis Kiran menggebu.

"Muncrat bego, jorok banget sih Kiran," dumel Savea. "Tapi gakpapa kalau lo sama dua sejoli itu mereka, kan friendly."

"Friendly mbahmu. Tapi gakpapa ini cuman buat 2 minggu kedepan kita harus tabah kawan," ujar Kiran mengelus dadanya sabar. Dia tidak mau terlalu membebani pikiran Savea. Bagaimanapun Kiran termasuk orang yang mengerti latar belakang Savea dan sebanyak apa masalah kehidupan sahabatnya.

Zenon and Savea (NEW VERSION) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang