Pertengahan Januari, awal baru untuk semester tahun ini. Walau begitu rasa malas selalu bersahabat dengan hari, mau mendung atau cerah Savea dan Kiran pasti malas sekolah. Namun, kalau dulu bolos rasanya menyenangkan, sekarang penghilang rasa malas mereka hanya ada di sekolah. Untuk Savea sudah pasti paduka Zenon yang paling tampan. Untuk Kiran, Savea rasa masih hipotesis, antara Cakra atau kerinduannya. Atau pula hanya sekedar untuk terlihat baik-baik saja, walau hati porak-poranda saat mata saling memandang.
"Jadi gimana bestie natalan di kampung halamannya?" tanya Savea yang sudah rapi dengan seragam ketatnya. Kini ia tengah memasang bulu mata palsu di dalam mobil.
"B aja kayak natalan di Indo, bedanya disana dingin karena salju," balas Kiran datar.
"Yaelah disini juga dingin kali tapi karena hujan." Kiran mengangguk malas lalu keluar lebih dulu sedangkan Savea mendengus, buru-buru ia keluar sambil menenteng tas dan sebuah novel romantis, sebelum sahabatnya itu mengamuk.
Keduanya berjalan dengan angkuh keluar lingkungan parkir, mengabaikan siulan dan tatapan nakal kaum adam. "Jadi bulu mata lo botak karena dipanggil sayang sama Zenon?"
"Iya gue salting, abisnya dia jarang manggil sayang. Tapi lo harus tau, karena my baby tersayang itu ngerasa bersalah, dia jadi beliin minyak kemiri yang baik buat pertumbuhan rambut, katanya sih dia liat dari google. Romantis, kan?"
"Lumayan, Zenon keknya sumpurna banget di mata lo. Gue rebut ah," kata Kiran menggoda.
"Dih coba kalau bisa." Savea mengebaskan rambut, songong. "Menurut gue, Zenon itu sempurna banget. But dia kadang kurang peka juga sih, tapiiii sekalinya Zenon tau, itu cowok tuh bakal berusaha banget gitu loh. Ngerti gak sih?"
"I see kalian kelihatan kayak couple aneh. Bahkan ya, mungkin bukan cuman gue tapi, orang lain juga ngira hubungan kalian gak bakalan bertahan lama. Sehari, dua hari Zenon pasti gak tahan sama kelakuan gesrek lo, eh faktanya malah jadi sebucin itu," ucap Kiran ikut berbinar seperti Savea.
"Tapi kasihan dia Ran, Zenon tuh pernah cerita katanya, dia itu manusia biasa, kadang Zenon rasa kekurangannya yang paling dominan itu susah buat ungkapin sesuatu. Menurut gue yang suka koar-koar sembarangan, itu emang menyiksa batin banget."
"Siapa suruh jadi introvert?"
"Ih lo mah gak ngerti, udah keturanan papa Tama kali."
"Tapi kata lo abangnya satu spesies sama kita, suka koar-koar gitu. Mantan playboy lagi."
Savea berdecak. "Mendingan Zenon jadi introvert dari pada jadi playboy cap kodok. Tapi untungnya kalau sama gue dia hangat, meskipun pendiam."
Kening Kiran langsung mengerut, terpampanglah wajah bodohnya. "Defenisi pendiam tapi hangat itu gimana ya Ibu Savea?"
"Ya Allah Ran, maksudnya tuh kayak Zenon itu kaku banget kan, misal buat bangun suatu percakapan yang panjang, topiknya pasti gue yang cari atau gue yang selalu mulai." Kiran mangut-mangut, lalu Savea lanjut berkata. "Dulu gue kira topiknya tuh bakal mati gitu atau garing, tapi ternyata enggak. Soalnya meskipun gue yang paling dominan, kita bakal tetep nyambung karena Zenon gak sedingin yang dia tunjukin sama orang lain. Ngerti, kan? Dia bakal respon dan balik tanya walaupun pendek kalimatnya."
Savea melihat Kiran berhenti di undakan tangga pertama untuk masuk lorong utama sekolah. "Ngerti-ngerti."
Tiba-tiba sahabatnya itu berceletuk tentang Cakra. Oke, sesi curhat ini masih panjang. "Kalau gue sama Cakra dulu, kita sama-sama mendominasi pokoknya seimbang. Apalagi Cakra orangnya cukup suka ngelawak, yang gue paling benci kalau kita lagi pacaran pasti organisasinya selalu nyangkut dimana-mana. Gue yang harus ngalah, gue yang harus ngertiin dia! Tapi lupain deh, gue udah move on!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Zenon and Savea (NEW VERSION)
Teen FictionMenutup mata dan telinga, memaksakan diri untuk mengembara, pada akhirnya jawabannya adalah dia dan cinta. Zenon Almeer Faith, Cowok beretra cokelat itu terkenal dengan paras tampan dan kekayaan yang berlimpah. Di tambah, kepandaiannya dalam adu fis...