"Perutnya cuman tergores dikit doang Mbak, semua orang lebay. Ini gak ketusuk kok, luka kecil doang. Jangan kasih tau ayah sama bunda ya? Vea gak mau ayah kahwatir. Bunda juga bisa marah besar kalau tau aku buat masalah lagi."
Natasya mengobati luka itu sembari menahan tangis. Sementara Savea? Gadis terus berceloteh seolah tak merasakan sakit. "Oh iya, gimana Mbak hari ini? Masih diisengin sama Bang Kaizhan gak? Atau udah ada kabar baik nih, udah jadian ya?"
"Kamu kenapa kuat banget?" tanya Natasya yang akhirnya menitihkan air mata.
"Rasanya tetap sakit mbak, tapi kalau aku gak kuat siapa yang mau kuaitin ayah?"
"Mbak tau kamu anak hebat," gumam Natasya sambi mengusap rambut halus adiknya yang mulai tertidur karena efek obat.
Masih di atap yang sama ruang bernuansa putih itu dipenuhi keheningan. Tak ada yang membuka suara. Sampai Kaizhan menghela nafas lega dan berkata, "Barusan gue WA Nata katanya, perut Savea udah diperban lagi, dia sekarang lagi tidur, dijagain mama."
"Syukurlah."
Kaizhan menepuk pundak adiknya. "Jangan langsung pulang, lo ganti baju punya gue, makan, terus jengukuin dia."
Zenon bungkam, entalah cowok itu banyak merenung sekarang. Suara pintu terbuka memecah keheningan. Cakra berujar pelan. "Gue mau antar Kiran pulang dulu, dia belum makan, nangis terus soalnya. Nanti gue kesini lagi sama Bima."
"Hati-hati Cak."
"Iya Bang. Gue duluan."
Satu yang Zenon ketahui sekarang, Savea hanya punya beberapa orang yang hangat disekitarnya. Kiran, kekasih sahabatnya itu datang dengan kondisi berantakan. Ia menangis menyalahkan dirinya karena katanya, Sabrina terpancing emosi karena Kiran yang pertama mencari masalah. Sedangkan dokter Natasya berdiri seperti pantung, tidak makan, tidak istirahat dan tidak berbicara. Entah apa yang menggagu pikirinnya namun itu pasti tentang kondiri ayah Savea yang drob.
Zenon mendengar semuanya. Seorang wanita datang bersama sang suami, mengamuk, mengancam Natasya mengenai keselamatan anak perempuannya. Baru saja hal yang tak pernah terpikirkan di benaknya terjadi. Gadis yang selama ini selalu tersenyum angkuh, meringkih dan menangis pilu, memohon agar sang bunda mengembalikan kebahagiaannya.
"Keadaan kamu gimana? Masih sakit perutnya? Kamu tenang ya, temen kamu yang jahat itu udah Papamu proses ke jalur hukum. Ayo kita pindah ke rumah sakit lain kalau kamu masih ngerasa sakit. Sayang jangan diemin Bunda gini dong," ujar Diana frustasi. Ia menghadap suaminya. "Mas bujuk dia, aku gak mau anak kita kenapa-napa."
Sebelum Andrew mengeluarkan sepatah kata, Savea yang berbaring diranjang menjawab datar. "Aku mau dirawat disini bareng ayah."
"Justru itu!" Nada bicara Diana mulai meninggi. "Karena ada ayah kamu, Bunda gak mau kamu kena sialnya. Kamu ikut Bunda sama Papa pindah, gak ada tapi-tapian."
Savea membuang mukanya. Ia menangkup tangan Natasya yang berdiri sebelahnya, ia mengadu. "Bilang sama Bunda aku gak mau, aku maunya disini sama ayah."
"Ngapain kamu sama ayahmu, dia bahkan seatap sama kamu disini tapi, dimana dia sekarang? Dia bahkan gak jenguk kamu. Kamu tau kenapa? Karena ayah kamu lemah, untuk hidup aja dia gak sanggup apalagi ngerawat kamu. Kamu ikut Bunda aja."
KAMU SEDANG MEMBACA
Zenon and Savea (NEW VERSION)
Teen FictionMenutup mata dan telinga, memaksakan diri untuk mengembara, pada akhirnya jawabannya adalah dia dan cinta. Zenon Almeer Faith, Cowok beretra cokelat itu terkenal dengan paras tampan dan kekayaan yang berlimpah. Di tambah, kepandaiannya dalam adu fis...