30. Pacaran

4.3K 323 40
                                    

Kalimat itu, kalimat yang hadirnya paling Savea tunggu. Apa angannya, kini menjadi kenyataan? Astaga, Zenon Almeer Faith, kini lelaki tampan dan berwibawa itu menampakan senyum tipisnya. Mereka saling memandangi, membiarkan suara bising orang disana bersuara diantara kebungkaman yang tercipta.

Tak ada yang bisa mendeskripsikan perasaan selain keduanya sendiri. Jantung yang berdebar gila, bibir yang masih tertutup rapat, netra yang saling beradu. Semuanya membawa mereka dalam pusaran asmara.

Tangan putih pucat milik Savea beralih menggenggam tangan Zenon erat. Zenon membalas genggaman Savea. Masih tanpa sepata katapun Savea turun dari podium, membawa Zenon dalam gandengan lembutnya, berlari kecil dari hiruk pikuk orang-orang seperti sangat terkejut sepertinya.

Mereka sampai pada tempat tinggi yang langsung menghadap langit dengan napas yang terengah. Pikiran Savea masih kosong, entalah kenapa dia berlari menaiki tangga menuju rooftop dan membawa Zenon kesini. Tawa Savea terlepas. Benar ya, orang akan gila ketika jatuh cinta. Lihat, sang manusia batu juga ikut tertawa layaknya orang bodoh! Dan ya, entah sudah hilang kemana headset mikrofon yang tadi menempel dipipi Zenon. Persetanlah, Zenon bisa membeli yang baru nanti untuk mengganti benda milik sekolah itu.

"You love me?" tanya Zenon tiba-tiba.

Spontan Savea menepuk keningnya mendengar pertanyaan bodoh itu. "Ya Tuhan, itu pertanyaan paling bodoh yang pernah aku denger langsung dari mulut kamu."

"I love you."

Pipi Savea merona merah! Ini kali pertama manusia batu mengucapkan pernyataan cinta dari mulutnya langsung.

"Jadi gimana?"

Savea mengangkat satu alisnya, sengaja memancing. "Maksud kamu gimana apanya?"

Rasanya Savea ingin mengumpat keras untuk mengepresikan kebahagiannya. Namun, sepertinya satu kesalahan telah terjadi. Ah, seharusnya ia tak usah sengaja menantang Zenon karena itu hanya memperburuk kondisi jantungnya. Savea mati-matian berusaha terlihat tenang ketika Zenon dengan sengaja mempersempit jarak diantara mereka.

"Kita," kata Zenon ketika kedua tangannya sudah membayang sempurna di pinggang gadisnya.

Savea menahan pundak Zenon memberika jarak sambil mengulum senyum nakal. "Kita kenapa?"

Perlahan Zenon mengulurkan satu tangannya, menyelinapkan anak rambut yang menjuntai diwajah cantik Savea. "Kamu mau jadi pacar saya?"

"Kan tadi dibawah udah kamu bilang gak nerima penolakan, berarti mau gak mau aku harus mau, kan?"

Zenon tahu kalau gadis didepannya ini sedang menngisenginya.

Oke, gadisnya ini benar-benar nakal.

Zenon terkekeh kecil. "Kamu terpaksa ya? Kalau gitu seharusnya saya bilang suka aja udah cukup, gak perlu kasih status? Yaudah oke, lupain aja yang dibawa tadi."

Mata Savea membesar sepurna, "Idih enak aja! Udah ditembak pake rumus cinta, didepan banyak orang pula. Baper akutuh."

Zenon tanpa malu juga mengeluarkan tawa hingga mengacak rambut kekasihnya gemas. Dalam sekali hentakan Savea menumbrukan tubuhnya kedalam pelukan Zenon. Pelukan mereka semakin erat, kemudian disusul dengan kecupan dikening Savea yang mehangatkan.

"Vea."

"Hm?"

"Vea."

"Iyaa?"

"Vea."

"Kenapa Eno?"

"Vea."

"Iyaaaaaaaa sayang, kenapa sih?" Savea yang kesal malah semakin mengeratkan pelukannya.

Zenon and Savea (NEW VERSION) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang