24. Tapi tahukah kamu?

4.6K 243 9
                                    

Kiran menutup pintu apartemennya kemudian keluar dari sana dengan raut gusar. Tanpa peduli dengan kondisi alam yang sedang diguyur hujan ia melangkahkan kakinya cepat menuju parkiran. "Oh Jesus, Savea lo dimana?!"

Ini tidak adil disaat ia membutuhkan bantuan dari sang pacar dan sahabatnya, mendadak semua ponsel mereka tak aktif. Kiran bingung harus menanyakan keberadaan Savea dimana lagi, selain dokter Natasya yang sedang melakukan operasi. Begitu kata suster saat ia menelpon tadi.

Zenon Almeer Faith. Kiran yakin nama itu menjadi tersangka utama menghilangnya Savea dari siang tadi. Kepergian Savea dengan izin membawakan brownies untuk cowok itu tidak berujung pulang hingga saat ini.

Dimana sebetulnya gadis itu, tidak biasanya dia menghilang seperti ini. Apa dia pulang ke rumah? Kiran benar-benar kahwatir jika sampai Savea pulang kerumahnya, entah apa yang akan diperbuat Diana. Pasalnya, ia habis dicaci-maki oleh wanita baya itu lewat panggilan karena suaminya didatangi polisi. Ini berhubungan dengan kasus Ayah Jordi yang dilaporkan oleh Papanya.

Semoga sahabatnya itu tak terkena masalah lagi karena misinya menjatuhkan keluarga bajingan alias Jordi. Ya Tuhan, semoga saja tidak. Kiran terus berdoa dan berusaha menelpon Cakra. "Kenapa gak diangkat sih?!"

"Non, mobilnya sudah siap," ujar sopir pribadinya dengan payung yang menggantung ditangannya.

Kiran mengangguk. "Makasih Pak. Kita ke sekolah aja dulu, siapa tau Vea masih ada disana."

Langkah dua orang itu terhenti kala mobil BMW berwarna hitam membunyikan klakson. Savea keluar dari sana dengan payung hitam dan menghampirinya. Kiran kaget, reflek memekik. "Savea lo dari mana aja, kenapa lo bisa basah kuyup gini?!"

Kiran menegang saat Savea dengan sigap memeluknya. Savea meringis dengan suara bergetar. "Vea lo kenapa?" Kiran menangis, tak tega dengan keadaan mengenaskan sahabatnya. Tak ada jawaban namun, tangisan gadis lemah itu pecah di dalam dekapannya.

Karena tak kunjung dijawab Kiran berteriak ditengah derasnya hujan pada pemilik mobil BMW hitam," SAVEA KENAPA PAK?!"

Sialnya pria itu melaju pergi tanpa kata. Kirana Prabudi semakin dibuat frustasi sebab Savea berkata, "Gue mau buat brownis Ran."

Demi Tuhan, Savea benar-benar gila. Kiran yakini itu bukan sekedar tangisan biasa karena Savea takut akan petir dan hujan. Tidak mungkin juga tangis haru atas bebasnya Andrew dari tuduhan kasus korupsi seperti yang sedang oknum TV beritakan. Suara siaran TV yang menggelegar itu sama sekali tak berpengaruh pada Savea. Gadis itu sama sekali terlihat tak peduli. Kalaupun ini tentang Om Arkan, manusia gila ini tak akan bertindak gegabah dan bodoh seperti ini. Mungkin saja Zenon ataukah ada hubungannya dengan diamnya Pak Damian.

"Lo istirahat aja, biar gue aja yang lanjutin. Sekalian makan sama minum vitamin udah gue siapain di meja makan. Heh ogeb lo dengerin gue gak?!"

Kiran merebut nampan di tangan Savea membuat Savea yang tengah fokus mengumpatinya. "Kiran entaran aja makannya, yang penting gue udah mandi jadi aman gue gak bakalan sakit. Gue oven dulu browniesnya, jadi lo diem dulu beb."

"Lo kenapa sih?! Gila tau gak lo! Makan dan tidur sekarang atau gue mutilasi lo!"

Savea tersenyum manis. "Abis browniesnya jadi. Gue janji."

Emosi Kiran memuncak, gadis itu membanting nampan berisi adonan itu hingga berserakan kemana-mana. Savea yang melihat itu meneteskan air mata. Bodohnya gadis itu menunduk berniat membersihkan."SAVEA! LO KENAPA KAYAK GINI BANGSAT? CERITA SAMA GUE!! Kenapa?"

Zenon and Savea (NEW VERSION) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang