Kacau menggambarkan dua insan yang kini saling menatap nyalang. Savea berusaha melepaskan cekalan Zenon namun, pria itu sama sekali tak ingin melepaskannya. "Tolong lepasin gue," ucap gadis itu dingin.
"Setelah kamu penuhi setiap bagian dari perasaan saya, setelah saya sangat jatuh untuk kamu, setelah kita sejauh ini kamu mau putus cuman karena bosan?" tanya Zenon.
"Sabar gue juga ada batasnya ya, Zenon Almeer Faith! Lo mau denger apalagi?! Kurang jelas kalau gue bilang bosen! Bagian mana dari gue yang lo mau sampai buat cowok sombong kayak lo mohon-mohon supaya kita gak putus? Bibir atau bagian tubuh gue yang lain?" tanya Savea yang merasakan rangkulan Zenon perlahan mengendur.
"Berhenti bicara Savea! Saya bilang berhenti!" bentak Zenon memukul tembok dibelakangnya.
Savea takut dan terkejut namun ia tak bisa menyerah sampai disini. Zenon harus membencinya, tidak ada harapan lagi untuk dia dan pria ini. Semesta tidak pernah mendukung mereka. Karena setelah Zenon tahu semuanya nanti, benci itu akan semakin besar terhadapnya.
"Tolong dengan hormat jangan terlalu kepedean! Gak cuman lo yang pernah rasain gue! Kalau lo kurang belaian cari cewek lain, mereka dengan suka rela bersedia kok! Lupain semua drama yang gue buat untuk mikat hati lo! Jadi tolong biarin gue pergi sekarang!"
"Bicara sama semaumu, berbohong sesukamu. Saya tahu mulut kamu berbohong." Zenon menunjuk mata dan dadanya. "Tapi mereka berdua gak pernah bisa bohong. Saya bahkan hafal ritme jantungmu saat berbohong."
"Bertahan sama perasaan konyol ini cuman bikin kamu terluka Zenon!" teriak Savea lepas kendali.
"Hidup dengan dasar kebohongan gak pernah bisa bikin kamu tenang Savea," tutur Zenon datar kemudian melangkah pergi meninggalkan Savea yang hanya bisa menangis.
Zenon tidak tahu dimana letak kesalahannya. Tiba-tiba saja Savea bersikap seperti ini, seolah semua kebersamaan mereka hanya sebuah permainan. Ia tahu persis gadisnya itu berbohong. Hubungan ini berlandaskan perasaan cinta, tidak mungkin berakhir hanya karena kata bosan.
Kepulangan Zenon yang membawa kemenangan untuk sekolah ini, harusnya disambut bahagia oleh semua orang termasuk sang kekasih. Orang pertama yang ia ingin peluk setelah sang mama adalah Savea. Sepertinya Zenon memang perlu koreksi diri, sebisa mungkin Zenon tak akan mengusik Savea dulu.
Tapi apa dia bisa? Zenon bahkan tak tertidur nyenyak tanpa senyum penutup malam, gadis itu. Tiga hari ia berdiri tanpa senyum itu, dan ketika hari ia ingin menyambutnya, malah disambut air mata serta berbagai umpatan kebencian. Zenon benci air mata itu. Sungguh, apalagi ia tahu penyebabnya adalah dirinya sendiri.
Ketika Savea turun dari tangga dengan keadaan berantakan. Ia melihat Kiran berdiri dibawah sana dengan tatapan marah. Tanpa babibu, gadis itu berlari menuruni undakan tanda, memeluk erat sahabatnya hingga menangis keras dipundaknya.
"Kita pernah janji Vea, kalau punya masalah harus saling cerita. Ini gue Kirana, masih sahabat lo kan?"
"Kalau gue pilih pendam sendiri, salah ya Ran? Maaf kalau gue egois. Gue cuman pengen mendem ini sendiri, tolong. Jangan tanya dan bahas apapun tentang Zenon lagi."
Kiran tertegun mendengar kalimat Savea. Tapi kalimat Savea selanjutnya, membuat hatinya sangat mencelos. "Gue butuh pelukan, gue pengen nangis, gue capek Ran, hati gue sakit banget. Setiap makan, mau sebanyak apapun gue gak pernah kenyang, di dalam tubuh ini rasanya kosong. Kosong banget. Setiap gue berusaha tidur, selalu ada banyangan buruk yang ganggu gue. Gue gila, Ran. Gue gila."
Savea merasakan pelukan satu-satunya sahabatnya. "Sshh, ada gue. Peluk gue seerat yang lo mau."
"Gue sayang banget sama dia Ran, gue gak bisa milih, gue jahat."
KAMU SEDANG MEMBACA
Zenon and Savea (NEW VERSION)
Teen FictionMenutup mata dan telinga, memaksakan diri untuk mengembara, pada akhirnya jawabannya adalah dia dan cinta. Zenon Almeer Faith, Cowok beretra cokelat itu terkenal dengan paras tampan dan kekayaan yang berlimpah. Di tambah, kepandaiannya dalam adu fis...