33. Bentuk cinta

3.5K 256 6
                                    

Siang ini begitu terik, namun AC di dalam perpustakaan yang sunyi ini cukup untuk meredahkan gerah namun tidak dengan kegilaan. Ya, dua gadis dan satu pria yang sedang duduk berdampingan meraung frustasi dengan soal matematika dari Bu Cahaya berikan sebagai hukuman mereka karena tak mengerjakan tugas rumah.

"Yang nyiptain X sama Y punya masalah hidup apa sih nyusahin hidup orang aja! Dia kalau gak ada kerjaan ngapain kek gitu, ngedugem, main bekel, nyolong mangga, apa kek yang berfaedah!" Gerutu Savea mengacak surai hitamnya kasar. Dia frustasi dengan soal matematika yang tertera pada buku paket itu.

Kiran juga ikut melengos panjang, ponsel mereka disita agar tak menyontek di google. "Gara-gara lo gak ngerjain tugas nih Bong, gue sama Vea gak bisa nyontek sama lo, kan, jadi kita dihukum gini. Dua puluh nomor esay, gue gila duluan anjing!"

Bongbong yang terus disalahkan itu berdecih sinis. "Salahin aja aku terus, dasar gak tau diri, taunya cuman nyontek ke aku doang."

"Lemes banget mulut lo!" dengus Kiran.

"Gue ompongin juga gigi lo Bong!" tukas Savea.

"Kamu itu o'on Savea. Pacar kamu pinter, harusnya dijadin motifasi buat lebih giat belajar. Aku tebak kamu gak ngerti apa-apa, kan sama rumus cinta yang Zenon kasih. Kamu cuman baper karena hasilnya doang, jalan dan cara kerjanya gak tau. Ew memalukan," tukas Bongbong sinis semakin berani.

Mendengar cowok berkacamata yang berlagak sinis dan sok sibuk mengerjakan soal matematika itu, membuat Savea menjitak kepalanya. "Mulut lo minta gue sumpel kain pel ya Bong!"

"Kalian bertiga yang dipojok sana! Sekali lagi ribut saya usir keluar ya!" Acam Bapak penjaga perpustakaan bernama Sugiono itu tajam membuat ketiga orang gesrek itu langsung bungkam. Ini ke sembilan kalinya mereka ditegur agar tak ribut. Anak-anak lain didalam sana juga tergangu namun tak berani menegur.

"Punten Pak, kami gak akan ribuk lagi," kata Bongbong. "Tuh, kan gara-gara kalian berdua sih. Aku pindah gak usah ikut-ikut." Cowok itu beranjak pergi dari sana meninggalkan dua gadis yang mengumpatinya.

Gadis bercardingan cokelat dengan rok di atas lutut itu menguap panjang, mengangkat tanganya, merenggangkan badan sampai berbunyi. "Cara terbaik saat anda malas mengerjakan tugas adalah tidur. Tidur berpengaruh mengurangi beban, stres serta kita tidak dihengkang dari tempat ini secara paksa oleh Bapak Sugiono tadi. Sekian, mari kita tidur dan bangun dengan siap sehat batin dan fisik karena akan mendapat hukuman baru."

"Sinting bego." Maki Kiran yang kini terlihat memaksa adik kelas disamping rak buku untuk memberikan ponselnya. Untuk apalagi selain digunakan menyontek dan segera bebas dari ruangan pengap dan sedikit berdebu ini.

"Bodoamat Ran, udah dikasih tau caranya malah nyolot. Gue mau bobok dibangku sana dulu, jangan diganggu karena gue mau hibernasi. Bubay."

Padahal ini hari senin, tapi Savea tidak peduli. Sudah lama ia tak merasakan sensasi ini. Dihukum dengan dijemur, disuruh kerja rodi mememberikan toilet lalu ia bolos kelas dan tidur ke UKS. Karena sekarang sedang diperpustakaan, dia pikir ini tempat yang cocok untuk tidur, iya kan? Ayolah kenapa tidak?

Baru saja matanya terpejam, kilasan ingatan perdebatannya dengan sang Ayah kembali terlintas. Perdebatan yang tidak jauh-jauh dari karena ia tak pulang kerumah, bundanya kahwatir, lalu pergi ke Persami tanpa izin.

"Kalau kamu gak pulang ke rumah sampai senin besok, jangan harap ayah maafin kamu. Seburuk apapun dia, wanita itu tetap bundamu. Pulang, minta maaf dan akuin kesalahan kamu."

"Gak mau. Ara ogah minta maaf apalagi terimakasih. Percuma kalau aku ngalah tapi bunda selalu egois."

"Minta maaf dan terimakah bukan lagi hal terkadang yang perlu kamu ucapkan tapi itu harus Savea. Kamu gak bisa benci sama orang yang mengandung kamu selama sembilan bulan, ngorbanin nyawa dia buat melahirkan kamu. Tengah malam saat kamu nangis dan rewel dia bangun, menyusui, menimang, dia menangis saat kamu demam."

Zenon and Savea (NEW VERSION) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang