Kamar bernuasa biru muda itu menjadi saksi bisu, seorang Savea yang sedang rebahan sembari membaca novel. Mendengarkan podcats memang kebiasaannya, namun membaca novel kini menjadi candunya. Lembar demi lembar ia jelajahi, menikmati rasa aneh yang menimbulkan kupu-kupu diperutnya. Ini hanya terjadi bila Savea mendapatkan pujian, pelukan, kecupan, respon hangat dan kebahagiaan dari orang-orang tersayang. Dan kini membaca novel menjadi bagian dari kebahagiaan Savea.
Happy ending. Akhirnya dari sepuluh buah novel yang Zenon belikan, baru kali ini ada yang benar-benar dari awal, pertengahan sampai akhir bercerita mengenai kebahagiaan. Keluarga kecil yang harmonis. Suami dan istri yang humoris juga setia, anak laki-laki cerdas seusia Gempita dan bayi perempuan mungil yang menggemaskan. Sungguh keluarga impian Savea. Tubuhnya tergelitik sendiri, gadis itu tertawa membayangkan keluarga harmonis dirinya dan Zenon suatu hari nanti.
Ah, mengingat Zenon membuat Savea semakin merindukan kekasihnya. Mereka kini harus LDR Jakarta - Medan selama 1 minggu kedepan, akibat Zenon yang mengikuti olimpide. Savea bergerak memeluk bantal peluknya, menunggu Zenon yang biasanya akan menelpon lebih dulu. Keduanya akan berbincang hal random sampai tertidur alias bahasa gaulnya, sleepcall.
"Asallamualaikum Vea." Suara berat dari sebrang sana muncul ketika dengan segunung perasaan senang, Savea buru-buru menerima telpon yang berdering.
"Wallaikumsalam," jawabnya.
"Kamu udah makan? Kalau belum aku tutup. Gak suka kalau yang mau cerita gimana hari ini, perutnya masih kosong."
"Dih mentang-mentang kita lagi beda kota kamu gitu ya, marah-marah terus, pulang sini mau kujewer kuping cowokku ini, aku udah makan dong masak sendiri lagi." Suara gadis itu sengaja dibuat sombong.
Terdengar kekehan dari sebrang sana. "Aku juga udah makan, pake nasi padang tadi."
"Parah enak banget dong, aku cuman pake sosis." Ada jeda sedikit, namun buru-buru Savea menyanggah. "Tapi harus bersyukur, kan?" Tahu sendiri, Zenon pasti akan memberi wejangan.
"Iya, jadi gimana hari ini?"
"Mau langsung protes aku sama kamu! Gara-gara kamu, aku tuh ganggu waktu orang pacaran terus. Sengaja, kan, kamu minta tolong mbak Natasya biar bang Kaizhan nurut mau nganterin dan jemput aku? Eno, kamu gak mikir apa mereka itu udah dewasa, punya banyak pekerjaan, harus ngeluangin waktu buat pacaran juga."
"Awalnya bukan aku yang nyusulin kok, mama sama papa. Aku cuman jadi pengantara doang, sekalian kamu ngawasin mereka takut kebablasan, udah izin sama ayahmu juga," balas Zenon kalem.
"Kamu kali yang mesum, nuduh orang sembarangan. Dosa ya. Tapi, beneran sayang, sumpah, aku bisa pulang bareng Kiran!"
"Janganlah, Cakra sama Kiran, kan baru balikan. Nanti kamu ganggu, apalagi kamu belum kasih restu." Aduh, pacarnya ini tahu betul ya tabiatnya.
Savea memberengut kesal. Berpikir sejenak lalu mengeluarkan ide baru. "Yaudah, aku bisa pulang bareng Bima, tinggal bayar dia pake makanan, udah deh beres. Boleh gak?"
"Enggak, nanti Bima godain kamu terus."
"Oke fine, aku berangkat sama pulangnya pake angkot aja, not bad juga sih naik kendaraan umum. Seru ada ibu-ibu yang ngegosip, bapak tua yang adu nasip sama sopir, anak-anak sekolah lain, terus ada pasangan jamet. Jadi berwarna deh hari aku, walaupun dempet-dempetan, panas juga," ucap Savea.
"Serius?" Pasti Zenon tidak percaya, tapi kali ini Savea tidak berbohong. Dosanya hari ini, paling berkata-kata kasar, membodohi Bu Siti dan Pak Slamet, dan apalagi ya, 'itu sih seingat Savea.'
KAMU SEDANG MEMBACA
Zenon and Savea (NEW VERSION)
Teen FictionMenutup mata dan telinga, memaksakan diri untuk mengembara, pada akhirnya jawabannya adalah dia dan cinta. Zenon Almeer Faith, Cowok beretra cokelat itu terkenal dengan paras tampan dan kekayaan yang berlimpah. Di tambah, kepandaiannya dalam adu fis...