Zenon baru selesai melakukan kewajiban sebagai seorang muslim, ia duduk di tangga sembari mengenakan sepatu. Cowok berkaus hitam dan celana abu-abu itu memperhatikan Bima dengan sarung barunya. Seminggu yang lalu, Bima berkelahi dengan Ahmat, teman sekelas mereka sebab mengambil sarungnya tanpa ijin.
"Sarung siapa?" tanya Zenon.
Bima melotot. "Sarung gue lah anjir, lo kira gue gak mampu beli ginian?"
"Iya. Kemarin lo nyolong punya Ahmat."
"Minjam bukan nyuri."
"Minjam tanpa ijin, ya nyuri."
"Gue baru abis solat com, jangan bikin gue mupuk dosa!"
"Gak mupuk lagi juga dosa lo udah banyak."
Zenon meninggalkan tempat itu tanpa peduli dengan cacian Bima. Cowok itu masih punya tugas yang harus diselesaikan.
"Panggilan untuk anak futsal agar segera berkupul di lapangan!" Suara Cakra yang menggema di sepanjang koridor membuat kening cowok itu langsung menyernyit, sungguh baru hari ini Zenon lupa jadwal latihan.
"Zenon!"
Langkah kaki yang awalnya cepat itu mulai memelan. Zenon menghela nafas panjang, menggumamkan kata sabar. Kenapa Savea harus muncul sekarang? Gadis yang muncul dari arah depan itu tersenyum lebar, meski tertatih karena lututnya melepuh Savea tetap berusaha untuk menggapai Zenon.
"Tunggu disitu, jangan kesini," ujar Zenon terpaksa karena ia tahu Savea kesakitan.
Kontan gadis berbandana kuning itu berhenti dan senyumnya semakin lebar.
"Kenapa sekolah?" tanya Zenon ketika sejajar dengan Savea.
"Aku mau nonton kamu."
"Cuma latihan, istirahat di kelas."
Savea menggeleng. "Aku senang kamu peduli, tapi aku tetep mau nonton kamu. Bayangin kalau gak ada aku, nanti cewek-cewek lain bisa kegatelan."
"Terserah," decak Zenon berjalan duluan.
Lalu rengekan manja terdengar, "Ih tungguin aku, jahat banget sih gak liat ini aku lagi kesakitan?"
Terpaksa Zenon berhenti, berjalan beriringan dengan Savea. Dan percayalah setelah hari ini, tidak akan pernah Zenon membiarkan Savea menggandeng lengannya manja hingga menjadi tontonan publik.
Bersiaplah ia akan diteriaki sang pelatih karena datang terlambat.
***
Para kaum hawa berteriak histeris, mengumandangkan semangat kepada Zenon dan kawannya, Cakra. Meski berdiri dengan lutut dibalut perban, Savea tetap mencolok bahkan ikut melompat kegirangan meneriakan nama si manusia batu.
"ZENON SEMANGAT SAYANG!!"
"AYO BUAT GOL YANG BANYAK BUAT AKU! I LOVE YOUU TIGA RIBU!!"
Wajah tampan dengan rambut hitamnya pekat yang acak-acakan, dahi yang berbanjir peluh, juga hidung yang terpahat sempurna membuat para gadis termasuk mati-matian menahan napas. Jantung Savea berdetak cepat, ia mengigit kukunya memperhatikan kaki cepat itu menggiring bola menuju ke gawang lawan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Zenon and Savea (NEW VERSION)
Подростковая литератураMenutup mata dan telinga, memaksakan diri untuk mengembara, pada akhirnya jawabannya adalah dia dan cinta. Zenon Almeer Faith, Cowok beretra cokelat itu terkenal dengan paras tampan dan kekayaan yang berlimpah. Di tambah, kepandaiannya dalam adu fis...