Classmeeting atau penyelenggaraan kegiatan ekstrakurikuler berupa pertemuan siswa antar kelas dalam bentuk perlombaan atau pertandingan, biasanya dilakukan setelah belajar menghadapi ulangan semester. Namun entah mengapa kegiatan menyenangkan ini malah ditunda bersamaan dengan ulang tahun sekolah. Savea pribadi tidak peduli. Biasanya kegiatan yang ia dan Kiran ikuti tidak jauh-jauh dari dance. Riuh anak-anak yang membahasnya, membuat Savea muak dan keluar kelas.
Perjalanan menuju kantin seorang diri begitu membosankan apalagi sembari memikirkan beban, teka-teki kehidupan. Setelah pulang sekolah harus ke rumah sakit, tidak bisa menunda lagi karena Savea juga terlanjur penasaran. Ada hubungan apa Damian dengan sang ayah, selain pria itu yang disewa untuk melindunginya. Kalau dipikir-pikir hidupnya ini seperti novel-novel aksi pasaran. Memuakan.
Langkah demi langkah ia jalanani dengan dagu yang terangkat angkuh, senyum cemooh muncul dari bibirnya mendengar bisikan-bisikan tajam dari orang yang menilai. Savea melambatkan langkah, bersembunyi di samping loker pria kelas sebelah. Dari samping sana jelas ia mendengar sekelompok teman kelas sedang membicarakannya.
"Kita kalau sekelompok sama dia lagi, takutnya dia ngatur-ngatur gitu. Malas gue, mending kalah dibanding sekelompok sama Kiran apalagi Savea!" celetukan itu membuat Savea meringis, tidak salah juga apa yang dibicaran gadis itu.
"Tenang aja kali guys gue kan ketua kelompoknya, entar gue sengaja bilang anak dance udah penuh deh anggotanya." Bahu Savea langsung merosot kebawah. Ada pancaran kesedihan ketika ia memutuskan langkahnya kembali menuju kelas.
Sebab itulah ketika ditanya Bongbong ia mau ikut apa, Savea malah menjawab terserah. Berakir dengan ia berdebat dengan Bingbong ketika pulang sekolah.
"Gimana dong, datanya udah kuserahin ke Pak Damian. Pak Damian juga udah pasti daftarin ke panitia. Disana sudah tertera dengan jelas kalau kamu tugasnya nulis cerpen."
"Ya Allah Bong, bahkan gue gak tau besok gue masih hidup apa kagak, lo malah nambah beban. Jingan lo tuyul!" tukas Savea geram.
Bongbong menghela nafas sambil memperbaiki kaca mata bulatnya. "Lagian kamu sih, pas aku tanya, kamu jawabnya terserah. Tapi gampang atuh nulis cerita pendek! Lagipula temanya bebas, kamu tinggal tulis aja kisahmu sama Zenon, beres kan? Udah ya aku mau latihan solo vokal, merusak moodku aja ngomong sama kamu tuh."
Gadis berbaju olahraga itu menghentakan kaki kesal. "Gak bisa gitu dong, Kiran bisa vokal grup kok gue enggak?!"
"Ribet ah kamu, sana protes sama Pak Damian jangan sama aku!" decak Bongbong sebal. Kemudian beranjak pergi, wajahnya melembut melihat sosok datar dibelakang gadis menyebalkan itu.
"Gue lagi ngehindar dari olaf. Enek liat mukanya malah lo suruh protes sama dia dih!" guman Savea kesal, merasa dia sedang sendirian.
"Astaga setan!" Savea memekik kaget melihat Damian sudah berada di depan mukanya.
"Enek liat muka saya?" tanya Damian datar.
Melihat keadaan yang sudah sepi, setelah mengumpulkan nyali Savea membalas Damian tajam. "Ya enek aja, emang masalah buat bapak?!"
Damian memutar bola matanya malas. "Ayo pulang."
"Gak mau!"
"Kayak saya mau saja pulang sama kamu."
"DIH SIAPA YANG NGAJAK PULANG TADI, BAPAK KOK NGESELIN BANGET SIH!"
"Jadi mau pulang atau tidak Savea Amara Hakim?" Menunggu Savea di halte bus adalah hal terbodoh yang pernah Damian lakukan. Sial, misi macam ini. Menyebalkan sekali.
"Ke rumah sakit?" tanya Savea.
"Rumah kamu, saya diperintah mengantarkan kamu dengan selamat, ayahmu menunda pertemuin ini menjadi besok," balas Damian malas kemudian melangkahkan kaki duluan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Zenon and Savea (NEW VERSION)
Teen FictionMenutup mata dan telinga, memaksakan diri untuk mengembara, pada akhirnya jawabannya adalah dia dan cinta. Zenon Almeer Faith, Cowok beretra cokelat itu terkenal dengan paras tampan dan kekayaan yang berlimpah. Di tambah, kepandaiannya dalam adu fis...