Kiran repot-repot mencari masalah dengan Sabrina dkk hingga ingin dihukum, hanya untuk mendapatkan perhatiannya. Cakra peka. Cakra mengerti. Gadis itu mengalah. Kiran tidak sekekanakan itu, apalagi setelah kemarin Cakra deman akibat hujan-hujanan karena tidak diberi maaf.
"Hampir aja Com hubungan gue kandas karena ego lo."
"Samperin anak orang terus minta maaf. Banci banget jadi cowok, udah gak berani jujur sama perasaanya, gengsi buat minta maaf lagi," ujar Bima datar.
Memang salahnya, jadi Zenon memilih bungkam.
"Tuh cewek baru aja kemarin gue liat dia nangis eh, sekarang udah demen buat masalah lagi. Pasti dijadiin pelampiasan. Zenon keparat!" umpat Bima.
Sedangkan gadis yang sedang menjadi topik, tiba-tiba saja bernostalgia. "Ran ingat gak pas jaman SMP kita ujan-ujanan karena kabur dari bodyguard papa lo, padahal minggu depannya udah ujian nasional. Seru ya, terus sorenya lo dimarahin sama bokap-nyokap tapi malamnya kita tidurnya dipeluk. Hangat banget rasanya."
"Inget banget dong. Tapi itu lo yang ngajak gue ya, sialan juga kita berdua langsung demam, karma hahaha."
"Apa kita ujan-ujanan lagi ya Ran, biar sakit terus gausah ngikut eksul pramuka wajib buat besok."
Kiran terkekeh kecil, "Kan, kita emang gak pernah ikut pramuka wajib. Tapi selalu dijemur."
"Tapi beneran gak mau ikut? Kan, ada Cakranya."
"Dih lo juga gak ikut padahal ada Zenon. Beneran nyerah nih?" ejek Kiran.
Savea melirik sahabatnya sebentar, tidak sanggup membalas. Sakitnya masih sama saat mendengar nama cowok itu namun, sungguh cintanya tak berkurang sedikit pun.
"HUJAN WOI"
Mereka juga menyadari derasya air yang tiba-tiba berjatuhan dari langit namun, kedua gadis itu tak kunjung beranjak dari sana. Mereka ingin melebur bersama hujan hari ini.
"Kenapa jas ujannya warna hitam, Aku gak suka." Kiran memperhatikan Cakra yang basah kuyup yang kini tengah memakaikannya jaket dan doble jas hujan.
"Kenapa ujan-ujanan?" tanya seseorang dengan nada dongkol.
"Terserah akulah!" Kiran membalas acuh. "Kamu yang ngapain disini, baru sembuh malah ikut-ikutan."
"Gimana gak nimbrung, cewek aku ngeyel banget."
Lucu sekali mereka.
Savea terus memperhatikan dengan tersenyum geli. Ketika pasangan itu sibuk berdebat, ia memundurkan langkahnya perlahan menjauh. Melewati genangan air bahkan mengabaikan teriakan kesal Kiran sebab ditinggal.
Gadis itu menaiki tangga dengan gontai, ketika sadar ia melewati kelas Zenon, mata bergerak mencari sosok yang sayangnya tak ada. Padahal Savea ingin memutus rindu meskipun hanya dapat melihat punggung tegapnya.
Sudahlah Savea, tidak ada lagi yang perlu dicari.
Bima yang entah dari kebetulan mana tiba-tiba menghadang jalan. Jemarinya menggenggam hoodie hitam yang Savea tahu persis siapa pmiliknya. "Gue gak bohong, si pengecut yang nyuruh gue kasih ini ke lo. Dipake aja Vea, biar gak kedinginan."
"Gak usah Bim, lagian ini gue mau langsung ganti baju aja. Ada baju olahraga kok di loker." Savea tidak mau percaya dengan Bima. Gadis itu terlalu takut kmbali berhayal. "Duluan Bim."
"Lo pucat Vea, abis ganti tiduran gih di UKS."
"Iya, thanks Bim."
Savea beranjak dari sana sementara Bima menghela napas. "Udah pergi anaknya, lo gak perlu ngumpet lagi."
Zenon muncul dari balik pintu, tatapannya lurus menatap angkah gadis itu yang gontai. Bima yang kesal, melepar hoondie hitam itu ke muka sang pemilik. "Lo kejar dong anak orang. Minta maaf kek, ngajak pacaran kek atau ngapain gitu! Gak usah terlalu lama denial."
"Dia benci sama gue."
"Kalau benci gak mungkin di keadaan yang nyakitin dia pun, Savea masih nyari elo. Matanya kebaca banget sedih gak bisa liat lo. Dan gue yakin dia bakal benci banget dan semoga beneran nyerah kalau tahu Zenon si pecundang ini sengaja sembunyi dari dia."
"Telat Bim."
"Lo yang bikin semuanya jadi telat dan rumit. Gue kasih tau ya, mending lo kejar sekarang karena cewek sekalinya dia berhenti, dia gak akan peduli lagi sama lo."
Tanpa berkata apa-apa Zenon berlari meninggalkan Bima. Cowok itu menaiki undakan tangga dengan terburu-buru. Sial, otaknya tiba-tiba blank, lupa letak UKS dimana. Zenon melewati lorong ruang guru, kelas Savea dan sampai di pintu kaca UKS yang pecah. Dimana ia melihat bercak darah segar seseorang yang membekas di lantai putih.
"Sabrina dateng sama dua kawannya terus ngeroyok Savea. Gak ada yang tau pasti sih, tapi ada anak kelas sepuluh yang jadi saksi. Perut Savea ditusuk pake kaca sama Sabrina. Beber-bener psikopat."
"Astafirulloh jahat banget. Sekarang mereka dimana?"
"Sabrina dkk langsung diamanin, kalau Savea ke rumah sakit apa namanya, itu yang mamanya Zenon ketua yayasannya."
"Dibawa sama siapa?"
"Sama guru cowok baru yang cakep itu pake mobilnya. Kelihatan banget kahwatir tadi."
Tubuh Zenon menegang mendengar celetukan seorang siswi yang bercerita pada temannya. Mengusap wajahnya kasar, cowok itu terburu-buru menuju parkiran motor. Tanpa memakai helm, Zenon melajukan motornya menuju gerbang. Dia sungguh kahwatir sampai rasanya kehilangan akal sehat.
Penjaga gerbang yang melamun di dalam pos jaga itu tersentak kaget ketika cowok itu dengan keras membentaknya. "BUKA GERBANGNYA CEPAT!!"
Jalanan yang basah, dengan hujan yang turun makin deras, tak membuat Zenon takut menancap gas hingga habis. Umpatan seseorang yang hampir tertabrak karena ulahnya ia abaikan. Tatapannya serius membidik jalanan bertikung didepan. Dalam hatinya terus berdoa, semoga gadis itu baik-baik saja.
KAMU SEDANG MEMBACA
Zenon and Savea (NEW VERSION)
Teen FictionMenutup mata dan telinga, memaksakan diri untuk mengembara, pada akhirnya jawabannya adalah dia dan cinta. Zenon Almeer Faith, Cowok beretra cokelat itu terkenal dengan paras tampan dan kekayaan yang berlimpah. Di tambah, kepandaiannya dalam adu fis...