28. Tiba waktunya

5.1K 376 49
                                    

Lalu tiba hari itu, Bima bersama Cakra dan kedua gadis yang mengekori mereka masuk ke dalam bus wisata sekolah berukuran besar, dengan 25 seat itu. Dua gadis yang tak lain, tak bukan adalah Savea dan Kiran itu memancarkan senyum yang lebar pada wajah cantik mereka.

"Kamu bareng Bima sama Vea ya, aku masih harus pantau anak-anak yang lain. Gakpapa ya Ran? Sesekali nanti aku liat kamu." Kiran tersenyum lalu mengangguk mengerti.

Begilah nasip mempunya pacar yang menjadi bagian dari organisasi sekolah. Akan sibuk, selalu sibuk tapi, Kiran senang, Cakra selalu bisa membagi waktu sendiri untuk mereka berdua. "Gue titip mereka, bro."

"Tenang gue yang jagain kalian berdua," ujar Bima dengan mulut yang penuh dengan keripik kentang.

Cakra mempersilakan keduanya duduk setelah mendapatkan tiga kursi kosong namun bukannya menurut, Savea malah mengedarkan padangannya keseluruh penjuru bus. "Zenon duduk dimana Cak?"

"Biasanya dia duduk paling belakang, belakang banget," balas Cakra.

Kiran yang mendengar itu mendelik. "Ngapain lo nyariin dia? Pokoknya lo duduk bareng gue, gak ada ceritanya ya lo jauh-jauh dari radar gue. Lo masih sakit Vea, lo juga, kan sering mabuk perjalan jauh."

"Ih Kiran gue, kan bawa kresek dan gak mungkin kali gue muntah depan Zenon, bikin malu aja," ujar Savea memelas sambil mengeluarkan kresek hitam ditas mininya. For you information, semua perlengkapan mulai dari minyak angin, tisu, tolak angin, dan lain-lain ada didalam sana.

Kiran masih menggeleng, sementara Cakra dan Bima hanya diam mendengarkan perdebatan yang mungkin tak berujung ini. "Katanya mau liat gue seneng, duduk bareng Zenon lima jam lebih itu adalah kesenangan gue sekarang. Iya, yaaaa Ran, plisss?"

"Lo udah janji Vea, gak akan aneh-aneh."

"Lo bilang jangan aneh-anehnya di Jogja nanti, nah numpung sekarang masih di Jakarta, kan? Lagipula duduk bareng calon pacar bukan hal aneh kali." Kiran memijit pelipisnya, sahabat begonya ini sangat keras kepala.

"Ngomong calon pacar kayak Zenon bakal nembak lo aja," ujar Bima sengaja memancing sejauh apa cewek gila ini menginginkan sahabat tololnya.

Savea menggeleng lalu berkata. "Gaklah, kan gue yang bakal nembak Zenon pas malam api unggun nanti."

"Anjir!" Bima melirik Cakra yang menautkan alisnya. Zenon sialan itu sangat beruntung, menyukai gadis yang juga memperjuangkan dia mati-matian. Harusnya sahabat mereka itu diberikan sedikit rintangan agar mendapatkan hati Savea, kan? Atau paling tidak dialah yang mencuri start duluan. Biadap Zenon itu.

"Cowok yang harus nembak anjir. Mending lo ilang dihutan terus Zenon nyariin dan kalian berakhir jadian kayak dinovel-novel."

Apes, Bima berujar salah kedua cewek itu ditambah Cakra menjitak kepalanya pelan. "Goblok sia!"

"Dih mending gue nembak Zenon dari pada gue hilang di tengah hutan. Gimana coba kalau nanti disana kita berdua gak bisa balik?!"

"Dih lebih romantis tau, hidup selamanya di hutan."

"Gak ah, Zenon bukan Tarzan lagian enakan di rumah ada mertua yang baik hati."

"Terserah lu dah."

"Pokoknya nih ya gue yang bakal nembak, titik! Ditolak juga gakpapa, udah biasa! Berarti lain kali gue harus nyoba lagi."

"Lo gak takut malu gitu?" tanya Cakra.

"Yang kamu nanya dia punya malu? Ya jelas enggaklah!" cetus Kiran kesal.

Cakra meringis, "Sabar sayang, ini ujian."

"Yaudah dadah semua, Vea mau susulin calon pacar kebelakang dulu. Tata, titi, tutu."

Zenon and Savea (NEW VERSION) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang