41. Kita nanti

3.2K 236 27
                                    

Savea bersumpah membenci siapa pun pencipta limit fungsi! Dia sendiri tidak tahu apa itu limit fungsi tapi, melihat Zenon yang begitu lama mengerjakan satu soal saja, membuat Savea mengerti pasti soal itu sangat-sangat susah. Karena itu Zenon mengabaikannya dan hanya menanggapi ucapannya dengan 'hm' atau iya dan tidak. Menyebalkan!

Mendengus kesal, ia mengintip, matanya menyipit dan membatin, Loh katanya ngerjain limit fungsi itu kok nyasar ke trigonometri?

Karena penasaran gadis yang awalnya duduk di atas sofa, merubah posisi alias ikut duduk bersila di karpet berbulu di ruang keluarga Zenon. Itu cuman satu soal kok panjang banget jawabannya, gilak Zenon pasti genius banget. Mama Bella ngidam apa ya wantu ngandung Zenon?

"Udah selesai," kata Zenon melepas penanya, memutar leher menatap Savea yang duduk di sampingnya dengan wajah terkagum-kagum. "Kenapa?"

"Aku cuman mikir kalau seandainya aku masuk ke otak kamu, kira-kira lebih banyak angka dan rumus matematika, atau aku yaa?"

Random sekali gadisnya, Zenon menipiskan bibirnya, "Mungkin seimbang."

"Oh ya? Tapi lebih suka yang mana?"

"Kamu," balas Zenon satu tangannya mengelus pipi memerah sekilas lalu membuka lembar buku sebelah.

Melihat gambar lingkaran yang ada pada buku itu, spontan ia bertanya, "Kamu kalau hitung keliling lingkaran lebih suka pakai 3,14 atau 22/7?" tanya Savea berusaha masuk ke portal dunia otak Zenon.

"22/7, kenapa?"

Savea mangut-mangut. "Gak kenapa-napa, cuman mau mastiin aja ternyata pacar aku normal."

Zenon mengangkat satu alisnya. "Kalau kamu?"

"Gak suka dua-duanya. Emm lebih ke gak suka ngitung sih, perkalian sama pembagian aja udah bikin aku kolaps," ujar gadis itu menggebu juga membalas manik mata Zenon yang dari tadi menatapnya geli. "Liat kamu ngerjain soal limit itu bikin aku pusing. Gak bisa bayangin kalau ada di posisi kamu, ck-ck matematika itu emang suka nyasar ya, dari limit nyasar ke trigonometri. Dasar ngerepotin!"

"Iya makanya saya--"

"Pakai aku dong, udah janji juga." Potong Savea cemberut, sejak hari itu mereka sepakat pakai aku-kamu kalau berbicara, tapi Zenon sangat sering khilaf.

Zenon menggaruk tengkuk yang tidak gatal, lalu dengan kakunya cowok itu berkata sesuatu yang menggelikan perut Savea. "Maaf, maksudku, makanya aku lebih suka kamu dari pada matematika, dia ngerepotin sama kayak kamu ngerepotin hatiku, dibuat berbunga-bunga padahal aku bukan tumbuhan."

"Seratus! Selamat pacar aku udah bisa gombal!" Savea tertawa sambil bertepuk tangan lalu berhampur kepelukan Zenon dan mencium pipinya sekilas.

Zenon membalas pelukan dan kecupannya, senang bisa membuat gadisnya tertawa. Gombalan tadi pasti garing. Pelukan itu bertahan lama sebelum dehaman seseorang membuat pasangan itu melepaskan pelukan mereka. Zenon menatap datar Kaizhan yang menaik-turunkan alisnya, mengoda.

"Awas khilaf loh, gak ada mama dan papa di rumah, gue juga mau ke kantor sekali lagi awas khilaf ya Dek."

Savea mengengir dan mengacungkan jempolnya, sementara Zenon seperti biasa, menatap Kaizhan sinis. "Bukannya lo yang sering khilaf dan hampir kebablasan di kamar kemarin?"

"Heh bocil kebablasan apa anjir?" Kaizhan melotot.

"Bikin keponakan buat gue," kata Zenon, mendengar itu Savea mengangkat tangan menutup mulutnya. Kaget. Astafirullah!

"Tau apa lo Com? Ngawur lo bocil!" Pria dengan pakaian pakaian kantor itu bergegas pergi dari sana. Wajahnya memerah, Zenon berhasil membuat paginya buruk!

Zenon and Savea (NEW VERSION) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang