40. Kangen

2.8K 235 20
                                    

Brengsek. Zenon terlalu kasar sampai gadis itu pingsan dan berakhir digendongan Damian. Kenapa ia harus membentak Savea? Zenon sialan, pikiran cowok itu berkecamuk marah, mengumpat pada dirinya sendiri. Janjinya pada Arkan untuk menjaga Savea, sekarang terdengar seperti omong kosong. Apalagi ia tahu ada yang meneror Savea dengan bangkai tikus di loker itu, gadisnya pasti syok berat.

Tapi kenapa harus kelab malam? Apa tidak ada tempat lain yang lebih aman untuk menenangkan diri? Zenon kahwatir. Laki-laki itu takut gadisnya disentuh pria hidung belang. Bahkan tak tahu harus dengan kata apa ia menulisnya atau dengan kalimat apa ia mengungkapkannya, bahwa ia benar-benar menyayangi Savea dan sangat takut kehilangan.

Mengenai teror itu, ini bukan kali pertama. Zenon saksinya, loker Savea juga pernah dipenuhi dengan pilox merah darah bertuliskan kata-kata kasar, ancaman dan lebih banyak bangkai tikus.

Dua bulan lalu, bau bangkai menyeruak ketika Zenon melewati ruang loker para siswi kelas XI, ia tahu persis loker itu milik Savea. Awalnya Zenon bergegas pulang seolah tak melihat apapun namun, rasa penasaran membuatnya kembali dengan berbagai alat kebersihan hingga membuka loker Savea dengan cara terlarang layaknya seorang pencuri.

Tiga jam ia habiskan untuk bersih-bersih dan pulang larut malam akibat harus membeli barang dublikat yang penuh dengan bercak darah termasuk pembalut. Ini memalukan untuk diceritakan tapi Zenon bahkan tahu siklus bulanan Savea, karena gadis itu pernah tembus dihadapannya.

Entalah kenapa Zenon melakukan semuanya saat itu, mungkin rasa sukanya pada gadis cerewet itu mulai timbul dan Zenon ingin Savea masuk sekolah dengan keadaan baik-baik saja.

Dulu ia masih mengira mungkin itu perbuatan orang iseng yang benci Savea. Tapi pikiran itu hilang saat Savea kembali di teror di rumah sakit, sampai berakhir di ruangan mayat dan untuk hari ini kecurigaan Zenon semakin kuat, orang yang meneror Savea pasti orang yang sama.

"Loh Zenon kenapa basah kuyub Nak, Savea mana basah juga? Astagfirullah, kan mama bilang kalau hujan telpon supir, jangan di terobos ya Allah. Kamu juga sih, dibilangin ke sekolah bawa mobil aja kalau musim hujan. Ngeyel banget sih, sana mandi terus makan, mama mau telpon anak cantik, awas kalau dia basah juga, apalagi sakit mama jewer telinga kamu."

Zenon mengangguk patuh. "Gak usah telpon Savea mah, dia lagi istirahat. Zenon mandi dulu."

"Oh gitu," Bella mangut-mangut mengerti berarti acara buat browniesnya dipending dulu, padahal ada Natasya di atas, menjenguk Kaizhan yang demam.

Cowok itu menghela nafas berat berlari menaiki tangga menuju kamar. Zenon masuk ke kamar mandi, menatap langit-langit, pikirannya kembali berpusat pada Savea.

"Sangat susah untuk cari tahu identitasnya," gumamnya pelan.

"Gak ada cela."

"Damian Alvaro, lo sebenarnya siapa?"

***

Damian Alvaro itu terlalu abu-abu untuk Savea baca. Baik, buruknya, sikap ngeselinnya, sikap sok tahunya, dan semuanya, apalagi sikap sok care-nya. Kayak bunglon. Aneh, bisa berubah-ubah kadang dingin banget tapi, sekalinya ngomong langsung bikin orang overthingking.

"Kamu harus tahu kalau bentuk sesuatu yang membuat kamu bergantung dan udah jadi kebutuhan, kadang gak melulu bisa tuntun kamu pulang. Yang kamu butuhkan itu diri sendiri, karena manusia bisa hilang, benda bisa rusak atau cerita bisa selesai tapi, kamu gak boleh kehilangan diri sendiri. Gakpapa kandang-kadang dia mungkin rentan, tapi dia harus tetap di tempat yang sama. Jadi rumah yang membawa kamu pulang, sampai gak akan buat kamu benar-benar tersesat atau kehilangan," kata Damian sekejab setelah Savea bangun dari pingsannya di mobil.

Zenon and Savea (NEW VERSION) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang