Pagi ini buruk. Apa perlu Savea gambarkan bagaimana cara Diana menamparnya di parkiran sekolah, tepat di depan murid-murid lain? Plak! Bunyi tamparan, rasa sakitnya itu masih terasa. Sebabnya? Sudah pasti, Savea Amara Hakim, memang terlalu durhaka untuk hidup di dunia.
"Bunda baru tahu kamu ngejar-ngejar cowok selama ini. Tau tidak sikap kamu itu murahan? Ayah kamu yang ngajarin?" ucap sang bunda pagi tadi, ketika ikut keluar dari mobil.
Ratu yang sedang memberi salam agak tersentak, heran kenapa Diana suka sekali mencari penyakit, Savea yang tadi awalnya ingin masuk ke sekolah dengan tenang malah dipancing. Sedangkan, Savea enggan memberi salam ketika Diana menjulurkan tangannya.
"Bukan Ayah yang ngajarin. Gimana sih Bunda, kan, Vea ngikut jejak bunda. Aneh juga, udah dari setahun lalu kali, Bunda baru taunya sekarang. Ck, ketinggalan banget, gak pernah baca artikel pasti. Gak peka juga sama anaknya. Biasalah."
Diana meliriknya tajam kala itu, sedangkan Ratu menarik pelan tangan kakaknya agar tak melanjutkan kata-katanya. Namun gagal, Savea menyentaknya kasar membuat semua mata tadi menuju pada mereka, "Apasih! Iya kan Ratu, bedanya gue keganjenan sama cowok bener, kalau bunda bisa pikir sendiri, kan?"
"Kurang ngajar ya mulut kamu, gak guna bunda sekolahin kamu mahal-mahal!!" bentak Diana lalu menampar putri kandungnya.
Savea terkekeh sinis, menyentuh pipinya yang panas, "Loh, salah aku ngomong gitu? Kita nilai diri masing-masing ajalah, Vea capek. Sama lain kali gak usah maksa-maksa ngasih tumpangan, kalau mau caper terus dimasukin ke instastory biar teman-teman arisannya ngira Bunda, ibu yang baik. Mungkin bukan di dunia sih tapi, bagi aku dan Ratu, Bunda adalah ibu paling buruk," balasnya menohok sebelum melangkah pergi ke dalam.
Lupakan itu, Savea benci hari ini. Hari Rabu, hari terakhir SMA Pelita mangadakan ujian semester 1. Di ruangan ujian ini, Savea dianggap manusia paling bodoh diantara orang-orang pintar. XI MIPA 1, ruangan kelas unggul tempat seharusnya Zenon berada. Penempatan yang tidak masuk akal. Savea ditempatkan disini, Kiran di ruangan kelas XII dan Zenon ujian di ruang guru. Entalah untuk apa hanya para guru yang tahu.
15 menit sebelum ujian Cakra dan Bima seperti kemarin, kembali membuat kegaduhan, "INGAT YAKK BAGI-BAGI JAWABAN, INGET KODE-KODE CINTA KITA KAWAN-KAWAN."
Dihuni para makhuk pintar, ternyata tidak menjamin semua hal baik. "Beneran yak lo pada, terutama yang ciwi-ciwi tuh, kagak bantuin Bima babang tamvan ini, dosanya ditanggung pas akhirat. Gue sumpahin kuburan lo pada sempit."
"Makanya belajar dong Cak, Bim. Atau kalau gak cari cewek yang pinteran dikit, biar bisa jadi temen belajar. Jangan modal nyontek terus," celetuk Lili, si cewek kikir ilmu yang sengaja menyindir Savea. "Iya gak guys?"
"Iyalah, cari cewek baru sana yang pintar." Mereka semua berseloroh mencemoohnya. Savea tahu seisi kelas ini terutama cewek-cewek tidak menyukainya. Jadi, dari kemarin-kemarin ia tetap diam, menahan gejolak untuk tidak menjambak rambut mereka satu-persatu. Setidaknya ia harus menjaga nama baik Zenon.
Khusus untuk ujian ini Savea benar-benar belajar dan berusaha memahami apapun yang Damian maupun Zenon pernah ajarkan. Lalu akan dia ulangi lagi sekitar jam 12 malam atau saat subuh. Semangat belajar Savea baru muncul saat jam segitu, tidak tahu, rasanya menyenangkan saja. Makanya beberapa hari ini dia seperti kelelawar, siang tidur dan malam beraksi.
Lihat saja, nilainya pasti akan diatas rata-rata atau setidaknya tuntas dan membungkam manusia-manusia sok paling pintar ini.
Cakra berdeham keras, "Bantuin gue yak lo pada. Kalau gak, semester depan jangan harap kelas ini bebas razia OSIS."
KAMU SEDANG MEMBACA
Zenon and Savea (NEW VERSION)
Teen FictionMenutup mata dan telinga, memaksakan diri untuk mengembara, pada akhirnya jawabannya adalah dia dan cinta. Zenon Almeer Faith, Cowok beretra cokelat itu terkenal dengan paras tampan dan kekayaan yang berlimpah. Di tambah, kepandaiannya dalam adu fis...