2. Merah

6.4K 425 9
                                    

Kiran: Selamat pagi tuan putri, hari ini tercatat perseptember 2019, SMA Pelita Jaksel masih resmi menjadi sekolah anda😐

Savea: Tanggal merah deh pliss😩

Kiran: Tanggal merah ndasmu!

Savea: Iya, tanggal merah khusus buat kalender rumah gue xixixi!

Kiran: Woi babi lo lupa? Hari ini ada ulangan pratek pjok :p

Savea: Lah tumben lo peduli? Btw gue lagi dapet, mana hari pertama lagi, jadi magerrr bengetttt. Izinin ke pak Ahmat ya??? 😩😭

Kiran: Pedulilah bego! Berangkat buruannnnn!! Gue sendirian tau, nak anak cewek mipa 1 pada pelotin gue. Gak serem sih, gue pelototin balik. SAVAGE, KAN?

Savea: WHAT??!! KELAS KITA DIGABUNGIN SAMA KELAS MY BABY ZENON?? GUE OTW😨😚😚

“Salah kirim pesan, kan, gue,” gerutu Kiran melangkahkan kaki. “Gakpapa yang penting dia gercep kesininya.”

Gadis berambut ombrei yang baru diwarnai biru itu, menyimpan kembali ponselnya kekantong celana. Kirana Prabudi, memasuki lapangan futsal, dengan tongkat mayoret di tangannya. Bunyi pantulan bola dan decitan sepatu beserta teriakan kaum hawa menyambut pendengarannya.

Oke, sebenarnya teriakan para gadis di sana tidak mengganggu pendengarannya. Bahkan ia tak peduli jika pita suara mereka putus karena terlalu meneriki ketiga mos wanted itu. Namun, kupingnya terasa panas ketika mendengar Lili dkk, cewek-cewek centil menggibahi nama Savea secara terang-terangan dihadapannya.

“Sumpah demi Tuhan, gue pernah liat Savea cubbling, mabok, sampe ngerokok! Lo semua bayangin deh, ngerikan?”

“Udah kayak cewek malam gitu bukan sih?”

“Orang tuanya pada kemana sih, kok gak ngurus anaknya gitu.”

“Padahal masih gadis, upss udah gak gadis lagi kali yaa.”

Mereka tertawa, tiba-tiba saja terdengar suara jeritan Lili. “LO APA-APAAN SIH RAN, BAHAYA LOH KALAU TONGKAT LO TADI KENA MATA GUE! SENGAJA CARI MASALAH YA LO?!”

Tokat yang tadinya membutar membentuk gerakan sempurna di tangan Kiran hampir sana menancap pada bola mata Lili. Ya Kiran sengaja melakukannya. “UPSS, gak sengaja Lili kuyang.”

Kiran menatap tajam Lili dkk tajam. “Gue denger kalian semua belum pernah masuk kelab ya? Mau gue traktir gak? Kebetulan duit gue banyak, siapa tau aja mata kalian bisa terbuka gitu, siapa yang sebenerya jalang dan siapa yang udah gak gadis lagi. Iya, gak Lili?”

“Ngomong apasih lo Ran, masih aja belain temen murahan lo itu,” sinis Lili gelagapan.

“WAH SEMUT RANGRANG, ADA APA GERANGAN KAMU BERANTEM DENGAN TEMAN SEKELAS AKQ! BIMA UDAN KETINGGALAN APA AJA NIH?” teriak seseorang heboh dari belakang.

Zenon menggeleng pelan kemudian menelan habis air mineralnya, si sinting Bima tak punya kegiatan lain yang lebih berfaedah apa? Ngomong-ngomong dimana gadis perusuh yang selalu bersama Kiran. Tunggu, apa barusan dirinya mencari Savea?

“Vea mana?” tanya Bima melirik Zenon.

On the way,” ketus Kiran.

“Oh kirain ke mana. Ini Zenon kahwatir, tapi gengsi buat nanya. Sebagai sahabat yang baik, kan, gue ngewakilin. Iya gak Zen?”

Zenon memutar mata jengah. “Terserah.”

Sementara itu Cakra menatap tajam Kiran dan Lili. “Masih pagi, gak usah nyari masalah bisa? Sana baris!”

Zenon and Savea (NEW VERSION) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang