"Pacaran boleh, tapi yang positif Zenon. Salah satu contoh positifnya ngajarin Savea matematika. Pasti dia lebih semangat belajarnya. Bisa, kan, Zenon? Nilainya selalu rendah dan tidak tuntas, dia bisa tinggal kelas kalau terus-terusan begini. Ibu minta tolong ya," ujar Bu Cahaya yang secara khusus memanggil Zenon ke ruang guru.
Zenon mengangguk, sebenarnya dia juga sudah memikirkan hal tersebut. Kekasihnya itu juga pernah mengungkit soal belajar bersama. "Bisa Buk," jawabnya datar.
"Terimakasih kalau begitu, saya gak kahwatir lagi sama dia menjelang ujian semester. Oh iya jangan lupa atur waktunya juga, bulan depan atau awal semester 2 kamu sama Ratu sudah harus olimpiade. Saran ibu aja, kalau bisa belajarnya barengan gitu. Savea sama Ratu kakak adek, iya kan? Ibu kurang tau sih tapi nama ibu wali mereka sama."
Zenon hanya diam tak ingin membicarakan privasi Savea maupun Ratu. Begitulah kira-kira alasan mengapa Zenon mengajak Savea belajar di Perpustakaan setiap pulang sekolah. Tidak hanya matematika mereka juga belajar berbagai pelajaran jurusan IPA. Dan soal olimpiadenya Zenon akan berdiskusi kembali dengan Ratu, mereka akan belajar setelah selesai ujian.
Tatapan kaum hawa masih seperti tak percaya. Mereka benar-bejar tidak percaya Savea bisa meluluhkan Zenon yang begitu batu itu. Savea yang melihat itu semakin mengangkat dagunya sombong. Lihat mereka tak bisa mendapatkan apa yang ia miliki. Hanya dia satu-satunya.
"Sudah bisa mengerti?" Pertanyaan itu keluar dari mulut Zenon yang tiba-tiba dari status pacar menjelmah menjadi guru pribadinya.
"Matematika itu musuhku, mana bisa aku mengerti dia dengan segala kerumitannya," jawab Savea menopang dagu. Belajar itu memang membosankan tapi beda lagi kalau yang mengajar Zenon Almeer Faith.
Zenon menghela nafas, lantas untuk apa dia mengeluarkan banyak suara kalau gadis ini hanya fokus pada wajahnya?
"Eno aku sayang kamu," tiba-tiba Savea berceletuk begitu.
Zenon menutup buku paket itu lalu menatap gadis itu intens. "Kamu tau jawaban saya."
Savea tersenyum malu-malu, dia yang hendak menggoda Zenon kenapa jadi dia yang salting. "Disini gerah deh, jadi males belajarnya aku."
"Ikat rambut saja, terus kita belajar lagi."
"Ikatin dong, lagi males gerak juga."
"Modus."
"Memang itu maksudku sayangku, cintaku, hidup dan matiku." Savea yang sudah berbalik badan itu memberikan ikat rambut hitam dengan senyum nakalnya dengan kecupan jauh menggunakan jemarinya.
Zenon terkekeh kecil, tidak sadar tingkah mereka itu membuat seisi perpustakaan ingin menjerit iri. Cowok itu dengan telaten merapikan surai legam Savea dengan jemarinya lalu mengikatnya.
"Kalau begini aku semangat belajarnya. Ayok kita belajar mas pacar tapi kamu gak capek kan ngajarin aku yang belo'on ini?" ujar Savea kembali berbalik lalu membuka buku tulis dan paketnya.
"Siapa yang bilang begitu? Pacar saya cantik dan pintar."
"Bohong, aku tuh bodoh. Nilaiku aja gak pernah tuntas. Ini juga yang buat aku mau belajar biar bisa pantas jadi pasangan kamu," ujar Savea.
Zenon menggeleng, "Nilai bukan segalanya Savea. Angka gak bisa nentuin kamu pantas atau tidak."
"Tapi kenyataannya emang gitu nilai itu batasan dalam hidup. Aku sering dibanding-bandingin dan dibilang bodoh karena suatu angka yang memang berharga tapi menyesatkan. Iya kan, disekolah orang pinter dihargain, anak bodoh digunjingi. Kayak jadi perbedaan kasta, padahal jelas-jelas kalau gajah disuruh naik pohon ya gak bisalah. Kamu liat aja anak-anak seisi ruangan ini. Aku yakin diantara mereka pasti udah muak banget, bahkan ada yang bertopeng, mereka pengen bebas tapi harus tetap ambis. Sampai ada yang tumbuh tanpa dorongan bakat individu. Dampaknya menyebar kemana-mana terutama harga diri, jadi ngerasa kurang terus, butuh validasi dari orang lain, butuh rasa menang yang sebenernya menurutku itu gak harus."
KAMU SEDANG MEMBACA
Zenon and Savea (NEW VERSION)
Teen FictionMenutup mata dan telinga, memaksakan diri untuk mengembara, pada akhirnya jawabannya adalah dia dan cinta. Zenon Almeer Faith, Cowok beretra cokelat itu terkenal dengan paras tampan dan kekayaan yang berlimpah. Di tambah, kepandaiannya dalam adu fis...