Kelas Conversation Ayu cs ada di hari Senin dan Kamis dari pukul 19.00-21.00. Hari itu hari Kamis, seperti biasa, aku masuk kelas lebih dulu untuk membaca ulang materi yang akan aku sampaikan. Aku mendapat ruang paling belakang, nyaris dekat dengan toilet, karena ruang kelas yang terletak di bagian depan sudah terpakai semua— sepertinya ada kelas-kelas baru yang diajar oleh freelancer atau mungkin dipakai untuk placement test atau tes TOEFL, entahlah. Tak apalah, pikirku, karena aku memang gampang sekali buang air kecil terutama bila kena AC di malam hari atau saat hujan. Ruang paling belakang juga cenderung lebih dekat dengan WiFi sehingga koneksi internet di ruang belakang lebih kencang dibandingkan dengan ruang kelas yang ada di bagian depan. Tak lama kemudian Ayu datang disusul Ravid, Agus, dan Himam— Mas Gusman absen hari itu. Mereka segera menempatkan diri di kursi masing-masing dan siap untuk menerima pelajaran hari itu. Aku pun segera menutup pintu, hal yang pasti aku lakukan sebelum mengajar agar konsentrasi para siswaku tidak buyar melihat lalu-lalang orang yang lewat di depan kelas.
"Ok. Now you can draw a map that shows the location of your house then you can give a brief explanation how to reach your house from LPBIK or vice versa," terangku pada mereka setelah aku memberikan materi tentang direction.
"You may give additional information about transportation means which can possibly reach your house and its ETA," tambahku lagi.
Agus mengacungkan tangan. "Maaf, maksudnya apa, Miss?" Wajah clueless-nya membuatku yakin bahwa dia tidak mengerti apa yang kuucapkan tadi sama sekali.
"Saya minta kalian untuk menggambarkan peta lokasi rumah kalian masing-masing lalu berikan informasi singkat mengenai rute rumah kalian ke LPBIK atau sebaliknya. Terus berikan juga informasi tambahan tentang moda transportasi apa saja yang bisa digunakan untuk ke rumah kalian beserta ETA-nya," jelasku dengan bahasa Indonesia.
"ETA Itu apaan, Miss?" Kali ini Himam yang bertanya.
"ETA stands for Estimated Time of Arrival ..." Aku menulis di whiteboard, "alias perkiraan waktu tiba di tujuan. Saya ingin kalian memberi perkiraan waktu dari LPBIK ke rumah kalian atau sebaliknya dengan moda transportasi yang berbeda."
Ayu mengacungkan tangan. "Tapi saya nggak tau ETA selain untuk motor, Miss. Saya nggak pernah naik angkot apalagi becak. Gimana dong?"
Siswa-siswa yang lain bergerumung mengiyakan ucapan Ayu. Aku mendesah lalu mengambil keputusan.
"Ok. Then write down whatever information you can give about direction of your house location. I'll give you ten minutes to prepare," pungkasku sebelum mereka kuberi tugas untuk membuat elaborasi yang nantinya harus mereka presentasikan di depan kelas.
Suasana jadi hening ketika mereka menekuni tugas mereka masing-masing sehingga aku bisa mendengar suara ketukan halus di pintu. Aku, yang memang selalu duduk di dekat pintu, beranjak lalu membuka pintu dan berharap ada sosok Ganjar di depan pintu. Yah, bisa saja, kan, dia tiba-tiba kangen ingin menemuiku lalu sengaja mengetuk pintu ketika aku sedang mengajar. Namun, aku terkejut karena aku tidak menemukan siapa-siapa di depan sana. Aku mengernyitkan dahi. Aku yakin sekali tadi ada yang mengetuk pintu. Sesaat kemudian, setelah meyakinkan diri bahwa tidak ada siapa pun di sepanjang koridor— yah, siapa tahu memang ada yang mengetuk pintu lalu bersembunyi ke gudang atau ruang kelas yang sudah kosong untuk mengerjaiku, aku pun menutup pintu kembali dan duduk di tempat semula. Para siswa ajarku masih asyik menulis, beberapa di antaranya saling berdiskusi, sehingga mereka luput memperhatikan kebingunganku.
Sepuluh menit berlalu dan aku mengumumkan bahwa tenggat waktu persiapan sudah selesai. "Time's up, Guys!"
Mereka semua mendesah.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Course (TAMAT)
General FictionSebelas bulan selepas pengunduran dirinya dari PT. Bank Nusantara, Samira akhirnya diterima bekerja di sebuah lembaga kursus sebagai tenaga pengajar bahasa Inggris. Pengalaman horor dengan makhluk penghuni tempat kursus hingga pengalaman "horor" den...