Aku dan Mas Ganjar tidak mengambil cuti terlalu lama. Cukup tiga hari saja. Toh, kami juga tidak ada acara bulan madu macam selebritis Indonesia yang acara resepsinya sampai ditayangkan secara langsung oleh sebuah stasiun TV swasta bahkan hingga kehidupan setelah menikahnya juga masih disorot. Meski tidak berutang, uang kami tetap habis untuk biaya resepsi tempo hari sehingga agenda bulan madu bisa membuat kami auto penyakitan karena harus menjual ginjal— aku, kan, inginnya bulan madu ke Maladewa atau Prancis atau keliling Eropa sekalian. Alhasil, kegiatan kami selama tiga hari cuti itu hanya mendekam di dalam kamar sambil push up— istilah ini kudapatkan dari Mas Ganjar, omong-omong, tapi pikirkan sendiri kenapa dia menggunakan istilah itu.
"Waduh, pengantin baru ke kantornya seger ya?" ledek Miss Nike sambil senyum-senyum.
"Lha, kan, sebelum ke kantor mandi dulu, Miss. Emang kamu kalau berangkat kerja nggak mandi dulu ya?" balasku yang mendapat senyum kecut dari Miss Nike.
"Dia mandi, Miss," sahut Miss Neina yang muncul dari dalam ruang staf, "tapi tayamum," kemudian Miss Neina tergelak. Miss Nike mesem kecut.
"Kayak gajah dong," sahutku yang malah membuat Miss Nike melotot sedangkan Miss Neina tergelak puas.
"Ada apa sih ribut amat?" sela Titi yang muncul dari dalam ruang staf diikuti Mr. Tizar di belakangnya. "Briefing! Briefing!" serunya pada kami.
Kami berenam pun menempati kursi yang ada di ruang resepsionis dan bersiap mengikuti briefing.
"Pertama-tama saya, sebagai perwakilan LPBIK, mengucapkan selamat sekali lagi buat pernikahan antara Mr. Ganjar dan Miss Samira. Semoga sakinah, mawadah, warahmah until jannah selamanya ya, Miss dan Mister, dan semoga kadonya bermanfaat ya." Titi membuka briefing.
Aku dan Mas Ganjar berterima kasih dan mengaminkan doanya. Jujur saja aku agak terkejut setelah membuka kado dari teman-teman di LPBIK. Tak kusangka ternyata mereka benar-benar mewujudkan keinginanku memiliki magic com. Aku benar-benar bersyukur dengan kado itu karena kami kini tinggal di rumah kontrakan sehingga alat rumah tangga seperti itu sungguh bermanfaat. Sebenarnya akan lebih bermanfaat lagi kalau mereka memberi kami rumah juga tapi nanti aku akan dikatai ngelunjak.
"Semoga pernikahan ini tidak membuat profesionalisme kalian menurun. Kinerja kalian berdua udah bagus lho," puji Titi yang membuat hidungku mengembang.
"Omong-omong, briefing hari ini akan ada berita yang sedikit mengejutkan, menyedihkan— entahlah, pokoknya membuat kita harus sedikit berbenah terutama buat Miss Sam sebagai koordinator divisi keuangan yang merangkap CS juga."
Aku langsung kaget ketika namaku disebut. Perasaanku jadi tidak enak. Apakah aku akan dimutasi ke kota lain setelah pernikahanku? Aduh, masa begitu menikah aku dan Mas Ganjar langsung harus LDM? Atau apakah aku justru akan dipecat dari LPBIK? Aku jadi mengingat-ingat kesalahan apa saja yang sudah kuperbuat selama menjabat sebagai koordinator divisi keuangan yang membuatku harus terdepak dari LPBIK Cabang Pekalongan.
"Jadi kita akan kehilangan seorang anggota keluarga kita di LPBIK Cabang Pekalongan setelah ini."
Ucapan Titi itu membuatku semakin yakin bahwa aku akan dimutasi. Oh, tidak!
"Miss Nike resmi mengundurkan diri dari LPBIK terhitung mulai besok."
Aku, Miss Neina, Mas Ganjar, dan Mr. Tizar menoleh ke arah Miss Nike yang membuat Miss Nike kaget karena jadi pusat perhatian.
"Bener, Miss?" tanya Miss Neina pada Miss Nike dengan wajah tidak percaya.
Miss Nike mengangguk.
"I-iya. Baru dua minggu yang lalu aku bilang ke Miss Titi kalau aku melamar pekerjaan di tempat lain. Miss Titi pun sebenernya udah bilang kalau mau ngajuin resign minimal sebulan sebelumnya tapi, kan, lowongan kerjanya baru ada dua minggu yang lalu jadi ya baru bisa bilang agak dadakan emang," papar Miss Nike.
"Emang ngelamar di mana, Miss?" tanyaku penasaran.
"Di BPR," jawab Miss Nike.
"Udah fix diterima berarti?" tanya Miss Neina pula yang dijawab anggukan kepala oleh Miss Nike.
"Pengumumannya kemarin," imbuh Miss Nike.
"Aku sih nggak pernah melarang siapa pun yang kerja di sini untuk melamar kerja di tempat lain, Miss." Titi tiba-tiba menyela. "Aku sadar kok LPBIK itu kayak apa, gajinya berapa, sistem kerjanya gimana, kesejahteraan karyawannya gimana. Aku sadar LPBIK itu belum bisa ngasih apa-apa ke para karyawannya jadi wajar kalau banyak yang akhirnya resign. Nggak salah kok. Bagus banget malah. Orang memang harus cari penghidupan yang lebih baik lagi buat masa depannya. Nggak mungkin, kan, kamu bakal menghabiskan hidupmu untuk mengabdi ke LPBIK yang nggak bisa ngasih apa-apa ke kamu. Tapi, ya itu, aku sedikit menyayangkan kenapa kamu resign tiba-tiba gitu."
"Iya, maaf, Miss Titi." Miss Nike tertunduk.
"Nggak papa. Nggak usah gimana-gimana ke aku. Masalahnya justru di Miss Sam nih. Dia, kan, biasanya kerja dibantu kamu nih terus sekarang kamu resign jadinya dia kerjain semuanya sendirian."
"Oh, nggak papa. Santai aja. Woles. Selow," sahutku. "Aku bisa kerjain semuanya sendirian kok, Ti," yakinku.
"Beneran?" Titi mengkonfirmasi.
"Beneran 1000%. Nggak papa, serius. Aku, kan, emang dari dulu udah double job jadi CS sama jadi koordinator divisi keuangan. Yah, meski kalau pas pelayanan tetep dibantu sama Miss Nike tapi aku yakin aku bisa kerjain dua-duanya full sendirian. Kerjaan koordinator divisi keuangan cuma ngurusin laporan keuangan di akhir bulan doang kok. Nggak banyak," kataku lagi dengan keyakinan dua kali lipat.
Wis, sing penting yakin, batinku.
"Yah, syukurlah kalau gitu. Soalnya aku memang belum ada rencana buat rekrut CS baru, Mir, setelah ini. Aku liat keuangan kita masih kurang dari target meski memang lebih baik dari sebelumnya. Aku rasa rekrutmen untuk CS belum terlalu mendesak gitu sifatnya." Titi mengemukakan alasannya yang kusetujui penuh.
"Nggak papa. Aku setuju kok. Nggak usahlah kita gaji orang cuma buat duduk-duduk di sini doang. Kalau cuma sekadar follow up customer sih aku sendiri juga bisa. Ngurusin laporan bulanan, keluar-masuk pendapatan harian, dan sebagainya itu juga bisa aku kerjain sendiri."
"Makasih ya, Miss Sam," kata Miss Nike.
"Lah, ngapain makasih? Itu emang tugasku, Miss. Nggak usah berterima kasih segala," tepisku.
"Yah, kalau gitu kita doakan saja semoga Miss Nike nyaman di tempat kerja barunya. Semoga karirnya semakin baik di sana. Semoga diberikan kelancaran," doa Titi yang diamini kami semua terutama Miss Nike.
Miss Nike menyalami kami semua selepas briefing. Wajahnya berbinar bahagia karena awalnya khawatir kami akan kecewa atau marah atas keputusannya. Namun, itu terbukti tidak terjadi. Kami malah memberikan ucapan selamat pada Miss Nike. Inilah yang kusukai di lingkungan kerja LPBIK. Lingkungan kerja kami sangat jauh dari persaingan. Kami saling dukung dalam hal apa pun. Kami bukan hanya rekan kerja. Kami adalah keluarga. We may not be born with the same blood but our bond goes beyond the blood.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
The Course (TAMAT)
General FictionSebelas bulan selepas pengunduran dirinya dari PT. Bank Nusantara, Samira akhirnya diterima bekerja di sebuah lembaga kursus sebagai tenaga pengajar bahasa Inggris. Pengalaman horor dengan makhluk penghuni tempat kursus hingga pengalaman "horor" den...