Aku jamin tidak akan ada yang menolak mengatakan bahwa Mr. Indra adalah pengajar paling tampan di LPBIK. Tubuhnya tinggi atletis dengan berat badan proporsional, kulitnya putih bersih, bibir kemerahan, serta cambang dan jenggot tipis di sekitar rahang dan dagunya yang makin menambah kharisma dirinya sebagai persona cowok macho.
Omong-omong Mr. Indra ini adalah salah satu pengajar lepas di LPBIK tapi satu-satunya yang laki-laki. Dia pengajar khusus kelas Conversation dan TOEFL/IELTS Preparation. Dengan penampilannya yang mempesona serta kepiawaiannya dalam berbahasa Inggris tentu saja tidak mengherankan kalau dia akhirnya bisa memenangkan sebuah kontes beauty pageant lokal bertajuk Duta Wisata di kotaku beberapa tahun lalu.
Mr. Indra ini dulunya adalah teman SMA-ku, sama seperti Titi. Namun, aku dan Indra tidak pernah sekelas. Kami tidak pernah saling mengenal sebelum ini, bahkan seingatku kami tak pernah saling bertemu entah karena kelas kami selalu terpisah atau karena aku memang jarang sekali berkeliaran di luar kelas karena aku memang kuper saat SMA. Lagipula Indra sepertinya belum setampan sekarang sehingga aku luput memperhatikannya.
"Alah, nggak usah naksir dia. Dia nggak bakal naksir cewek," ucap Titi padaku, Miss Neina, dan Miss Rayya yang saat itu sedang berkumpul di ruang resepsionis di sela-sela rehat waktu mengajar.
Miss Rayya yang sedang asyik mengunyah kacang, tertarik.
"Maksudnya gimana tuh, Miss?" tanyanya.
"Nggak naksir cewek ya ... nggak naksir cewek." Titi jadi bingung sendiri hendak menjelaskan. "Masa kayak gitu harus aku jelasin sih?"
"Gay, kan, maksudnya?" tukasku.
"Nah, begitu!" Titi menyetujui ucapanku.
"Hah? Serius?" Bola mata Miss Rayya membelalak. "Mr. Indra yang itu, kan, yang kemaren ngajar ke sini pake baju batik pink itu, kan?" Dia sampai bangkit dari posisi duduknya dengan tergesa-gesa membuat kursi putar itu berderak memilukan lagi.
Titi mengangguk menjawab pertanyaan Miss Rayya.
"Ya Allah, padahal ganteng lho ya," desah Miss Rayya.
"Kenapa? Kamu naksir?" tanya Miss Neina pada Miss Rayya.
Miss Rayya menggeleng. "Nggak sih, Miss, cuma pengen muji aja. Ganteng, kan, emang. Kalau dia normal aku yakin banyak cewek yang mau kok."
"Termasuk kamu ya, Miss," godaku pada Miss Rayya.
"Dih, apaan? Nggak lah," tepisnya tapi dia tak sanggup menyembunyikan semu merah di pipinya dariku persis seperti kejadian kemarin.
"Aku kemarin liat lho, Miss," godaku lagi.
"Liat apaan?" Miss Rayya pura-pura lupa.
"Pas Indra bilang 'kamu tipe aku banget lho, Miss Rayya, karena kita sama-sama suka K-Pop' itu. Kamu langsung malu-malu kucing gitu, kan? Ngaku deh!" tembakku yang membuat Miss Rayya langsung salah tingkah dan mati-matian mengelak.
"Nggak, itu—"
"Ngaku deh. Hayoo!" Akhirnya aku, Titi, dan Miss Neina malah sama-sama menggoda Miss Rayya. Yang digoda sampai menyerah.
"Udah bikin anak gadis orang GR eh lupa nggak nyebut gender apa yang bikin dia naksir," tukasku yang membuat Titi dan Miss Neina tergelak.
"Berarti kalimat Indra kemarin itu ada lanjutannya ya," timpal Miss Neina, "asalkan kamu cowok juga."
Pecahlah seisi ruang resepsionis oleh gelak tawa kami.
"Eh, tapi Indra kenapa sih, Miss, tiba-tiba belok gitu?" tanya Miss Neina yang ternyata juga penasaran.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Course (TAMAT)
General FictionSebelas bulan selepas pengunduran dirinya dari PT. Bank Nusantara, Samira akhirnya diterima bekerja di sebuah lembaga kursus sebagai tenaga pengajar bahasa Inggris. Pengalaman horor dengan makhluk penghuni tempat kursus hingga pengalaman "horor" den...