Kumpul di rumah Himam, begitu pesan teks yang kuterima dari Ayu di Minggu pagi.
Aku udah otw ke rumah Miss Sam. Nanti kita berangkat bareng ke rumah Himam, tulis Ayu lagi.
Hari itu rencananya aku, Ayu, Agus, dan Himam akan pergi berlibur ke Petungkriyono untuk rafting. Sebenarnya Ravid dan Mas Gusman juga kami ajak tapi tiba-tiba mereka membatalkan janji di saat-saat terakhir karena ada urusan mendesak dan mendadak. Ravid berkata bahwa ternyata sekolahnya mengadakan pembekalan UN sehingga dia wajib datang sedangkan Mas Gusman ada urusan di hotel tempat dia bekerja. Praktis hanya kami berempat yang positif ikut.
Oh ya, sejak ikut kelas Conversation bersamaku mereka jadi dekat satu sama lain terutama Ayu, Himam, dan Agus. Sebelum rafting hari itu, kami pernah nongkrong ke kafe beberapa kali. Aku memang tidak membatasi diri berinteraksi dengan mereka di luar jam mengajar. Mereka berhak menganggapku sebagai teman, sahabat, bahkan kakak ketika kami tidak dibatasi ruang kelas. Kami sering bertukar pesan dengan bahasa-bahasa santai meski tetap santun. Tak jarang kami juga bertukar canda untuk membuat hubungan kami lebih akrab. Bagiku itu adalah suatu hal yang lumrah dan sah saja. Tidak ada salahnya, kan, menjalin hubungan akrab dengan para siswa?
Share location dong. Mau jalan nih. Begitu sampai rumahku, Ayu mengirim pesan pada Himam untuk membagi lokasi rumahnya via aplikasi perpesanan.
"Nih lokasinya," kata Ayu sambil memperlihatkan ponselnya padaku. Aku mempelajari peta itu. Padahal aku sendiri tipe orang yang tidak bisa baca peta. Aku buta arah dan buta peta padahal mantan anak IPS.
"Nanti Miss Sam aja ya yang nyetir motornya. Aku bonceng aja. Aku capek banget, Miss," kata Ayu cepat.
"Yaelah, naik motor dari rumah kamu ke rumah Miss Sam kayaknya nggak jauh deh. Gitu aja capek," ledekku sambil berpamitan pada ibu dan memanaskan Scoopy Doo.
"Aku abis dari Semarang kemarin, Miss, dan baru pulang jam sebelas malem. Itu juga nggak bisa langsung tidur. Jadinya aku ngerasa capek banget pas bangun tadi," dalih Ayu.
"Nah, kalo masih capek kenapa ikut?"
Ayu nyengir. "Pengen ikut rafting aja soalnya seru. Lagian kalo nggak ada aku pasti Miss Sam nggak ada temen cewek, kan? Tenang aja, aku selalu ada energi kalo buat hore-hore, Miss."
Aku mendecak dan membatin. Dasar!
Akhirnya setelah sekitar 30 menit perjalanan— rumah Himam cukup jauh dari rumahku di kota— aku dan Ayu sampai juga di rumah Himam. Di sana sudah ada Agus yang tiba lebih dulu.
"Gimana? Mau berangkat sekarang?" tanya si tuan rumah.
"Yuk! Keburu siang nanti di jalan terus kepanasan deh," sahutku yang disetujui ketiga siswaku.
"Ng, naik motornya mending bonceng-boncengan deh," usulku. "Tapi Miss nggak bisa kalau disuruh boncengin karena jalan ke sana menanjak, kan?"
"Nah, kalo gitu," sahut Ayu, "aku dibonceng Mas Agus nanti Mas Himam boncengin Miss Sam aja. Gimana?"
Kamj pun sepakat lalu kami naik motor menuju Petungkriyono. Jalan menuju ke sana benar-benar terjal. Jalannya menanjak curam tapi memiliki pemandangan yang indah karena kami menemui banyak anak sungai dan bahkan air terjun di sepanjang jalan. Udaranya juga sejuk. Setelah menempuh perjalanan sekitar satu— atau bahkan mungkin 1,5— jam kami menemukan sebuah basecamp. Di sana kami diantar dan dipandu menuju titik start rafting.
Ponselku tiba-tiba berbunyi padahal aku hendak meninggalkannya di dalam basecamp karena tidak mungkin aku membawa ponsel sambil basah-basahan. Namun, Himam tetap membawa kamera GoPro-nya karena anti air dan sekaligus sebagai dokumentasi kami selama berarung jeram.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Course (TAMAT)
General FictionSebelas bulan selepas pengunduran dirinya dari PT. Bank Nusantara, Samira akhirnya diterima bekerja di sebuah lembaga kursus sebagai tenaga pengajar bahasa Inggris. Pengalaman horor dengan makhluk penghuni tempat kursus hingga pengalaman "horor" den...