4 - Manajer Adalah Ratu

1.5K 174 0
                                    

Pertengahan tahun biasanya jadi bulan yang cukup sibuk untuk LPBIK karena saat itulah kenaikan kelas alias tahun ajaran baru akan dimulai.

"Kita ikut bazar SMP P aja, Bu," usul Titi pada Bu Yuni, sang manajer, ketika sesi briefing dimulai.

"Tapi, kan, itu bayar, Miss Titi. Lumayan mahal lagi," sergah Bu Yuni.

Titi terlihat melipat bibir. Aku melihat ada sedikit rasa kesal yang ditahannya.

"Tapi kalo kita nggak nyoba mana bisa dapet siswa baru juga, Bu. Nggak ada salahnya juga, kan, ikut sarannya Miss Titi?" bela Miss Rina.

"Tapi, Miss Rina, ikut bazar pun belum tentu daftar semua. Kalo cuma tanya-tanya aja gimana?" Bu Yuni tetap pada pendiriannya.

"Namanya juga usaha, Bu Yuni, jadi ya bisa aja berhasil bisa juga nggak ..."

"Nah, makanya itu, Miss Titi. Kita jangan sampe rugi dong. Udah ngeluarin duit buat ikut buka stand di bazar SMP P taunya malah masih nggak dapet siswa baru juga percuma dong. Buntung juga kita," kata Bu Yuni memotong ucapan Miss Titi.

"Tapi kalo kita nggak ngelakuin sesuatu juga sama aja nggak dapet siswa, kan, Bu Yuni?" Miss Rina masih membela Miss Titi.

"Tapi, Miss Rina ..."

"Ng, anu ..." Aku menyela, "gimana kalo kita nggak usah ikut bazar ..."

"Nah, kan ..."

"Sebentar, Bu Yuni," potongku. "Tapi bukan berarti kita nggak bisa ngelakuin apa-apa. Kita bisa manfaatkan keramaian di bazar itu dengan sebar brosur, misalnya. Bisa, kan?" usulku.

"Jadi kita nggak usah sewa stand yang harganya mahal itu tapi kita ijin sebar brosur atau pamflet di depan SMP P pas bazar. Siapa tau ada beberapa orang yang tertarik untuk daftar. Gitu, kan, ya, Miss Samira?" Titi memperjelas usulku tadi.

Aku mengangguk mengiyakan. Bu Yuni yang selalu memakai lipstik merah menyala itu terlihat mempertimbangkan usulku. Beberapa detik kemudian dia akhirnya memutuskan.

"Oke. Idenya bagus juga. Ya udah, kalo gitu kalian cari tau kapan bazarnya dimulai biar kalian bisa siap-siap," perintah Bu Yuni.

Titi mengangguk. Miss Rina juga ikut mengangguk.

"Ya sudah, berarti rencana kita untuk tahun ajaran baru sudah jelas ya mau sebar brosur. Oke, dengan begitu, briefing kali ini dibubarkan," pungkas Bu Yuni lalu beranjak dari tempat duduknya dan kembali ke ruangannya.

"Ya udah, kalo gitu kalian cari tau kapan bazarnya dimulai biar kalian bisa siap-siap." Miss Rina menirukan ucapan Bu Yuni tadi dengan gaya dibuat-buat begitu manajer kami itu sudah tak terlihat lagi di ruang resepsionis.

Titi tertawa melihat itu sedangkan aku kebingungan. Aku tidak mengerti maksud candaan itu. Yah, aku memang merasa suara Bu Yuni agak sedikit cempreng sih tapi ketika ditirukan oleh Miss Rina tadi sepertinya bukan suara yang jadi bahan candaannya tapi kalimatnya. Namun, aku tidak tahu bagian mana dari kalimat itu yang salah atau aneh sehingga jadi candaan Miss Rina.

"Miss Rina emang dendam kesumat sama Bu Yuni makanya dia suka niruin Bu Yuni segitunya," kata Titi sambil tertawa. Miss Rina memutar bola matanya sebagai ekspresi sebal.

"Emang kenapa sih?" tanyaku seraya mengikuti Titi ke ruang staf sedangkan Miss Rina tetap berjaga di ruang resepsionis.

"Ah, itu ..." Titi berkata sambil mengetikkan sesuatu di ponselnya. Sepertinya dia sedang mengirim pesan ke seseorang. "Selama kamu kerja di sini selama tiga bulan, kamu merhatiin nggak kerjaan Bu Yuni ngapain?" tanya Titi yang tentu saja kujawab gelengan kepala.

The Course (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang