Aku sedang duduk-duduk di ruang resepsionis, seperti biasa, sambil sibuk menghubungi para customer dengan ponselku sambil sesekali curi-curi menggulir laman Instagram ketika tiba-tiba Mama Diana, salah seorang wali siswa ajar, datang.
"Hai, Miss Sam," sapanya ramah dengan senyum tiga-jari mengembang setiap kali dia datang.
"Oh, hai, Mama Diana," sapaku sambil balas senyum.
Senyum bersifat persuasif sehingga aku akan otomatis membalas senyum orang lain meski sebenarnya aku bukan tipe orang yang murah senyum— karena aku merasa bahwa gigi gingsulku sangat jelek dan posisi gigi lainnya yang tidak rata dan membuat senyumku jadi aneh.
Hari itu Mama Diana mengenakan yukensi motif bunga warna pale blue dan celana 7/8 warna putih. Ah, aku selalu iri dengan mama-mama siswa ajar di LPBIK. Kenapa mereka semua tampak awet muda sekali? Lihatlah Mama Diana atau Mama Lydia. Keduanya tetap cantik mempesona meski usia mereka sudah nyaris memasuki kepala empat. Kulit putih bersih, pakaian trendi, rambut tebal berombak yang dicat coklat kemerahan, duh, aku iri sekali. Aku jadi bercita-cita akan seperti mereka kalau sudah punya anak kelak.
"Celine belum selesai belajar?" tanya Mama Diana yang akhirnya duduk di depanku tanpa kutawari.
"Ng, belum kayaknya, Ma. Kalau sudah selesai biasanya dia pasti langsung ke sini," jawabku.
Mama Diana melihat jam yang melingkar di pergelangan tangan kirinya. "Ah, iya. Masih ada sepuluh menit lagi ternyata. Saya ke sini agak cepet ya berarti. Jam di rumah disetel kecepetan kayaknya," ucapnya ketika menyadari alasan kenapa anaknya belum keluar kelas.
Ah iya, Celine adalah murid Titi yang satu kelas dengan Belinda, anak Mama Lydia. Keduanya merupakan siswa TK A di sebuah sekolah mentereng yang menerapkan kurikulum internasional, Cambridge. Kira-kira usia mereka lima tahun. Celine yang bertubuh lebih besar cenderung lebih cerewet dan lincah dibanding Belinda yang agak pemalu dan bertubuh lebih kurus. Namun, keduanya adalah anak yang sangat menyenangkan lagi cantik.
"Lagi sepi ya, Miss Sam? Tumben?" basa-basi Mama Diana.
Mama Diana ini memang orang tua yang relatif senang mengobrol. Beberapa kali ketika harus menunggu Celine yang belum selesai belajar, Mama Diana mengajakku mengobrol di ruang tunggu resepsionis. Aku sih senang-senang saja mengobrol dengan orang tua siswa ajar karena kadang hal itu bisa dimanfaatkan untuk merayu orang tua siswa ajar untuk mempromosikan LPBIK pada teman-teman mereka. Cara ini terbukti berhasil.
"Ini hari Jumat, Ma, jadi emang agak sepi. Rata-rata ramenya tuh Senin sama Kamis. Terutama kalau malam. Banyak yang kelas dewasa kalau di dua hari itu." Aku menanggapi.
"Oh, iya ya?"
Mama Diana ini menurutku juga cenderung ekspresif. Dia selalu memberikan ekspresi yang menyenangkan atau nampak tertarik akan apa yang dibicarakan oleh lawan bicaranya meski mungkin saja lawan bicaranya terlihat menanggapi pertanyaannya biasa saja. Lihatlah, Mama Diana tetap antusias menanggapiku meski eskpresi wajahku ketika diajak berbicara sangat datar— aku juga heran kenapa selama bekerja aku selalu ditempatkan menjadi frontliner dengan ekspresi datar begini.
"Kirain di sini cuma ada kelas anak-anak doang, Miss."
"Oh, nggak kok, Ma. Di sini kelas anak-anak ada, remaja ada, sampai dewasa pun juga ada. Lengkap pokoknya." Aku mulai melancarkan jurus promosiku.
"Wah, lengkap juga ya. Celine di sini udah agak lama tapi saya malah baru tau kalau kelas-kelas di sini ada banyak macemnya. Saya datang kemari pas siang doang sih ya pas jemput Celine jadinya nggak pernah tau kalau ada kelas malem. Taunya banyakan anak-anak aja yang di sini. Dulu pun saya masukin Celine ke sini karena denger dari mamanya Belinda, kan. Jadi ya nggak pernah cek-cek lagi kursus di sini kayak apa. Pokoknya percaya aja deh sama mamanya Belinda. Terus dulu daftar juga lewat Miss Titi. Omong-omong, itu yang kelas malem bahasa Inggris atau komputer, Miss?"
KAMU SEDANG MEMBACA
The Course (TAMAT)
General FictionSebelas bulan selepas pengunduran dirinya dari PT. Bank Nusantara, Samira akhirnya diterima bekerja di sebuah lembaga kursus sebagai tenaga pengajar bahasa Inggris. Pengalaman horor dengan makhluk penghuni tempat kursus hingga pengalaman "horor" den...