3 - Guru Tukang Tidur, Murid Jadi Ngawur

1.7K 202 13
                                    

Kelas pertamaku adalah kelas untuk level Basic. Ini sebenarnya kelas lanjutan dari level sebelumnya, Pre Basic, tapi karena tenaga pengajarnya tidak ada sebab jadwalnya yang tidak sinkron dengan jadwal mengajar staf lain, akulah yang akhirnya diberi mandat mengajar kelas ini. Saat di level Pre Basic, Anin sebenarnya sempat digabung dalam kelas lain yang berbeda level yang kebetulan jumlah siswanya juga cuma satu orang dan kelas itu diajar oleh Miss Titi. Namun, dengan pertimbangan profesionalisme (penggabungan kelas dengan level yang berbeda meski jumlah siswa masing-masing level hanya satu haram hukumnya di LPBIK), akhirnya Miss Titi harus melepas kelas Anin untuk diajar tenaga pengajar lain yaitu aku.

Siswa kelas ini cuma satu, seorang siswi SMP kelas 8 bernama Anindita yang akrab dipanggil Anin, padahal kelas ini kelas reguler dan bukan kelas privat. Kadang hal ini bisa saja terjadi karena tidak ada siswa baru lain dengan level yang sama atau bisa juga, seperti kasus Anin, jam belajar siswa yang tidak cocok dengan jam belajar siswa lain sehingga mau tidak mau ada siswa yang terpaksa belajar sendirian meski terhitung masuk kelas reguler atau bisa juga teman selevelnya mengundurkan diri secara tiba-tiba hingga tersisa satu siswa saja dalam satu kelas. Usut punya usut, Anin ini memang sudah lama kursus di LPBIK, sejak SD, dan selama ini dia memang selalu sendiri. Enak juga ya harga reguler rasa privat. 

"Hai, Anin!" sapaku ketika bertemu Anin pertama kali.

"Hai, Miss ..." Dia nampak kebingungan memanggilku karena aku belum menyebutkan nama.

"Samira. My name's Samira. So, you can call me Miss Sam, Miss Mira, Miss Samira, Miss Pretty, Miss Cantik ..."

"Yeeee, maunya Miss itu sih," cibirnya. Aku tertawa. "Jadi mulai sekarang Miss Sam yang ngajar aku? Bukan Miss Titi lagi?"

Aku mengangguk. "Miss Titi has another class so she ..."

"Bisa pake bahasa Indonesia aja nggak, Miss?" potong Anin ketika aku mengoceh dalam bahasa Inggris.

"Why?" tanyaku.

"Aku nggak bisa ngomong pake bahasa Inggris," jawab Anin santai. "Aku les Inggris cuma biar bisa dapet nilai bagus di bahasa Inggris," sambungnya cuek.

"Emang nggak kepengen bisa ngomong pake bahasa Inggris juga? Kalo bisa ngomong bahasa Inggris juga nilai tambahnya banyak lho."

Anin menggeleng. "Bahasa Inggris bikin pusing," katanya yang membuatku terkekeh geli.

Kami pun akhirnya mulai pembelajaran kami hari itu. Level Pre Basic dan Basic sebenarnya hampir mirip. Level ini biasanya diduduki oleh siswa SMP. Oleh sebab ini level untuk anak sekolah, maka materi pembelajaran juga lebih banyak mengedepankan tentang tense. Kami membahas tentang present perfect tense hari itu.

"Aku masih nggak paham deh, Miss, soal present perfect tense ini. Kalo udah ada past tense ngapain ada present perfect tense juga, kan, sama-sama ngomongin kejadian yang udah lewat?" tanyanya.

Anin cukup kritis juga ternyata. Penampilannya yang cuek— hanya mengenakan jogger pants panjang dipadu dengan kaus oblong lengan panjang, jilbab instan khas anak sekolahan, dan sandal gunung— membuatku salah mengira dia cuma anak SMP kebanyakan yang ogah-ogahan belajar, yang datang kursus hanya demi menjalankan kewajiban dari orang tuanya.

"Past tense dan present perfect tense memang punya fungsi yang sama, Nin, yaitu sama-sama menjelaskan kejadian yang sudah lewat masanya tapi sebenarnya mereka punya perbedaan. Past tense digunakan untuk menjelaskan suatu peristiwa yang terjadi di masa tertentu dan efek dari peristiwa itu  juga sudah habis di masa itu. Oleh sebab itu, kamu pasti akan menemukan keterangan waktu pada kalimatnya ..."

The Course (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang