Ada satu hal yang membuatku tertarik setiap kali orang tua Nisa, siswa ajar TOEFL Preparation, datang menjemput selepas isya. Mereka berdua selalu mengitari bangunan LPBIK padahal aku dan teman-teman sekantor saja ogah berkeliling LPBIK di malam hari. Taman belakang LPBIK yang rimbun itu selalu memberi kesan seram kalau hari sudah petang.
"Ortu kamu emang selalu begitu, Nis, di semua tempat?" tanyaku suatu hari pada Nisa.
"Apa— Oh, keliling itu, Miss? Iya, mereka emang punya kebiasaan kayak gitu kalau di tempat asing. Sebenernya awalnya sih kalau pas di sini karena mau numpang solat aja sih di musola belakang terus kayaknya jadi keterusan. Nggak tahu tuh bapak sama ibu. Mungkin mereka nemuin yang seru kali di belakang," jawab Nisa santai.
"Emang nemu apaan?" timbrung Miss Neina yang tahu-tahu sudah duduk di sebelahku di ruang resepsionis.
Nisa mengedikkan bahu. "Nggak tahu, Miss. Padahal kayaknya ya penunggunya itu-itu doang. Nggak ada yang menarik."
"Hah?" Aku dan Miss Neina berseru bersamaan. "M-maksudnya penunggu itu—"
"Lho, emangnya Miss Sam sama Miss Neina nggak tahu kalau di sini banyak "penghuni"-nya?" Nisa memberi tanda kutip pada kata penghuni.
Aku dan Miss Neina berpandangan.
"Jangan-jangan ..."
"Kamu bisa liat ..."
"Makhluk gaib?"
Aku dan Miss Neina bersahut-sahutan seolah saling tahu isi pikiran masing-masing.
Nisa mengangguk. "Bisa. Ibuku juga bisa."
"Kenapa siswa ajar di sini banyak yang gifted sih?" tanyaku retorik.
"Oh ya, Miss? Emang banyak ya siswa ajar sini yang bisa liat?" Nisa justru tertarik.
"Banyak. Ada lah beberapa orang. Mereka bilang LPBIK rame terutama di kebun belakangnya," sahut Miss Neina.
"Oh, iya." Nisa mengangguk. "Di belakang emang rame. Ada macem-macem jenisnya." Nisa terkekeh sementara aku dan Miss Neina melongo.
Bisa-bisanya ada orang membicarakan makhluk gaib sambil tertawa seolah yang dibicarakan adalah makhluk biasa yang bisa dighibahi. Bagaimana kalau seandainya salah satu dari makhluk-makhluk itu tidak terima digosipi oleh manusia lalu dia masuk ke tubuh salah satu di antara aku atau Miss Neina dan salah satu dari kami jadi kerasukan. Itu, kan, nggak lucu lagi jadinya tapi horor.
"Ada apaan aja emang, Nis?" tanyaku sok berani sambil mengetes kebenaran orang-orang tentang penghuni gaib di kebun belakang LPBIK.
"Pocong ada, kuntilanak ada, terus apa lagi ya? Oh, cewek yang lehernya hampir putus gitu tapi dia mampir kadang-kadang doang sih. Nggak selalu ada di sini. Mungkin dia bosen di tempat asalnya jadinya bikin ghost tour," jelas Nisa yang membuatku dan Miss Neina ngakak.
"Anjay, ghost tour!" seru kami kompak.
"Eh, tadi kamu bilang ibu kamu juga bisa liat, kan? Itu gimana?" tanya Miss Neina yang juga penasaran.
"Oh iya, ibu emang bisa liat, Miss. Aku, kan, bisa liat juga karena keturunan dari ibu. Jadi nenekku tuh dulu punya keistimewaan ini terus diturunin ke ibuku. Nah, dari ibu diturunin ke aku."
"Sekeluarga yang bisa liat cuma kamu sama ibumu aja? Bapak nggak bisa?" tanyaku pula.
Nisa menggeleng. "Bapak nggak bisa, Miss. Tapi bapak emang bukan tipe penakut sih jadi pas nikah sama ibu ya malah jadi kayak ikutan Mr. Tukul Jalan-Jalan gitu. Seru katanya diceritain makhluk-makhluk gaib."
KAMU SEDANG MEMBACA
The Course (TAMAT)
General FictionSebelas bulan selepas pengunduran dirinya dari PT. Bank Nusantara, Samira akhirnya diterima bekerja di sebuah lembaga kursus sebagai tenaga pengajar bahasa Inggris. Pengalaman horor dengan makhluk penghuni tempat kursus hingga pengalaman "horor" den...