7 - How Do I Call This Feeling?

1.1K 147 5
                                    

Beberapa bulan setelah aku masuk sebagai staf LPBIK ternyata LPBIK membuka rekrutmen lagi untuk staf komputer. Selama ini divisi komputer memang tidak memiliki staf. Tenaga pengajarnya hanya freelancer yang datang ke kantor LPBIK jika ada jam mengajar saja. Parahnya, semua freelancer di divisi komputer itu mengundurkan diri sehingga LPBIK kehilangan pengajar komputer. Lagipula, menurut Titi, merekrut banyak freelancer tidak praktis mengingat freelancer tidak selalu available di jam mengajar yang diinginkan customer sehingga kadang Titi harus pontang-panting mencari freelancer lain. Sayangnya, tidak banyak orang yang benar-benar bisa menguasai berbagai program komputer. Kebanyakan hanya sekadar bisa Microsoft Office yang memang menjadi dasar pengetahuan komputer saat melamar kerja. Namun, akhirnya Titi menemukan satu orang yang benar-benar sesuai kriterianya mengisi posisi staf komputer (iya, bahkan untuk urusan rekrutmen pun Bu Yuni sebagai manajer lepas tangan dan malah menyerahkan semuanya pada Titi yang didaulat sebagai pegawai-urusan-apa-saja).

"Perkenalkan. Nama saya Ganjar. Saya adalah staf divisi komputer yang baru ..."

"Dan yang pertama dan satu-satunya, Mister," sahut Titi melengkapi kalimat Ganjar yang dipotong tadi membuatku, Miss Rina, dan Bu Yuni cekikikan.

"O-oh, i-iya ya?" Ganjar menanggapinya dengan canggung. Pria itu terlihat kikuk sekali. Entah karena dia tidak terbiasa berada di hadapan orang banyak atau karena memang itu adalah pembawaannya atau dia mungkin bingung kami sedang menertawakan apa.

"Iya, soalnya baru kali ini LPBIK mengangkat staf buat divisi komputer. Sebelumnya nggak pernah ada. Divisi komputer isinya freelancer doang," terang Titi yang disambut anggukan oleh Ganjar.

Setelah sesi perkenalan dan basa-basi yang dibalut candaan yang berjalan dengan sangat singkat itu selesai, kami memulai briefing seperti biasa. Lima belas kemudian, sesi briefing pun selesai dan kami kembali ke habitat kami masing-masing. Aku segera ngeloyor ke ruang staf untuk mengambil buku ajar dan marker karena aku ada kelas setelah ini lalu aku segera ke lab komputer untuk mencari materi lain yang bisa kugunakan sebagai bahan penunjang ketika mengajar. Titi mengajak Ganjar ke lab komputer untuk menunjukkan "ruang kerja"-nya setelah resmi didapuk jadi staf komputer. Titi juga memberi beberapa petunjuk lain pada Ganjar tentang sistem kerja di LPBIK, siswa-siswa yang harus diajar Ganjar, presensi siswa, buku ajar yang dipakai, dan berbagai hal lain.

Entah kenapa sejak bergabungnya Ganjar di LPBIK, aku jadi sering mencari alasan untuk masuk ke lab komputer padahal biasanya aku betah sekali nongkrong di dalam ruang staf sambil mendengarkan MP3 dari ponselku kalau sedang tidak mengajar (tentunya dengan volume yang tidak terlalu keras agar tidak mengganggu kenyamanan para guru dan siswa yang sedang belajar). Sejak melihatnya pertama kali, aku merasa ada sesuatu yang berbeda dengan Ganjar. Dia cenderung pendiam dan pemalu. Dia tidak suka banyak omong dan tidak terlalu suka mengobrol di ruang resepsionis meski tidak ada jam mengajar (tidak sepertiku yang betah berlama-lama mengobrol dengan Miss Rina di ruang resepsionis jika jam mengajarku sedang kosong). Dia lebih suka mengetem di dalam lab komputer sambil mengerjakan entah apa. Menurutku, sosok Ganjar ini misterius. Dia adalah pria yang membuatku penasaran. Tidak biasanya aku sepenasaran ini dengan seorang lelaki. Sampai akhirnya aku (yang memang terkadang suka iseng ini) punya rencana iseng. Aku membeli sebungkus camilan crepe coklat di minimarket yang terletak di sebelah kantor LPBIK lalu aku menuju ke lab komputer. Kebetulan hanya ada Ganjar di sana.

"Hai, Mister!" sapaku yang dibalas 'hai' juga oleh Ganjar. "Ada cemilan nih. Mau nggak?" tawarku sembari melangkahkan kaki ke dalam lab komputer, mengabaikan peringatan di depan dinding lab yang bertuliskan DILARANG MAKAN DI DALAM LAB.

Itu, kan, notice buat murid. Kalo guru mah bebas, begitu menurut pikiran licikku.

"Ng-nggak usah, Miss. Makasih," tolaknya halus.

The Course (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang