Kita kedatengan manajer (?) baru! Begitu bunyi pesan yang ditulis di grup staf LPBIK (Tapi anggotanya minus Bu Yuni dan Bang Husni alias hanya ada aku, Titi, dan Miss Rina. Bang Husni memang tidak punya smartphone makanya tidak bisa bergabung di grup WhatsApp. Kalau Bu Yuni ... Yah, siapa sih yang mau dia nimbrung di grup?).
Belum terpikir kalimat apa yang akan kutulis untuk membalas pesan itu, di bagian bar nama grup (nama grupnya Trio Cuan-tik LPBIK, omong-omong, dan yang membuat nama grupnya adalah Titi karena dia merasa kamilah yang selama ini mencari cuan alias duit dengan segala daya upaya karena sang manajer hanya duduk manis bagai tuan putri) ada tulisan 'Miss Rina is typing' jadi kutunggu saja sampai pesan dari Miss Rina datang lagi.
Manajernya ganteng, Gaes! Benar saja, beberapa detik kemudian pesan dari Miss Rina masuk.
"Ganteng? Berarti cowok?" lirihku sambil mengernyit.
Aku lalu bergegas berangkat ke kantor LPBIK yang bisa ditempuh dalam 15 menit dengan naik motor. Iya, ini masih pukul 12.45 sebenarnya makanya aku belum sampai di kantor. Entah Miss Rina kesambet angin apa sehingga dia berangkat lebih awal.
Begitu sampai di kantor, aku merasakan atmosfer yang berbeda di ruang resepsionis. Ada Bu Yuni dan seorang pria yang sepertinya manajer baru yang dimaksud Miss Rina di WhatsApp. Tampaknya Bu Yuni dan manajer baru itu sedang bersitegang entah karena apa.
"Tapi saya nggak diberitahu soal ini lho, Pak." Kudengar suara Bu Yuni meninggi ketika aku masuk ke ruang staf untuk meletakkan tasku.
"Tapi saya sudah diberi SK untuk bertugas di sini, Bu. Bu Yuni bisa tanyakan langsung sama Pak Zain sebagai supervisor operasional LPBIK," tegas manajer baru yang belum kutahu namanya itu.
Aku berdiri di depan ruang staf (yang bersebelahan dengan ruang resepsionis) untuk menguping pembicaraan mereka berdua yang makin sengit. Aku menyembunyikan diri di belakang dinding penyekat antara ruang staf dan ruang resepsionis. Aku terlonjak kaget ketika merasakan pundakku ditepuk dari belakang.
"Astaga. Kirain siapa," kataku ketika melihat Miss Rina dengan cengirannya. Matanya yang memang sipit itu tampak sebagai dua buah garis ketika dia nyengir. Kacamata minus berbingkai tebal yang dipakainya membuat mata Miss Rina makin tak terlihat.
"Lagi nguping ya?" ledeknya.
Aku meletakkan telunjuk di atas bibirku. "Lagi seru ini, Miss, jangan diganggu."
Miss Rina bergabung bersamaku dan ikut menguping.
"Kamu tau nama manajer baru itu, Miss?" tanyaku dengan suara lirih nyaris berbisik karena takut ketahuan sedang menguping.
"Iya, namanya kalo nggak salah mengingatkan aku sama hewan purba, Miss. Siapa ya? Denny, Dion, D— pokoknya namanya ada D D-nya gitu deh," jawab Miss Rina, juga sambil berbisik, sambil membetulkan letak kacamatanya yang melorot. Hidungnya memang tidak mancung mancung amat sehingga kacamatanya sering melorot.
"Hewan purba?" tanyaku bingung. Miss Rina mengangguk tapi dia tetap tidak menyebutkan nama si manajer baru karena masih gagal mengingatnya. "Eh, berarti nanti Bu Yuni bakal dipindahin gitu terus diganti sama manajer baru yang ini?" tanyaku pada Miss Rina.
Miss Rina mengedikkan bahu. "Nggak tau, Miss. Aku juga bingung. Bu Yuni kayak nggak tau gitu kalo ada perpindahan jabatan. Pas si manajer baru ini dateng Bu Yuni kayak nggak terima gitu kalau dia tergeser."
Aku mengerutkan kening. "Kok aneh ya? Harusnya kalau ada mutasi, kan, udah ada kabar-kabarnya ya? Apa karena Bu Yuni orangnya cuek banget sampe kabar di grup manajer dia nggak tau? Eh, apa malah dia nggak ikut gabung grup manajer?"
KAMU SEDANG MEMBACA
The Course (TAMAT)
General FictionSebelas bulan selepas pengunduran dirinya dari PT. Bank Nusantara, Samira akhirnya diterima bekerja di sebuah lembaga kursus sebagai tenaga pengajar bahasa Inggris. Pengalaman horor dengan makhluk penghuni tempat kursus hingga pengalaman "horor" den...