Seorang pemuda yang kutaksir umurnya mungkin baru di awal 20-an datang ke kantor LPBIK.
"Halo. Saya Sam. Ada yang bisa dibantu, Mas?" sapaku.
"Ah, iya, Mbak. Saya mau tanya nih," katanya seraya duduk di depanku, dipisahkan oleh meja kayu panjang, "di sini ada kursus TOEFL nggak ya?"
"Ada, Mas. Namanya TOEFL Preparation. Kalau boleh tahu Masnya mau TOEFL untuk apa? Lanjut studi ya?"
"Oh, iya betul, Mbak. Saya baru lulus S-1 dua bulan lalu terus saya ada rencana lanjut S-2 cuma ternyata kok ada persyaratan tes TOEFL dulu. Sekarang kok syaratnya begitu ya, Mbak?"
Lah, situ dulu kemana aja sampe nggak tau syarat S-2 ada TOEFL-nya?
Tapi aku pura-pura tidak tahu.
"Oh, kalau itu saya kurang tahu sih, Mas, persyaratan itu persyaratan lama atau baru tapi beberapa orang yang datang kemari menanyakan soal TOEFL memang rata-rata tujuannya untuk lanjut studi," terangku meski agak heran dengan pernyataan pemuda itu sebab setahuku syarat kelulusan S-1 pun pasti ada nilai TOEFL. Oh, mungkin saja dia lulusan universitas milik bapaknya sendiri sehingga lain daripada yang lain.
"Oh, gitu ya, Mbak." Pemuda itu mengangguk-anggukkan kepalanya.
"Emangnya kemarin waktu lulus nggak ada syarat TOEFL, Mas?" selidikku.
"Seingat saya nggak ada deh, Mbak."
Apa jangan-jangan dia pake joki TOEFL kayak temenku di jurusan Sastra Indonesia dulu yang memintaku jadi joki TOEFL-nya makanya malu ngaku kalau ada tes TOEFL, batinku curiga.
"Oh, mungkin tiap fakultas dan jurusan beda-beda sih ya, Mas. Dulu waktu saya lulus tahun 2011 ada nilai TOEFL sebagai syarat kelulusan," ujarku mencoba diplomatis.
"Oh, iya bisa jadi, Mbak. Emang dulu Mbaknya jurusan apa?"
"Sastra Inggris."
"Oh, ya pantes dong, Mbak."
Dia terkekeh. Aku tidak karena memang tidak ada yang lucu menurutku. Dia jadi salah tingkah lalu akhirnya melanjutkan bertanya. "Ah, omong-omong biaya kursus TOEFL berapa ya, Mbak?"
Aku menunjukkan harga kursus di brosur LPBIK yang biasa dipajang di atas meja.
"Wah, mahal juga ya," gumamnya.
"Oh, iya, Mas. Tapi sepadan kok sama hasilnya karena TOEFL Preparation ini sudah termasuk sama TOEFL test. TOEFL test-nya bahkan dilakukan sampai tiga kali lho." Aku mencoba promosi.
"Oh ya? Kok banyak banget, Mbak?"
"Iya, Mas. Jadi sebelum kelas dimulai siswa ajar akan dites dulu di awal. Itu namanya pre test gunanya untuk mengetahui di mana letak kelebihan dan kekurangan siswa ajarnya."
"Biar apa gitu, Mbak, kok dites dulu. Yang belajar, kan, ikut kelas ini karena nggak tahu. Kalau orang nggak tahu sama sekali gimana cara ngerjain tesnya?" cerocosnya dengan menggebu.
Aku tersenyum. "Nah, fungsinya pre test memang untuk mengukur kemampuan siswa ajar, Mas. Kelebihannya di mana, kekurangannya di mana. TOEFL test sendiri, kan, ada tiga aspek yang diujikan yaitu listening, structure alias grammar, dan reading. Nah, dengan adanya pre test pengajar jadi tahu kekurangan dan kelebihan siswa ajar di mana. Misalnya kok siswa ajar A lemahnya di structure berarti porsi belajarnya lebih banyak di aspek itu sedangkan aspek lainnya bisa diberikan sebagai tambahan," jelasku.
Si pemuda itu manggut-manggut.
"Setelah pre test nanti akan ada progress test di pertengahan pertemuan, Mas—"
KAMU SEDANG MEMBACA
The Course (TAMAT)
General FictionSebelas bulan selepas pengunduran dirinya dari PT. Bank Nusantara, Samira akhirnya diterima bekerja di sebuah lembaga kursus sebagai tenaga pengajar bahasa Inggris. Pengalaman horor dengan makhluk penghuni tempat kursus hingga pengalaman "horor" den...