Hallo sobat CHIKAL. Selamat malam Kamis semua. Masih tetap setia sama cerita Aldebara dan Rachika kan? Kalo masih ttp ikutin terus yahhh.
Happy Reading friends🥰🥰
***
Aldebara memasuki rumahnya yang begitu megah dengan santai. Hari sudah menunjukan pukul sepuluh malam. Ia baru saja tiba dengan tubuh yang masih menggunakan seragam putih abu-abu.
Saat hendak melewati ruang tamu, seseorang berdiri di depan Al dengan gagah namun sudah sedikit berumur. Gergino melihat jam di tangannya lalu beralih melihat Al dari bawah hingga ke atas.
Gergino hanya dapat menggeleng. Melihat penampilan Aldebara yang begitu berantakan. Di wajahnya juga ada sedikit luka. Perlahan ia membenarkan kerah baju Al hingga terlipat sempurna di leher milik putra semata wayangnya itu.
"Dari mana?" Tanya suara serak Gergio yang terdengar tegas di telinga Aldebara.
"Main" jawab Al seadanya. Setelah mengantar Chika pulang, ia bergegas ke rumah Azam dan berkumpul disana bersama Fadil. Kebetulan malam ini Aldebara sangat malas untuk ikut balapan seperti malam-malam biasanya.
"Sampai kapan kamu terus begini? Kapan kamu dewasa? Kamu lupa kalo masih sekolah. Atau perlu saya kasih tau kalau tugas seorang anak adalah belajar" ujar Gergio dengan raut wajah masam.
Aldebara berusaha menahan emosinya. Ia memejamkan matanya agar tak terjadi keributan antara dirinya dan ayahnya.
"Kalo saya lupa tugas saya sebagai seorang anak. Terus bagaimana dengan tugas anda sebagai seorang ayah?" Tanya Al. Ia menatap tajam mata Gergio tanpa ada rasa takut.
Gergio masih berusaha tenang. Ia mengangguk "kurang? Kamu saya kasih makan, uang, sekolah, semua fasilitas dari motor, mobil sampai rumah sebesar ini, kurang!!!
Aldebara tertawa sinis "Sepertinya anda salah. Tugas seorang ayah bukan hanya itu. Yang paling saya butuhkan cuma perhatian seorang Ayah"
"Kurang perhatian apa saya sama kamu, Aldebara?"
"Banyak!!" Sanggah Al cepat. Suaranya sudah mulai meninggi menggema di seluruh penjuru rumah yang megah itu.
Gergio diam membisu. Ia bungkam. "Coba anda ingat. Kapan terakhir kali kita makan bersama? Kapan terakhir kali anda menanyakan tentang saya?" Ujar Aldebara. Ia memendam segala kerinduan yang menjalar di tubuhnya. Meninggikan ego dengan berjalan melewati Gergio menuju ke kamarnya. Sejujurnya ia sangat ingin memeluk lelaki hebatnya itu dengan erat. Namun Aldebara sudah terlalu kaku untuk melakukan itu. Saat sudah berada di lantai atas, ia menoleh ke bawah. Melihat Gergio yang masih berdiri mematung di tempatnya tadi.
Al kangen Ayah
****
"Fadillllllll!!!!! Azammmm!!!! Aldebara!!!!" Teriak bu ipeh menggema di koridor sekolah.
"Mati kita" ujar Fadil. Mereka yang sedang berjalan santai sambil mengendap-endap menuju kelas akhirnya berhenti dan menoleh kebelakang secara bersamaan.
Azam dan Fadil menyerengit saat melihat wajah garang bu Ipeh. Berbeda dengan Aldebara yang masih tetap tenang dan santai. "Good morning Ibuuuu" sapa Azam ramah.
"Aduuuh Bu ipeh. Pagi-pagi pake jilbab warna kuning pantesan langit mendung Bu. Orang matahari nya disini" gombal Fadil dengan senyum terbaiknya.
Bu Ipeh yang sudah berdiri sempurna di depan mereka dengan tangan di pinggang hanya mengangguk-agunkan kepalanya "Pagiii kamu bilang Zam? Liatttttt ini udah jam 9. Seenaknya kalian sekolah"
KAMU SEDANG MEMBACA
CHIKAL [COMPLETED]
Teen Fiction[FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA!!] [PLAGIAT DILARANG MENDEKAT] Mengapa saat dewasa kita menggunakan pulpen sebagai pengganti pensil? Karena agar kita mengerti, betapa sulitnya menghapus sebuah kesalahan. Walau telah berhasil di hapus, tetap saja akan m...