Pikiran Aldebara benar-benar kacau sekarang. Ia tak ingin di ganggu oleh siapapun dulu untuk malam ini. Dengan kecepatan tinggi, Al mengendarai motornya menyusuri kota dengan ugal-ugalan hingga membuat beberapa orang mengumpat kesal. Sudah berapa kali kah hatinya di patahkan oleh orang yang di anggapnya akan menemaninya selamanya.
Mata Aldebara menyipit kala melihat ada banyak orang berkerumun di tepi jalan raya. Karena penasaran Aldebara pun menghentikan motornya untuk mengecek ada apa di sana.
"Ini ada apa pak?" Tanya Al pada salah satu bapak-bapak yang berdiri di dekat sana.
"Ada tabrak lari dek. Anak kecil yang suka ngamen disini. Katanya sih meninggal di tempat"
Deg.
Entah kenapa pikiran Aldebara langsung mengarah ke Nano. Ini kan daerah di dekat rumahnya. Tempat ini juga sering di pakainya untuk mengamen. Tanpa berpikir lebih banyak lagi, Al menembus kerumunan itu. Ia mendekat ke arah anak kecil yang tergeletak di aspal jalan itu.
Mata Aldebara membulat kala ia membalikan anak yang sudah berlumur darah itu tanpa rasa jijik. Ia menggeleng tak percaya. Ternyata itu benar-benar Nano, orang yang sudah di anggapnya seperti adiknya sendiri.
"Nano!!! Nano bangun. Gak-gak kamu kuat. Hei Nano" ujar Aldebara yang terus menepuk pipi Nano.
"Cepat kita bawa dia ke rumah sakit. Siapin mobil cepat!!!!" Teriak Al pada orang-orang yang berkerumun.
"Mohon maaf dek, rasanya percuma karena dia sudah meninggal. Kami sudah menelepon ambulan lebih baik kita tunggu saja"
Aldebara menggeleng tak percaya. Ia sudah menganggap Nano seperti adiknya sendiri. Dulu Al sudah sering menawari Nano untuk ikut bersamanya namun anak itu menolak dengan alasan ingin menjaga ibunya. Tangan Aldebara mengepal dengan sempurna hingga urat-urat tangannya terlihat.
Ia bangkit dan mendekat ke arah bapak tadi "Pak apa bapak lihat kejadiannya?"
Bapak itu mengangguk "Iya saya Liat dek. Tadi anak ini mau nyebrang. Tiba-tiba saja ada dua motor yang kebut-kebutan seperti sedang balapan gitu, dan salah satu dari mereka menabrak anak ini. Kejadiannya begitu cepat, anak ini terpelanting ke pinggir jalan terus motor yang menabraknya berhasil kabur"
Alis tebal milik Aldebara menyatu "Apa bapak tau ciri-ciri orang yang menabraknya?"
Bapak itu nampak berpikir "Sepenglihatan saya, dia pakai motor ninja warna merah. Terus pakek helm warna hitam..." bapak itu seolah mengingat lagi "Oh iya di memakai jaket kulit dengan gambar burung elang di belakangnya"
"Apa?? Burung elang pak?"
Bapak tua itu hanya mengangguk sebabagi jawaban. Tak salah lagi. Al mengenal pelakunya, ia tahu betul siapa pemilik jaket lambang burung elang yang suka membuat onar di jalanan.
******
Aldebara mengelus tanah tempat dimana Nano di makamkan. Kemarin saat mengetahui, Nano meninggal ibunya sangat terkejut dan akhirnya ikut menyusul Nano karena ia punya penyakit jantung. Tatapan Aldebara lurus memegang nisan yang bertuliskan nama Nano.
Sudah kurang lebih tiga tahun ini ia bisa berkeluh kesah bersama Nano yang sudah di anggapnya sebagai adiknya sendiri. Al juga dapat banyak pelajaran hidup dari Nano seorang anak jalanan yang tidak pernah mengeluh sedikitpun selama hidupnya.
Tanpa Al sadari, ternyata Chika berdiri di belakangnya dari tadi. Ia mendengar kabar bahwa Nano meninggal dari Manda tadi. Dengan nekat Chika kabur dari sekolah dan berdiri di sini sekarang. Di belakang Aldebara dengan tubuh yang masih mengenakan seragam sekolahnya. Ia berjongkok dengan perlahan di sebelah Al hingga membuat cowok itu menoleh dengan raut wajah terkejut.
KAMU SEDANG MEMBACA
CHIKAL [COMPLETED]
Fiksi Remaja[FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA!!] [PLAGIAT DILARANG MENDEKAT] Mengapa saat dewasa kita menggunakan pulpen sebagai pengganti pensil? Karena agar kita mengerti, betapa sulitnya menghapus sebuah kesalahan. Walau telah berhasil di hapus, tetap saja akan m...