Chika berjalan sempoyongan memasuki rumahnya. Ia baru saja tiba di rumah setelah di antar pulang oleh Aldebara. Chika memejamkan matanya, kenapa kepalanya sakit sekali. Dulu Chika suka merasakan sakit seperti ini waktu SMP, dan kenapa sekarang malah jadi kumat lagi.
"Kak Chika" panggil Anita saat Chika berjalan sempoyongan dan hampir jatuh. Anita menahan tubuh Chika dengan perasaan khawatir.
"Kakak kenapa? Pusing?" Tanya Anita.
Chika mengangguk, ia benar-benar merasa sakit di kepalanya. Tubuhnya pun merasa lemas dan pandangan Chika mengabur.
"Kita ke rumah sakit sekarang"
"Gak Bun gak usah. Chika cuma pusing biasa, nanti juga sembuh" tolak Chika pelan.
"Kak, dari dulu kakak selalu nolak diajak ke dokter. Gimana kalo kakak kenapa-napa. Bunda khawatir kak. Kita telpon Ayah yah"
Chika merebut ponsel di tangan Anita "Enggak bun. Kakak cuma pusing biasa. Mending bunda tolong ambilin obat pusing buat kakak" pinta Chika. Anita akhirnya mengalah, ia mengangguk kemudian membantu Chika untuk duduk di sofa ruang tamu lalu ke dapur untuk mengambil obat dan air kompresan untuk Chika.
****
"Pagi temen" sapa Haikal ramah.
"Apasih sok sksd banget"
"Lo udah makan? Makan dulu yuk kantin. Gue traktir" ajak Haikal terus mengajak Chika berbicara.
Chika mengeratkan memegang tali tasnya "Gak perlu gue udah makan"
"Yah makan lagi biar makin Chubyy" kekeh Haikal.
Chika mengangkat bahunya acuh. Ia mempercepat langkahnya meninju kelas. Ia sangat takut jika Aldebara melihat dirinya masih dekat-dekat dengan Haikal. Chika juga sudah berjanji akan mengikuti ucapan Aldebara.
"Tunggu dulu buru-buru banget sih" ujar Haikal seraya mencekal tangan Chika dengan erat. Chika berusaha melepaskan tangannya dari cekalan Haikal.
"Lepasin gak?"
"Ada syaratnya"
"Ih apaansih. Lepasin atau gue teriak nih sekarang"
"Santai syaratnya mudah kok. Gue mau minta nomer hp lo doang"
"Buat apa?"
"Buat pedekate" jawab Haikal dengan menaik turunkan kedua alisnya. Ia mengeluarkan ponselnya lalu memberikannya kepada Chika.
"Nih, tulis nomer handphone lo atau nomer wa sabi juga"
"Gue gak mau"
"Harus mau dong, gue maksa"
Brakkkk
Ponsel milik Haikal yang berada di tangannya melayang dengan cepat dan mendarat sempurna di lantai hingga membuatnya pecah. Mereka berdua sama-sama terkejut saat ada orang dengan sengaja mendorong ponsel itu dengan sengaja.
"Aldebara!!" Guman Haikal dengan emosi yang memuncak.
"Al?"
Dengan raut wajah datar, Al melepas kasar tangan Haikal dari tangan Chika. Sekarang dirinya lah yang menggenggam tangan Chika dengan erat dan menarikannya untuk berdiri di sampingnya.
"MAKSUD LO APA HAH?"
"Maksud gue? Cuma ngehancurin apapun yang bakal ngerebut Chika dari gue" jawab Al masih santai. Ia memasukan sebelah tangannya ke saku celana.
"BANGSAT!!! HP GUE RUSAKKK!!"
Al mengeluarkan dompet dari sakunya. Ia mengeluarkan beberapa lembar uang merah tanpa menghitungnya terlebih dahulu. Lalu dengan sengaja Al melempar uang itu tepat di depan wajah Haikal hingga berterbangan ke udara.

KAMU SEDANG MEMBACA
CHIKAL [COMPLETED]
Teen Fiction[FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA!!] [PLAGIAT DILARANG MENDEKAT] Mengapa saat dewasa kita menggunakan pulpen sebagai pengganti pensil? Karena agar kita mengerti, betapa sulitnya menghapus sebuah kesalahan. Walau telah berhasil di hapus, tetap saja akan m...