"Woi bengong aja lo, kenapa lagi nih" kejut Manda.
"Husss ngagetin aja"
"Lagian lo mikirin apasih?"
"Olive"
Manda memutar bola matanya "Aduhh Chika, Chika. Masalah hidup lo aja banyak pakek mikir masalah idup orang lagi"
"Man, lo gak gak boleh gitu. Coba kalo lo yang di posisi Olive, terus gak ada yang peduli. Gimana?"
"Iyaaa dehh. Emang apa yang lo pikirin?"
"Gue mikir, gimana caranya bikin si Johan tanggung jawab ke Olive"
"Terus udah tau?"
Chika menggeleng lesu "Belom. Tadi gue coba minta bantuan Haikal. Tapi dia nolak, katanya dia enek liat muka Johan"
"Kenapa gak ke Aldebara aja?"
"Gak gak jangan. Al itu harus fokus ke Olimpiade matematikanya. Pikiran dia gak boleh ke lain dulu deh pokoknya"
"Apa!! Al jadi ikut Olimpiade itu? Kesambet apa dia?"
Chika menghembuskan napasnya "Kesambet Jin" jawab Chika ketus.
"Oh gue tau. Ini pasti gara-gara elo kan. Al mau berubah karena elo yang suruh" goda Manda seraya menyenggol bahu Chika.
"Enak aja. Al mau berubah karena kemauan dia sendiri. Gue cuma bantu dan ngingetin aja"
"Alah udah deh ngaku aja"
"Man, kita tuh bahas Olive. Kenapa malah nyambung ke Al sih?"
Amanda duduk di sebelah Chika "Oke-oke terus gimana?"
"Ya gak tau. Kasih saran kek. Ikut mikir juga kek" cibir Chika.
Manda menaikan matanya ke atas seolah memikirkan sesuatu "Menurut gue, cuma Haikal yang bisa bantu. Kan meraka kaya satu pergaulan gitu"
"Emm gimana kalo kita suruh Haikal aja yang tanggung jawab"
Pletak.
Amanda mengetuk jidat Chika dengan pulpen hingga membuat Chika meringis "Lo apa-apaansih sakit tau"
"Lo yang apa-apaan. Si Johan yang jelas-jelas bapak kandungnya aja gak mau tanggung jawab. Lah lo atas dasar apa nyuruh Haikal untuk tanggung jawab?"
"Ya- ya kali aja Haikal masih sayang sama Olive"
"Stres ya lo lama-lama Chik. Mana masih muda" ujar Manda dengan geleng-geleng kepala. Bisa-bisanya ia memikirkan hal yang di luar nalar seperti itu.
****
Aldebara mengendarai motornya dengan pelan. Karena cuaca malam ini sangat dingin. Ditambah ia sedang membonceng Chika di belakangnya. Walau sudah memakai jaket pun tetap saja ia dapat merasakan angin malam. Apalagi Chika, Al beberapa kali menoleh ke kaca spion untuk mengecek keadaan gadis itu. Namun sepertinya dari tadi ia hanya sibuk dengan pikirannya. Biasanya dia akan banyak bicara, namun saat ini ia hanya diam membisu.
"Mau makan dulu?" Tanya Al di balik helmnya.
"Chik?"
"Chika!!" Panggil Al seraya mengerem motornya secara mendadak hingga membuat Chika tersadar dan sedikit maju ke depan.
"Eh iya kenapa?"
"Ada masalah?"
"Eh enggak kok" bohong Chika. "Kenapa berenti?"
"Mau makan dulu?"
"Bukannya kamu ada janji balapan?"
"Kamu Gakpapa?"
KAMU SEDANG MEMBACA
CHIKAL [COMPLETED]
Novela Juvenil[FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA!!] [PLAGIAT DILARANG MENDEKAT] Mengapa saat dewasa kita menggunakan pulpen sebagai pengganti pensil? Karena agar kita mengerti, betapa sulitnya menghapus sebuah kesalahan. Walau telah berhasil di hapus, tetap saja akan m...