"Jadi bagaimana kalian udah Mengerti dengan apa yang ibu jelasin?"
"Lah dari tadi ibu jelasin? Kita kira ngedongeng" celetuk Fadil.
"Udah kelar yah? Ibu dari ngapain? Kok gak ada yang masuk ke otak saya. Kaya masuk telinga kanan terus keluar telinga kiri" Sahut Azam ikut memanasi hingga membuat wajah Bu Ipeh memerah di depan menahan Amarah. Seisi kelas hanya menahan tawa mendengarnya.
"AZAM!!! FADILLLL!!!! KALIAN BENER-BENER KETERLALUAN YAH!" Teriak Bu Ipeh menggema dari tempatnya berdiri.
"Canda Ibu, hidup tuh jangan terlalu serius nanti stres. Banyakin senyum bu biar awet muda" ujar Fadil dengan jari peacenya.
"Lo apa-apaan, gini aja Bu Ipeh udah cantik banget apalagi kalo senyum" goda Azam dengan senyum lebar.
"Kaya janda komplek depan rumah lo yah"
"Yoiiii- Hahahaha" tawa Azam geli membayangkan janda di depan rumahnya.
Dapat di lihat Bu Ipeh berusaha meredam emosinya. Menurutnya ia hanya akan membuang waktu meladeni dua Makhluk astral di hadapannya itu. Lebih baik ia menyimpan tenaganya dengan mengelus dadanya naik turun.
"Berisik lo pada, gue lagi nyatet" tegur Al tiba-tiba. Ia mengucapkan itu tanpa menoleh ke arah Azam dan Fadil. Dengan fokus Al mencatat materi yang terdapat di papan tulis.
"Wesss kalem man" ujar Azam menepuk bahu Al yang duduk di sebelahnya. Walau terkenal sebagai murid bangor, mereka bertiga malah mengambil posisi duduk di depan di barisan kedua dan ketiga. Bukan apa, karena tempat itulah yang berada di dekat kipas.
"Aldebara? Kamu sehat?" Tanya Bu Ipeh dengan tingkah Al akhir-akhir ini yang semakin aneh.
"Sehat lah Bu, kalo sakit saya di rumah" jawab Al datar.
Bu Ipeh mendekat ke arah Aldebara duduk. Ia menatap aneh buku yang tengah di catat oleh Aldebara. Ia mengambilnya dan memeriksanya dengan serius. Dan mata Bu Ipeh melotot dalam sekejap saat melihat buku itu sangat rapi dengan angka-angka dan rumus-rumus.
Bu Ipeh menggeleng tak percaya lalu melirik Aldebara yang kebetulan menatapnya juga "Kayaknya pelet Ibu berhasil" guman Bu Ipeh.
"Ibu guna-guna saya?"
"Iya sepaket sama Azam dan Fadil. Tapi kok aneh, manjurnya cuma sama kamu doang. Kok gak manjur sama Azam dan Fadil"
"Wahhhhh parahhhh Bu Ipeh, pantesan akhir-akhir ini saya gak nafsu makan" ujar Fadil seraya menggeleng.
"Lo gak nafsu makan apa gak punya duittt?" Cibir Azam dengan senyum miring.
Fadil terkekeh "Shittt rahasia negara anjrott"
"Tapi Ibu beneran guna-guna kita?" Tanya Azam serius ke Bu Ipeh.
"Kalian pikir saya mau menghabiskan uang saya hanya sekedar bayar dukun buat guna-guna kalian?" Tanya Bu Ipeh berdecak pinggang.
"Iya lah lebih baik ibu guna-guna pak Sugi, saya tahu tempat dukun yang bagus" celetuk Al sembari menyandarkan tubuhnya ke bangku tempatnya duduk.
"Wahhhh bener tuhh bu, sebelum pak Sugi di rebut nanti sama Bu Sarah penjaga uks"
"Iya Bu kemarin saya liat, pak Sugi ngasih coklat ke Bu Sarah. Awalnya dia nanya saya dulu, gimana biasanya anak muda pacaran. Yah saya saranin pakek coklat sama bunga" ujar Fadil dengan senyum mengembang menggoda bu Ipeh.
Seisi kelas hanya geleng-geleng kepala sembari terkekeh melihat kelakuan mereka bertiga yang sudah tak asing lagi. Si tiga sekawan yang menjunjung tinggi solidaritas saat melakukan kenakalan atau kejahilan di kelas.
KAMU SEDANG MEMBACA
CHIKAL [COMPLETED]
Teen Fiction[FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA!!] [PLAGIAT DILARANG MENDEKAT] Mengapa saat dewasa kita menggunakan pulpen sebagai pengganti pensil? Karena agar kita mengerti, betapa sulitnya menghapus sebuah kesalahan. Walau telah berhasil di hapus, tetap saja akan m...