Azam dan mauren

178 14 2
                                    

"Nanti jika bukan aku yang dipilihkan Tuhan untukmu, bila bukan aku yang diizinkan untuk mendampingimu. Kunjungilah aku sebagai teman baik yang rela terluka hanya untuk kebahagiaanmu di masa depan"
-RACHIKA MAHESWARA-

Chika melamun seraya menompang dagunya dimeja. Hari ini pelanggan sangat sepi, jadi ia tidak terlalu sibuk. Banyak kejadian demi kejadian yang terjadi di hidupnya. Chika merenungi semuanya, mulai dari dirinya jatuh miskin, pindah rumah, pindah sekolah. Bertemu Amanda, bertemu Aldebara hingga menjadi pacarnya. Bertemu Haikal yang dulu jahat kini banyak membantunya. Ternyata hidup memang penuh dengan misteri. Semesta selalu punya kejutan yang tak terduga.

"Lo gak di gaji buat bengong kali"

Chika tersadar dari lamunannya "Lagian gak ada yang beli juga" sahut Chika.

"Lo ada masalah? Banyak drama banget sih hidup lo"

"Bukan urusan lo pak bos" ujar Chika lalu memutar bola matanya malas.

"Kalo lagi sedih boleh kok cerita sama gue, gratis gue nya lagi"

"Lo gak takut apa? Satu sekolah kan buli gue. Bisa aja habis ini gue bakal manfaatin elo"

"Chika-Chika. Lo bisa nipu semua orang tapi gak mempan di gue. Muka lo tuh gak cocok akting. Jadi jangan banyak drama deh. Lagian kalo mau manfaatin gue silahkan aja, tapi gue dulu yang manfaatin lo"

Chika menghembuskan napasnya gusar "Sinting yah emang lo. Tapi lo ngerasain gak sih hidup gue miris banget.."

"Gue gak pernah ngebayangin kalo hidup gue bakal semiris ini. Udah miskin selalu di hina, terus di bilang cewek munafik lagi. Paling parah gue penyakitan. Tuhan gak main-main yang ngasih gue cobaan"

"Yah berati Tuhan percaya kalo lo kuat"

"Gue ini anak perempuan pertama. Harapan keluarga, ada mimpi yang di titipkan orang tua gue di bahu gue. Tapi- gue gak tau apa gue bisa sampai ke titik itu"

"Pasti bisa lah. Inget ada hinaan yang harus lo bungkam"

Mata Chika berlinang "Kalo sampe gue meninggal nih yah. Pasti ayah sama bunda sia-sia aja ngurusin gue dari kecil. Karena gue cuma jadi beban mereka"

Haikal menatap mata Chika "Lo ngomong apasih. Main ngomong meninggal-meninggal aja. Lagian yah, gak ada orang tua yang nyesel udah ngerawat anaknya di dunia ini. Itu semua anugerah dari Tuhan"

"Gue capek Kal. Lo gak tahu aja sekuat apa gue nahan sakit di kepala gue. Rasanya pengen nyerah, pengen meninggal aja"

Haikal menghembuskan napasnya panjang. Ia mengeluarkan plastik dari saku jaketnya dan memberikannya kepada Chika "Nih obat lo. Di minum, mati tuh gak enak Chik. Udah syukur masih di kasih kesempatan hidup, malah pengen mati. Iya kalo masuk surga. Kalo masuk neraka gimana?"

Chika mengusap air matanya yang mengalir. Ia meninju lengan Haikal kuat "Lo tuh gak bisa apa seriusan dikit. Suka gak ngotak kalo ngomong"

"Lagian, utang masih banyak aja pakek ngomong meninggal segala"

"Yeeee. Eh btw lo yang tebus obat gue?"

"Iyeeee"

Chika tersenyum lebar "Thanks loh Kal"

CHIKAL [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang