Chika tersentak ke belakang saat ada orang yang menarik tangannya dengan keras "Al, kamu apa-Apaansih. Sakit Al" ringis Chika, namunAl tidak memperdulikannya. Ia menarik Chika yang berada di parkiran hendak pulang hingga ke taman belakang sekolah. Mungkin saat ini tangan gadis itu sudah sangat merah.
Aldebara memejamkan matanya, berusaha tenang. Mungkin ia semua tidak benar. Mungkin ini semua hanya rencana Sasa. Setelah merasa sedikit tenang ia mengangkat ponsel Sasa-
"Gue gak pernah sayang sama Aldebara. Gue mau jadi pacar dia cuma gara-gara dia terkenal di sekolah ini dan bisa ngelindungin gue waktu itu sebagai murid baru. Dan tentunya juga karena dia tajir"
"Bilang sama aku kalo ini gak bener"
Chika memejamkan matanya, ia sudah menebak bahwa Al akan semarah ini pada dirinya. Namun mau tak mau ia harus menghadapinya.
"JAWAB CHIKA!!!! Apapun yang kamu bilang aku bakal percaya. Jadi jelasin semuanya"
"Iya itu bener. Aku emang bener-bener gak suka apalagi sayang sama kamu. Puas?"
Aldebara menggeleng, ia membanting kuat ponsel milik Sasa ke tanah "Chika? Kamu bilang sama aku kalo kamu bohong. Kamu di apain sama Manda? Di ancam atau apa?" Tanya Al seraya memandang mata Chika dan memegang kedua pundaknya.
"Kamu jangan takut. Bilang itu gak bener kan?"
"Harusnya kamu Sadar Al. Dari awal aku gak pernah suka sama kamu, kalo gak cuma karena harta dan kepopuleran kamu. Coba kamu pikir, aku gadis baik-baik anak rumahan, mana mungkin suka sama orang yang suka bikin rusuh di sekolah dan berandalan kaya kamu. Gak punya masa depan"
Mulut Aldebara menganga sempurna. Ia melepaskan tangannya dari bahu Chika kemudian mundur beberapa langkah "JADI LO MAU BILANG SAMA GUE KALAU SELAMA INI LO CUMA MANFAATIN GUE?" Teriak Aldebara kencang.
Chika tersenyum miring "Kenapa baru sadar?"
"Arrrrghhhhhhhh" Aldebara berteriak kencang. Ia memukul pohon besar yang berada di sampingnya berkali-kali untuk meluapkan emosinya.
Ia kembali berjalan mendekati Chika lalu tertawa sinis "Lo matre Chika? Lo cuma mau uang gue? Kenapa gak bilang dari awal? Hah?"
"Yah mungkin dengan jadi pacar lo dan berlindung di belakang lo di saat orang-orang ngehina gue itu jadi lebih seru"
Aldebara menggeleng, ia benar-benar tak percaya bahwa sekarang yang berdiri di depannya adalah Chika yang ia kenal dulu. Al merasa melihat orang lain yang begitu kejam tertawa lafa saat gejolak dadanya yang kesakitan.
"Wawww hebat" Aldebara bertepuk tangan "lo bener-bener berhasil nipu gue dengan tampang polos lo itu. Heh, seakan jadi orang yang paling dukung dan nguatin gue ternyata itu semua cuma drama. Belajar dari mana lo? Bagus banget lo mainin peran. Sampai-sampai bikin gue percaya seratus persen sama lo"
Chika tak menjawab, dengan sekuat tenaga ia menahan air matanya agar tidak tumpah. Ia juga dapat melihat wajah Aldebara yang memerah dengan mata yang berlinang seolah merasakan sakit yang begitu besar.
"Dasar munafik. Baru kali ini gue nemuin orang se-munafik lo. Perlu duit? Nihhh ambil. Tapi jangan pernah lo muncul lagi di hadapan gue" ujar Aldebara seraya menghaburkan uang dari dompetnya ke udara lalu melayang kemana-mana.
KAMU SEDANG MEMBACA
CHIKAL [COMPLETED]
Teen Fiction[FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA!!] [PLAGIAT DILARANG MENDEKAT] Mengapa saat dewasa kita menggunakan pulpen sebagai pengganti pensil? Karena agar kita mengerti, betapa sulitnya menghapus sebuah kesalahan. Walau telah berhasil di hapus, tetap saja akan m...