"Kita ngapain kesini?" Tanya Chika bingung. Mereka sedang berdiri di tengah Mall dengan tubuh masih terbalut seragam sekolah.
"Kasih kamu hukuman" ujar Al santai. Tubuhnya kini terbalut Jaket kulit hitam andalannya itu dengan satu tangan di saku celana dan satunya lagi menggenggam tangan Chika.
"Hukuman gimana? Lo gak mangkin ninggalin gue di tengah-tengah sini kan?"
"Bisa gak mulai sekarang ngomong pakek aku-kamu?"
Chika menyatukan kedua alisnya "Harus banget?"
"Iya kata Azam. Kalo pacaran panggilannya tuh aku-kamu" ujar Aldebara datar hingga membuat tawa Chika pecah. Ternyata Azam dalang dari semua keromantisan Al. Chika tahu bahwa ini sungguh bukan diri Al yang sebenarnya. Dan ia tak habis pikir bahwa Al mau mengikuti apa yang Azam bilang.
Melihat Chika tertawa Al menyerengit. Ia menguatkan genggaman tangannya. "Kenapa ketawa? Ada yang lucu?"
Chika berusaha berhenti tertawa. Ia menggeleng dengan sisa tawanya. Al hanya menarik napas dalam-dalam lalu mernarik tangan Chika agar segera berjalan di sampingnya.
Kini mereka berdiri di depan toko alat kecantikan. Chika menatap sendu tempat ini. Semenjak ayahnya bangkrut ia sudah lama tidak pergi ke tempat semacam ini.
"Kamu boleh beli apapun yang kamu mau disini. Aku yang bayar" titah Al dengan pandangan ke samping menatap Chika yang sedang melamun.
Chika tersadar. Ia menggeleng "Gue udah lama gak pakek alat ginian lagi. Jadi buat apa?"
"Yakin gak mau?"
Chika mengangguk mantap "Kalo natural bisa bikin lo suka sama gue. Kenapa harus pakek make up?" Tanya Chika dengan nada bercanda. Al hanya tersenyum miring mendengarnya. Tapi memang benar, ia suka Rachika apa adanya.
Mereka kembali melangkahkan kaki mengelilingi Mall yang begitu luas. Setelah setengah jam berlalu, mereka berakhir berhenti di toko buku.
Dengan antusias Chika berlari ke Rak tumpukan novel meninggalkan Al bahkan melepas tangannya yang dari tadi di pegang erat oleh Aldebara. Entah kenapa dari dulu ia sangat suka dengan dunia khayalan. Dimana ada cowok perfect yang jatuh cinta kepada gadis biasa. Dan tanpa ia sadari cerita itu kini tengah ia alami.
Al hanya memandangi Chika lalu mendekatinya. Ia sempat melirik beberapa buku hanya untuk melihat. Berbeda dengan Chika yang tengah serius membaca bagian belakang beberapa Novel yang tengah ia pengang.
"Al menurut lo bagus yang ini, apa yang ini, atau yang ini?" Tanya Chika sambil mengangkat satu persatu tiga novel yang ada di pelukannya.
Aldebara mengerutkan keningnya "Kenapa gak di beli semua aja?"
Chika menunjukan ekspresi lesu "Ya mana bisa lah. Uang gue cuma cukup buat beli satu"
Aldebara menghembuskan napas panjang. Kenapa Chika selalu saja terlihat begitu bodoh. Jelas-jelas dia sekarang tengah jalan dengan Aldebara. Cowok yang terkenal paling tajir di Sma Trisakti. Dengan santai Al merebut ketiga novel di pelukan Chika lalu berjalan menuju kasir.
"Al lo mau ngapain?" Tanya Chika bingung. Ia terus bertanya namun Al tidak menjawabnya. Kini mereka sedang mengantri untuk membayar.
Setelah berada di barisan kedua, Chika baru sadar apa yang akan di lakukan Aldebara "Lo mau ngapain. Oh atau jangan-jangan lo yang mau bayar. Gak usah tau, gue bisa beli sendiri" ujar Chika berusaha merebut ketiga novel di tangan Al.
"Enggak biar aku aja" sahut Al menjauhkan novel itu dari jangkauan Chika.
Tanpa mereka sadari. Orang di depan mereka tadi telah selesai membayar. Perempuan yang menjaga kasir hanya tersenyum melihat tingkah dua orang remaja ini yang tengah berebut novel.
KAMU SEDANG MEMBACA
CHIKAL [COMPLETED]
Teen Fiction[FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA!!] [PLAGIAT DILARANG MENDEKAT] Mengapa saat dewasa kita menggunakan pulpen sebagai pengganti pensil? Karena agar kita mengerti, betapa sulitnya menghapus sebuah kesalahan. Walau telah berhasil di hapus, tetap saja akan m...