Perginya sang papa

209 16 0
                                    

Hari sudah menunjukan pukul 00.00 wib. Pesta ulang tahun Aldebara semakin memuncak. Di tambah Al mengundang DJ pribadi malam ini. Namun makanan dan minuman masih terus tersedia karena mereka menyiapkan banyak cadangan. Seluruh teman perusahaan Gergio sudah hilang, kini tinggal murid-murid dari SMA Trisakti.

Mereka semua kompak menggunakan dresscoat hitam putih, karena Al tidak terlalu menyukai warna yang mencolok. Entah kenapa, di keadaan seramai ini ia merasa tak bersemangat. Seperti ada yang kurang. Malam ini ia nampak begitu gagah dengan kemeja putih dilengkapi dengan jas serta celana jeans berwarna hitam dengan lutut yang sedikit robek.

Al hanya duduk di pinggir kolam renang tak berminat bergabung untuk berjoget bersama yang lain. Ia menatap kosong ke arah kolam renang. Yang terdapat bayangan lampu-lampu warna warni.

"Jagoan papa udah makin tua aja nih" ujar Gergio tiba-tiba saja sudah duduk di sebelah Aldebara.

Al tak menjawab, ia hanya diam seperti biasa "liat deh ke atas sana. Pasti mama lagi senyum ngeliat kamu yang makin tua" ujar Gergio lagi. Pandangannya menatap lurus ke arah bintang-bintang di langit malam.

Aldebara mengikuti arah pandang Gergio "Dulu mama kamu pernah pesen sama papa. Jangan pernah tolak apapun yang kamu minta. Tapi papa serasa gak nepatin amanah dari mama kamu, karena sampe sekarang kamu belum pernah minta apapun ke papa"

"Al gak butuh apa-apa" jawab Al dingin.

"Suatu saat kamu bakal bisa ngerti gimana rasanya jadi seorang papa. Gak mudah. Seorang papa selalu pengen menuhin kebutuhan anaknya agar gak ngerasain susahnya hidup tanpa uang. Menyiapkan masa depan yang baik walau di bilang mengatur.."

"Gak ada orang tua yang gak sayang Al dan gak ada juga orang tua yang gak peduli. Yang membedakannya hanya cara mereka mengungkapkan rasa sayang dan peduli itu" ujar Gergio dengan senyum lebar.

"Pesen papa, jangan pernah menyerah. Sebagai seorang laki-laki itu, bahu kita harus sekuat baja, hati kita harus setegar batu karang..."

"Jangan pernah terkejut menghadapi dunia luar yang begitu keras. Pejamkan matamu lalu katakan I am male and I was born to be strong" ujar Gergio lalu menepuk bahu Aldebara.

Untuk pertama kalinya setelah sekian lama, Al melemparkan senyuman kepada Gergio. Baru kali ini ia bisa mendengarkan nasihat dari Gergio setelah sekian lama. Ingin rasanya Aldebara memeluknya, namun ia tak kuasa karena egonya masih terlalu tinggi. Bahkan hanya untuk mengucapkan terima kasih ludahnya terasa begitu kelu.

Gergio bangkit, ia merasa sangat merasa lelah. Karena tadi banyak sekali tamu perusahaan yang datang ke acara ini. Saat hendak berbalik, matanya terkejut kala melihat ada seseorang dengan jubah hitam menyusup mengeluarkan senjata tajam berupa pisau kecil yang hendak di arahkan ke Aldebara.

"ALDEBARA!!! AWAS" teriak Gergio mendorong kasar tubuh Al hingga tercebur ke dalam kolam renang dan malah membuat dirinya yang terkena pisau tersebut.

Semua orang membuka mulutnya lebar, darah segar mengalir dari balik jas yang dikenakan oleh Gergio lalu seketika ia ambruk tergeletak di tanah.

"Aaaaaaaaaaa...." semua berteriak ketakutan.

"PAPA!!!" Teriak Aldebara kaget. Ia segera naik dari kolam renang itu lalu segera menghampiri Gergio dan memangkunya.

"KEJAT PELAKUNYA JANGAN SAMPAI LOLOS!!!!!" Teriak Al kencang. Seluruh satpam yang berada di rumah Gergio mengangguk kemudian berpencar untuk mencari pelakunya tadi.

Aldebara menggelengkan kepalanya tak percaya "Pa!! Papa!! Pa bangun pa!!!" Teriak Aldebara histeris. Gergio berusaha memegang pipi Aldebara dengan lemas untuk mengelus wajah putranya itu untuk terakhir kali. Hingga beberapa detik berikutnya, tangan Gergio terjatuh lemas di ikuti hembusan napas terakhirnya.

CHIKAL [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang