Ini sudah hari kedua Chika menghilang. Tak ada kabar dari gadis itu. Al berdiri di sebelah motornya seraya melihat ke arah jendela kamar Chika. Keadaan rumahnya sangat gelap, seperti tidak ada orang di dalamnya. Namun entah kenapa Al yakin bahwa Chika ada di dalam.
Petir terdengar begitu kuat di telinga Aldebara pertanda bahwa hujan akan segera turun. Namun ia tak peduli, sekarang yang ia pikirkan hanya keadaan Chika.
"CHIKAAA GUE YAKIN LO DI DALEM KAN!!! LO KENAPA NGILANG GINI. KALO LO MAU MARAH SAMA GUE MARAH AJA CHIK, TAPI JANGAN GINI. GUEE KESIKSA CHIKAAA!!!" Teriak Aldebara lantang. Ia benar-benar sudah kehilangan akalnya.
Hujan turun begitu saja membasahi tubuh Aldebara. Namun ia tetap tidak peduli, ia sudah bertekat tidak akan pergi dari sini jika Chika tidak menemuinya sekarang.
"CHIKA GUE KHAWATIR SAMA LO. INI SEMUA SALAH GUE, GAK SEHARUSNYA GUE NINGGALIN LO DI JALAN KEMARIN"
"CHIKA LO DI DALEM KAN?"
"LO DENGER GUE KAN?"
Sekuat apapun Al berteriak, tetap saja. Tak ada jawaban dari dalam rumah Chika. Al merosotkan tubuhnya di pagar rumah Chika hingga terduduk lemas. Al sudah benar-benar kehabisan akal, ia hanya ingin bertemu Chika dan memastikannya baik-baik saja.
Tak lama terdengar suara motor, ternyata itu Fadil dan Azam. Mereka menyusul Aldebara dan melihat iba dengan keadaannya yang sangat berantakan.
"KOK LO BEGO SIH AL?? LO NGAPAIN NYAKITIN DIRI LO SENDIRI?" Teriak Azam di tengah derasnya hujan.
"AL AYO PULANG. LO GAK BISA KAYA GINI, KOK LO JADI LEMAH SIH" sahut Fadil.
Aldebara bangkit, ia menatap tajam ke arah Azam dan Fadil. "GUE CUMA MAU KETEMU CHIKA!! APA ITU SALAH? LEBIH BAIK KALIAN PERGI"
"IYA KITA TAU. KITA JUGA NGERTI SAMA APA YANG LO RASAIN. TAPI LO JUGA HARUS MIKIRIN DIRI LO SENDIRI JUGA. LO GAK BISA KAYA GINI, LO BAHKAN BELUM MAKAN DARI KEMAREN"
"UDAH-UDAH AYO AL KITA PULANG" ajak Fadil melerai mereka berdua.
"GUE GAK MAU!!"
Bugh.
Sebuah pukulan di layangkan Azam ke arah perut Aldebara. Ia benar-benar geram melihat tingkah temannya yang sudah seperti orang gila.
"LO MAU MATI KAN?? SINI GUE BANTUIN BIAR LO MAKIN CEPET MATI DAN GAK BIKIN KITA SEMUA KHAWATIR" teriak Azam ke Al yang sudah terduduk memegang perutnya.
Azam kembali memukuli Aldebara dengan keras. Namun Al tidak membalas, ia membiarkan Azam menghajarnya habis-habisan. Mungkin dengan cara ini ia bisa menebus kesalahannya kepada Chika.
"AZAM!!! CUKUP!! AL BISA MATI BEGO!!" Teriak Fadil menjauhkan Azam.
"DIA EMANG MAU MATI DIL"
"AL TEMEN KITA BEGO!!"
"JUSTRU DIA TEMEN KITA, GUE PUKUL DIA. DIA HARUS SADAR KALO DIA UDAH SALAH. GAK SEHARUSNYA DIA BERSIKAP KAYA GINI" sahut Azam kemudian mengulurkan tangannya untuk membantu Al bangkit.
"GUE PEDULI SAMA LO AL. GUE CUMA GAK MAU LO JADI ORANG BODOH YANG NYIKSA DIRI LO SENDIRI"
Aldebara diam membungkam tak menjawab. Tak ada suara lagi sekarang. Untung saja suara derasnya hujan membuat suasana tak terlalu sunyi. Al menatap Azam dalam kemudian memeluknya.
"Thanks bro" bisik Al seraya menepuk bahu Azam.
Benar. Ada peribahasa yang mengatakan, jika temannya salah jangan dukung dia dalam kesalahan itu hanya karna kau ingin di bilang peduli. Namun jika kau benar-benar peduli, pukulah temannu saat ia salah dan beritahu ia dengan keras jika tidak bisa di beritahu dengan baik lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
CHIKAL [COMPLETED]
Jugendliteratur[FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA!!] [PLAGIAT DILARANG MENDEKAT] Mengapa saat dewasa kita menggunakan pulpen sebagai pengganti pensil? Karena agar kita mengerti, betapa sulitnya menghapus sebuah kesalahan. Walau telah berhasil di hapus, tetap saja akan m...